Ogoh-ogoh Karya ST. Yowana Satya Laksana.
Awatara ke-4 Dewa Wisnu berwujud manusia berkepala harimau atau yang lebih dikenal dengan nama Narasinga Awatara. Kisahnya dalam purana disebutkan untuk menumpas kesombonganseorang raja raksasa bernama Hiranyakasipu atas kesaktian yang dimilikinya.
Hiranyakasipu merupakan pemuja Dewa Brahma yang sangat taat sementara anaknya yang bernama Prahlada merupakan pemuja Dewa Wisnu yang taat. Perbedaan keyakinan ini kemudian menyebabkan adanya perselisihan antara keduanya.Hiranyakasipu memiliki dendam mendalam kepada Dewa Wisnu lantaran adiknya yakni Hiranyaksa sebelumnya dibunuh. Hiranyaksa sendiri merupakan raksasa yang ingin menguasai dunia dan ahirnya nyawanya diahiri oleh Dewa Wisnu dalam wujud WAHARA.
Kesaktian dan kekuatan demikian membuat Hiranyakasipu menjadi sombong dan angkuh. Ia bahkan tidak takut pada semua dewata di dunia, bahkan ia selalu menantang Dewa Wisnu yang dianggap sebagai musuh utamanya. Sasaran kemarahan Hiranyakasipu atas Dewa Wisnu yakni anaknya sendiri yakni Prahlada. Anaknya yang memuja Dewa Wisnu selalu dilarang dan disiksa, namun berkat keteguhannya Prahlada tidak pernah terganggu atas tingkah ayahnya karena selalu dilindungi oleh Dewa Wisnu. Ketaatan Prahlada terhadap Dewa Wisnu membuat Hiranyakasipu semakin marah, bahkan ia menyuruh Prahlada memanggil Dewa Wisnu untuk bertarung. Di depan Prahlada Hiranyakasipu memangil-manggil kemunculan Dewa Wisnu yang belum juga menampakkan diri. Di lain pihak, para Dewa merasa kawatir akan kesombongan Hiranyakasipu yang semakin menjadi-jadi. Para Dewa kemudian memohon kepada Dewa Wisnu untuk mengatasinya untuk menjelma menjadi awatara turun kedunia menegakkan kebenaran dan menumpas kesombongan Hiranyakasipu.
Dewa Wisnu sebagai Dewa Pemelihara (stiti) merasa bahwa saat yang tepat untuk mengahiri kesombongan Hiranyakasipu. Prahlada sebagai pemuja Wisnu menjadi bulan-bulanan Hiranyakasipu dimana penderitaanya harus segera di ahiri. Sementara kemarahan Hiranyakasipu tidak dapat dibendung lagi, dendamnya pada Dewa Wisnu membuatnya semakin marah dan menantang kemunculan Dewa Wisnu. Di depan Prahlada seisi rumahnya dihancurkan untuk memanggil kedatangan Dewa Wisnu. Tiba-tiba dari salah satu pilar rumahnya, muncul sosok menyeramkan dan bengis. Wujudnya berkepala singa namun badannya bebentuk manusia. Memiliki kuku yang sangat tajam dan muncul di saat waktu telah berada pada pertengahan siang dan malam (sandikala).
Pada saat yang tepat itu, perwujudan Dewa Wisnu bernama Narasinga Awatara ini dalam sekejap langsung menyerang Hiranyakasipu. Terjadi pertarungan yang sengit dan hebat antara keduanya, namun tidak melewatkan momen waktu Narasinga langsung mengangkat Hiranyakasipu kepangkuannya. Seketika tanpa menggunakan senjata apapun, tangan Narasinga mencabik-cabik perut Hiranyakasipu sampai semua isinya terurai. Ahirnya, dalam pangkuan Narasinga kesombongan Hiranyakasipu berahir. Kemudian setelahnya kematian ayahnya, Prahlada dinobatkan sebagai Maharaja.
Beranjak dari cerita tersebut Sekaa Teruna Yowana Satya Laksana Banjar Giri Dharma, Desa Ungasan ingin membuat ogoh-ogoh yang bertemakan Narasinga, karena keberanian beliau untuk menghapuskan kesombongan Prabhu Hiranyakasipu. Pesan moral yang dapat disampaikan dalam penggalan cerita diatas adalah Jangan sampai kau biarkan kesombongan mengatur dirimu, akan ada waktunya kesombonganmu itu akan mencelakakan dirimu sendiri, Jadilah Manusia yang bersifat baik dan tidak sombong dengan apa yang kamu miliki sekarang sebab semua itu akan musnah ketika kesombonganmu sudah diluar batas dan kebaikanlah yang akan memusnahkannya.
sekilas video proses pembuatan dan pementasan ogoh-ogoh tersebut.
https://www.youtube.com/watch?v=lWLYIm1D3Qo