bayuwedanta

Maret 27, 2018

SEJARAH BERDIRINYA DESA UNGASAN

Filed under: Tulisan — bayuwedanta @ 7:58 pm

Sejarah Desa Ungasan merujuk pada Babad Dalem Pemutih (Petak Jingga), disebutkan pada tahun 1652 terjadi pemberontakan di Kerajaan Gelgel. Pemberontakan itu dilakukan Ki Agung Maruti. Kerajaan Gelgel pada saat itu berhasil ditundukkan. Kemudian Raja Gelgel melarikan diri untuk membentuk kekuatan baru agar bisa membalas kekalahan yang dialaminya. Setelah kekuatan itu terbentuk, Ki Agung Maruti diserang kembali oleh Raja Gelgel.

Ki Agung Maruti dapat dikalahkan, lalu dia melarikan diri ke arah barat daya. Terdamparlah Ki Agung Maruti beserta pasukannya di sebuah karang enjung yang sekarang diberi nama Pura Geger. Dalam pelariannya itu, Ki Agung Maruti melakukan tapa semadhi dan masuk ke wilayah Tegal Kutuh yang saat ini diberi nama Desa Kutuh. Ki Agung Maruti lantas mendapat pawisik untuk mencari daerah ujung selatan (tegal/karang enjung) yang disebut Jungusing Daksinaning Nusa Bangsul yang mengandung makna/arti masing-masing: jungus berarti ungas atau hidung dan enjung berarti ujung. Itulah cikal bakal tempat tersebut diberi nama ”Ungasan”.

Desa Ungasan adalah salah satu desa yang terletak di kawasan Kabupaten Badung, Kecamatan Kuta Selatan dengan kontur tanah berbukit serta memiliki keindahan alam, terutama pesona pantai dan tebing dibagian batas selatan, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang datang dan menikmatinya. Seiring perkembangan Pariwisata yang begitu pesat di Pulau Bali, Desa Ungasan menjadi incaran para Investor untuk membuat tempat akomodasi seperti Hotel dan Villa.

 

sumber : https://giridharma.wordpress.com/2012/10/12/

Maret 15, 2018

Sanggar “WARAS” Aspirasi Dari Para Seniman Di Desa Ungasan

Filed under: Tak Berkategori — bayuwedanta @ 1:24 am

Sanggar tari dan tabuh Werdhi Asri Lestari adalah salah satu bentuk organisasi social lemasyarakatan yang berada di wilayah Banjar Angas Sari Desa adat Ungasan. Sanggar ini secara resmi berdiri dan mendapatkan ijin operasional dari Dinas Kebudayaab Kabupaten Badung pada bulan januari 2015. Sanggar Werdhi Asri Lestari keanggotaannya bersifat terbuka sehingga tercatat anggota sanggar berasal dari berbagai banjar yang ada di desa Ungasan. Sanggar ini murni dibentuk untuk melakukan pembinaan terhadap anak- anak di desa Ungasan.

Sanggar ini di buat karena banyak dukungan dari pihak desa yang dimana pihak desa sangat ingin untuk memajukan seni budaya yang ada didesa ungasan. Selain itu hal ini dilakukan karena untuk memberi ruang untuk anak-anak muda yang ada di Desa Ungasan agar kegiatannya menuju atau mengarah ke jalur yang positif.

Sanggari tari dan tabuh Werdhi Asri Lestari pada awalnya memfokuskan kegiatan untuk menidik anak-anak yang ada didesa ungasan. namun lama kelamaan seiring mulai terkenalnya sanggar ini sehingga sudah mulai untuk mengiringi upacara adat, mengisi acara dalam suatu pagelaran dan banyak lagi sesuai yang mengorder sanggar ini.

SUSUNAN PENGURUS DI SANGGAR WERDHI ASRI LESTARI

Pelindung                                : Kelian Desa Adat Ungasan

Perbekel Desa Ungasan

Penanggung Jawab                 : Kelian Banjar Adat Angas Sari

Kelian Dinas Banjar Angas Sari

Koordinator                            : I Made Duama, SE . M,Sc

Ketua                                      : I Made Sugiarta, S. Ag, M.Fil.H

Sekretaris                                : I Nyoman suyasa

Bendahara                               : Ni Nyoman Korniasih, S, Ag

Sie Peralatan                           : I Wayan Narka

Sie Pengembangan                  : I Made Sedra

Sie Pembinaan                         : I Gusti Ngurah Ketut Artana

Sie Konsumsi                          : Ayu Putu Sri Purwaningsih

Sie Upakara                             : Jro Mangku Wayan Suwindra

MANAJEMAN SANGGAR WERDHI ASRI LESTARI

TUJUAN

EKONOMI

Dalam sanggar ini awalnya memang tidak terlalu m

enuju atau merujuk ke ekonomi atau untuk mencari uang seperti sanggar yang lain. Namun setelah lama kelamaan sanggar ini mulai memiliki nama di masyrakat desa ungasan dan di sekelilingnnya. Mulailah banyak tawaran untuk mengisi acara seperti upacara adat, acara weding di hotel dan yang lainnya sesuai orang yang mengorder. Hasil dari job tersebut dibagi menjadi 20% dan 70% dimana 20% untuk perawatan gambelan dan 70% untuk penabuh.

SOSIAL

Dalam hal sosial, sanggari ini dibuat untuk mempersatukan anak- anak yang berada didesa ungasan agar bisa membaur saitu samalainnya. Hal ini sangat diutamakan dalam sanggar ini agar tidak ada pengelompokan antara banjar satu dan banjar lainnya karena anggota dari sanggar ini adalah anak –anak dari banjar yang ada di desa Ungasan.

BUDAYA

Dalam hal budaya, sanggar ini juga ingin melesatrikan budaya yang ada di desa ungasan dengan cara mendidik generasi muda agar selalu melestarikan atau membudidaykan tabuh dan tari yang ada dibali. Disini juga memberikan pengarahan atau pengertian kepada anak-anak muda bahwa budaya itu sangat penting. karena ketika budaya itu hilang kita tidak akan memiliki identitas.

 

KEBIJAKAN

PEMBINAAN

Sistim pembinaan di Sanggar ini dilakukan agar memiliki kualitas penabuh yang memiliki skil menabuh dan menari. Dalam pembinaan ini dijadwalkan 3x dalam seminggu. Materi yang diberikan berubah-berubah ketika materi yang pertama sudah habis. Dalam pembinaan ini juga memiliki tahapan tersendiri, yaitu mulai dari gending awalan atau tarian dasar, dalam gending awalan dan tari dasar ini berfungsi untuk membuat pondasi yang kuat untuk bisa menopang materi – materi selanjutnya yang tentu saja lebih berat. Dalam pembinaan ini anak – anak di kenakan biaya 5000 per hadir dan uang tersebut digunakan oleh pengurus sanggar untuk membeli konsumsi.

PENGEMBANGAN

Dalam hal pengembangan ini mengacu kepada mengembangkan sikap anggota sanggar, dimana anggota sanggar diajarkan untuk mengikuti aturan yang ada di sanggar. Tertib membayar saat mengikuti latian kecuali ada alasan, disiplin waktu latian, disiplin saat latian dan disiplin saat mendengakan ceramah dari Pembina. Hal ini ditekankan agar membentuk suatu individu yang memiliki karakter yang sopan dan baik.

PROGRAM

KUALITAS

Dalam hal kualitas disini sanggar membuat atau mendidik anggotanya agar memiliki skil yang baik dalam hal menabuh dan menari yang membuat kualitas tarian dan tabuhnya diatas rata rata melebih dari orang yang tidak mendapat didikan menabuh dan menari.

SUMBER BIAYA

Sumber biaya di sanggar ini adalah desa adat ungasan, desa bertanggung jawab terhadap kelangsungan sanggar ini, namun karena banyaknya kegiatan didesa, maka sanggari ini di kelola oleh orang suruhan desa, namun tetap uang untuk konsumsi di bebankan ke peranggota seka. Namun kadang kala ada anggota DPR atau anggota dewan lainnya yang menyumbang ke sanggar ini. dan tidak lupa juga hasil dari mengisi sebuah pagelaran atau yang lainnya.

PEMASARAN

Dalam pemasaran, sanggar ini memsarkan sanggarnya menggunakan id Card dan dari bibir ke bibir. Pemasaran ini berawal dari bibir ke bibir atau individu satu ke individu lainnya. Dimana orang yang pertama kali melihat seka ini pentas atau mengisi acara merasa tertarik atau terpesona dengan sanggar ini dan otomatis orang yang pertama ini menceritakan kepada orang lain yang memerlukan jasa sanggar ini. hal ini secara tidak langsung ikut memasarkan sanggar ini.

 

PROSEDUR 

 

CARA KERJA

Cara kerja sanggar ini tidak berbeda dengan sanggar-sanggar lainnya yang dimana dari anggotanya karena ini hanya mengkususkan orang desa ungasan jadi anggotanya dicari dari setiap banjar yang ada di Desa Ungasan. Dalam pendanaan tetap dipegang oleh desa dan dari hasil mengisi acara di hotel dan ditempat lain. Adapun cara pembagian gaji atau uang keringat yaitu 70% dan 20%. 20% untuk sanggar dan sisianya untuk si penabuh atau anggota sanggar yang ikut pada saat pagelaran. Dari sie pengambilan job atau pesanaan oleh orang luar di putuskan oleh ketua sanggar dan uang yang dimiliki oleh sanggar bukan milik ketua sanggar namun milik desa. Ketua sanggar akan digaji oleh desa setiap bulannya. Adapun sistem pemasarannya menggunakan Id card dan dari individu satu ke individu lainnya.

WEWENANG

Wewenang dalam sanggari ini tetap dipinpin  oleh ketua sanggar. Dan apapun keputusan dari ketua sanggar adalah keputusan final, kecuali ada alasan tertentu. Anggota wajib membayar 5000 perhadir dan anggota wajib mendapatkan pelatihan tentang tari dan tabuh. Tidak ada keistimewaan terhadap suatu individu, masing-masing anggota dipandang sama bagi si Pembina. Pembina wajib mengajar murid atau anggotanya hingga bisa dan mengerti.

TANGGUNG JAWAB

Setiap anggota sanggar dan anggota pengurus sanggar wajib bertanggu jawab atas kedudukannya apa bila tidak bertanggung jawab akan terkena sangsi yang telah disetujui.

 

BAHAN MATERI

 

TARI DAN MUSIK

Disanggar ini dalam penyediaan materi pembelajaran untuk anggota sudah disusun se baik mungkin dimana dalam tari dan musik atau tabuh sudah disediakan materi awal atau dasar yang berfungsi sebagai awalan atau dasar bagi si pelaku atau anggota untuk menjadi suatu pondasi yang kuat agar ketika materi sudah berlanjut ketingkat yang lebih tinggi, si pelaku akan tidak goyah karena sudah diberikan dasaran yang kuat oleh si Pembina pada bagian awal pembelajaran menari dan menabuh.

 

MODAL

FASILITAS

Sanggar Werdhi Asri Lestari menyediakan fasilitas bagi para anggotanya yaitu dibidang Tari diberikan fasilitas berupa Tape untuk menyetel musik iringan tari, wantilan yang berfungsi sebagai tempat latian menari, baju sanggar (baju kaos) agar terlihat seragam dan sebagai media pemasaran, dan pakain tari untuk ujian kenaikan tingkat. Dalam bidang tabuh sanggar ini menyediakan fasilitas 1 buah barungan gongkebyar, 1 set panggul dan kostum sanggar.

UANG/BIAYA

Sumber biaya di sanggar ini adalah desa adat ungasan, desa bertanggung jawab terhadap kelangsungan sanggar ini, namun karena banyaknya kegiatan didesa, maka sanggari ini di kelola oleh orang suruhan desa, namun tetap uang untuk konsumsi di bebankan ke peranggota seka. Namun kadang kala ada anggota DPR atau anggota dewan lainnya yang menyumbang ke sanggar ini. dan tidak lupa juga hasil dari mengisi sebuah pagelaran atau yang lainnya.

 

TENAGA KERJA

 

PENGELOLA

Dalam bidang pengelola dimana pengelola dari sanggar ini dikelola oleh desa adat dan dilaksanakan oleh anggota pengurus sanggar yang sudah disusun dalam struktur pengurus sanggar. Jadi semua pengurus sudah memiliki tugasnya masing – masing.

KEAHLIAN

Dalam bidang ini tidak beda dengan pembahasan tentang Pengelola dimana semua bidang sudah di tempati oleh orang yang memiliki ke ahlian lebih dalam bidang tertentu.

 

INFORMASI

 

TIKET PENDAPATAN

Tiket pendapatan Dari masing-masing anggota sama. Cara pembagiannya seperti apa yang sudah dijelasakan di pembahasan sebelumnya. Hanya Orang yang mengikuti pegelaran saja yang akan meniram uang keringat. Uang keringat dibagikan 2 hari setelah acara. Uang hasil keringat bisa disimpan disanggar.

 

HARGA

Harga sewa dari sanggar ini di hitung perjam. Jadi setiap jamnya harga sewanya akan meningkat namun kadang-kadang langsung diberikan harga dari ketua sanggar. Namun itu semua menurut acara yang di order, ketika mengisi upacara adat cendrung tidak kena hitungan jam meainkan langsung harganya. Apa bila pesananya untuk mengisi acara dihotel biasanya menggunakan hitungan jam.

 

PROSES TRANSFORMASI

Mengubah yang awalnya tidak bisa menjadi bisa atau paham. sanggar membuat atau mendidik anggotanya agar memiliki skil yang baik dalam hal menabuh dan menari yang membuat kualitas tarian dan tabuhnya diatas rata rata melebih dari orang yang tidak mendapat didikan menabuh dan menari. Adapun juga mengembangkan sikap anggota sanggar, dimana anggota sanggar diajarkan untuk mengikuti aturan yang ada di sanggar. Tertib membayar saat mengikuti latian kecuali ada alasan, disiplin waktu latian, disiplin saat latian dan disiplin saat mendengakan ceramah dari Pembina. Hal ini ditekankan agar membentuk suatu individu yang memiliki karakter yang sopan dan baik.

 

PRODUK JASA

Dalam pengertian Produk Jasa disini sanggar ini memproduksi anak-anak yang akan siap untuk mengembangkan dan melesatrikan  seni dan budaya yang ada dibali. Disini juga sanggar memproduksi seniman yang memiliki pemikiran yang positif, memiliki sifat tekun dan sopan terhadap orang lain, karena dalam pembelajaran disanggar sudah diajarkan seperti itu. Dalam jasa, sanggar ini memiliki beberapa bagian jasa yang ditawarkan oleh sanggar yaitu sebagai pelengkap sarana upacara, sebagai hiburan, dan sebagai penyambutan dari suatu acara.

 

PELANGGAN

PERORANGAN

Pelanggan perorangan sering kali membanjiri dari sanggar ini karena kebanyakan orang bali berebut untuk menggunakan sarana gong untuk melengkapi upacara, hal ini dipicu juga oleh banyaknya upacara – upacara dibali yang harus menggunakan gambelan untuk melengkapi upacara agama.

KELOMPOK

Dalam kelompok lebih sedikit dari perorangan karena jarang kelompok yang memesan gambelan. Fungsinya hanya sedikit yaitu untuk melengkapi acara syukuran bagi suatu kelompok.

 

Sejarah Tradisi ngrebong atau pengrebongan di Kesiman

Filed under: Tak Berkategori — bayuwedanta @ 1:03 am

Asal-usul ngerebong berasal dari 2 kata yaitu ngereh dan baung. ngereh merupakan prosesi magis penyatuan antara pertiwi dan akasa sedangkan baung memiliki huruf vokal a adalah akara diartikan akasa dan u dengan sukunya berarti pertiwi. Kemudian a dan u dalam sastra bali disandikan maka dia berubah menjadi o. Istilah ngereh di jawa merupakan penyatuan dari pemerintah kepada rakyatnya, ngereh juga bisa berarti memerintah atau pemerintahan. Kaitan kata ngereh pada prosesi ngerebong konon dalam mitologinya muncul dari permintan Ida Betara di Pura Uluwatu ketika Raja Badung sebelum tahun 1860 kendali politik di pegang oleh kerajaan Kesiman yang menguasai wilayah Bali hingga Lombok. Semua system ritual di Badung merujuk pada kebiasaan di kerajaan Kesiman terdahulunya. Dalam konteks ini sejarah kata ngerebong berawal ketika kerajaan kesiman menggempur kerajaan sasak.

Kerajaan Kesiman sempat kalah ketika menggempur kerajaan sasak dan sepulangnya dari kekalahan tersebut mengadakan sebuah ritual di Pura Uluwatu. Di pura uluwatu Raja Kesiman mendapat keris luk telu yang bernama sitekle dan kerajaan sasakpun dapat dikalahkan oleh senjata itu karena kekalahan kerajaan sasak kemudian mereka kembali menantang kerajaan kesiman untuk mengadakan tajen jangkrik. Kerajaan kesiman pun menerima tantangan ini. Awalnya kerajaan kesiman membawa aduan seekor jangkrik biasa dan pada tajen pertama kerajaan kesiman pun kalah, menderita dari kekalahan ini Raja Kesiman tidak bisa menerimanya dan kembali mengadakan ritual di Pura Uluwatu. Ketika mengadakan prosesi ritual di uluwatu, Raja Kesiman mendapatkan petunjuk harus mengadakan ngereh lemah dan dijanjikan akan menang jika sanggup menjalankan petunjuk ini. Kerajaan Kesiman kembali ke sasak dengan tajen jangkrik untuk kedua kalinya, dalam hal ini kerajaan kesiman berangkat dengan persiapan khusus. Pengilin jangkrik didapatkan di bawah pohon kepuh besar pada kawasan Pura Muaya, sadeg jangkriknya di dapatkan di Pura Dalem Kesiman dan jangkriknya di daptkan di Pura Mrajapati Kesiman, jangkrik ini biasa disebut jangkrik bandaran (gading/ kuning). Ketika dimasukkan ke dalam bungbung jangkrik ini berubah menjadi Banas Pati dan matilah lawannya dan kerajaan kesiman pun menang. Kerajaan Kesiman langsung menggagas prosesi ngereh lemah namun tidak terealisasi akibat pecahnya perang puputan Badung. Prosesi ini berhasil terealisasi pada tahun 1906.

Rentetannya yang pertama adalah pada manis galungan biasa disebut ngebeg merupakan visualisasi meende megebug atau berperang setelah itu manis kuningan adalah magpag agung atau mendak agung merupakan visualiasi nunas ica ke Pura uluwatu sedangkan ngereh lemah merupakan visualisasi dari ngerebong. Semua wilayah sedestrik kesiman yang memiliki barong dan rangda wajib ikut pada acara ini sebagai bentuk penyatuan Raja Kesiman dengan masyarakatnya untuk memperkuat Badung. Ngerebong juga berarti menari berputar mengitari wantilan pura yang berisikan guling penyugjug yang terbuat dari babi yang belum dikebiri dan masih palus pembersihnya dimana palus tersebut adalah poros uli yang konseptualnya bumi berputar pada porosnya dan kehancuran tidak akan terjadi apabila bumi tidak berputar pada porosnya kehancuran pun akan terjadi, jadi dipakailah konsep poleng tetapi bukan poleng yang kotak- kotak. Poleng tersebut adalah poleng pepetet yang biasanya disebut poleng kesiman atau suda dan mala. Kata ngerebuang tersebut adalah penetralisir suda dan mala dimana suda itu adalah putih dan mala adalah hitam tetapi hitamnya bukan kotor hitam yang dimaksud tersebut adalah hitam gelap yang konsepnya segara gunung, dimana hitamnya gunung putihnya adalah segara yang pilosofinya di pemuteran mandara giri untuk masuk ke ritual tersebut memakai babon/ cerita adi parwa dan pemuteran mandara giri yang tokoh- tokohnya raja- raja yang memakai sesimping/ pakaian kebesarannya  dimana berputar sebagai simbolisasi dewa di bawah Siwa sedangkan kain polengnya di putar disana oleh yasa yasi widyadara widyadari dan di depannya ada bernama mangku bumi dan polengnya  tersebut diikat di leher mangku bumi dan itu sebagai simbol naga dan ada mangku dalem melihat dari gapura tersebut maka dari itu gapura yang ada di pengrebongan tersebut tidak ada patungnya nanti mangku- mangku kahyangan tiga menjadi tokoh dewa-dewa tersebut yang disana menjadi atribut dan itulah siwa dan dewa- dewa yang menyaksikan pemuteran, di bawah itu ada menteri- menterinya dan operasionalnya. Pemuteran di lakukan kekiri, apabila pemuteran dilakukan ke kanan bumi tersebut akan lari dari porosnya. Berputar ke arah kanan ialah ngider bhuana dan yang ke kiri ialah prasauya.

Biasanya ada tiga prosesi ngerehbong, ngerebong dan ngerebuang, prosesinya semua disebut ngerebong tetapi memiliki makna tersendiri, dimana ngerehbong pada saat nuur atau nyanjan adalah proses penyatuan akasa dan pretiwi setelah itu ada ngerebong menari atau memutar. Yang kedua saput poleng juga seperti itu ada nuur setelah mebusana dan menunggu prosesi yang berputar diluar baru prosesi ini dijalankan.  Saat menari itu juga bisa juga ngerebuang baik rangda dan barong juga ngerebuang karena barong itu hitam putih karena ada yang berbulu goak dan berbulu brasok dan yang putih pasti di tengah maka dari itu disebut ngeluang. Batasan raja kesiman dari daerah selatan ada pecatu dan utaranya ada ubung sduah terjadi penciutan kalau dulu sampai ke pelage petang, di timurnya dauh tukad batubulan dan baratnya sampai di Badung bagian barat perbatasan Tabanan. Yang punya poleng tersebut Badung bukan daerah lain semuanya konsep Raja Kesiman karena Badung punya Uluwatu dan Batur ulu di tukad ayung itu adalah batur dan watunya di padang galak. Ketika ada tajen jangkrik adalah pemerintahan raja yang bernama A.A Ngurah Gede Kesiman yang biasa disebut Raja Badung, Sebelum 1860 surat- surat di Belanda menyebutkan kendali politik di pegang oleh kesiman terkait dengan Bali Lombok bukan badung yang memegang tetapi kesiman yang memegangnya. Gelgel pun tidak berkuasa ke sasak waktu itu karena kesiman yang punya bangsal dan gelgel tidak punya bangsal. Bangsal tersebut adalah perdagangan laut ada sanur, benoa dan kuta. Waktu itu kesiman yang mensuplai madat ke gelgel makanya kesiman bebas tidak terkena pajak. Perdagangan kesiman itu adalah akomodasi lautnya dan raja kesiman yang memegang china.

Odalan di kesiman ada rentetan upacaranya sudah memiliki gending- gending tersendiri yang tidak boleh memakai gending- gending  lain dan memang sudah diformat seperti dari dulunya. Musik atau gendingnya itu di konsep untuk kepentingan pilosofinya makanya di pakai ngeluang luang itu adalah kosong, kosong itu adalah simbol harmonisasi itu dipakai semua kegiatan ritual untuk mencari keharmonisan makanya dipakai ngeluang. Tokoh musiknya ancag- ancagan itu dari cerancam, dulunya pada acara ngerebeg sampai nanda tersebut ada musik gambang tetapi prosesi yang sekarang tidak memakai gambang. Gambang tersebut berasal dari bekul dan penabuhnya dari meranggi. Ngerebong tersebut dipantenkan atau dipublikasikan secara luas pada tahun 1937 sebelum itu ada tetapi belum dipublikasikan dan belum melibatkan semua distrik karena Puranya baru selesai pada tahun 1937 tetapi belum ada wantilan waktu pertama kali pengerbongan itu dilaksanakan. Pada saat ngerebong sedestrik kesiman ada sawangan, bukit, sanur, singgi, gulingan, pemogan, kuta, laplap, peguyangan, ubung, suci, gerenceng, yang menyebabkan banyak terjadi perubahan karena positif negative karena adanya lomba desa adat ada acuan kuturan dan system pemerintahan kerajaan dan demokrasi ada pengembangan desa adat dan desa dinas jadi ini yang mungkin terkikisnya pemahaman tentang itu,.kususnya wilayah selatan yaitu kawasan bukit sudah tidak ada yang mengikuti upacara tersebut dikaranakan pemberiahuan yang tidak kusus bagi wilayah wilayah disekitar bukit. Namun ada 1 desa yang masih tetap melakukan ritual itu yaitu orang-orang desa Sawangan. Pengempon pura tersebut se-Desa pekraman kesiman, pengrebongan bukan odalan tetapi pengrebongan itu adalah ngilen/ iln- ilen atau tarian makanya semua kegiatan itu di tarikan jadi itulah disebut seni pertunjukan ritual. Biaya dari ilen- ilen prosesi pengrebongan itu dari desa kesiman, magku dan pemaksan pura karena system pura di kesiman itu sangat beda karena raja waktu itu berkeinginan rakyat kesiman semudah mungkin dan tidak berat makanya semua itu diserahkan kepada mangku. Makanya laba pura di kesiman itu bukan atas nama desa tetapi atas nama mangku makadari itu yang melakukan odalan itu adalah mangku jadi masyarakat kesiman tersebut ke pura hanya bersembahyang. System pemilihan mangku itu terjadi turun temurun dan tidak harus di tunjuk karena proses mencari mangku itu disebut nyanjan atau mererauhan. Di kesiman itu baru- baru ada istilah mangku kalau dulu mangku itu disebut prekulit tetapi kalau sudah memakai atribut mangku itu disebut betara seperti ratu agung ring luhuran desa, dalem, puseh.

Kaitan ngerebong dan be guling, ngerebong adalah guling penyugjug, proses ngerebong itulah berputar mengelilingi guling penyugjug dan itu identik be gulingnya tersebut. Semua itu adalah kegiatan durga puja  olahan daging babi apapun bentuknya disebut pengastawanin durga makanya disebut durga puja. Raja pengawa orang yang paling kaya di bali karena menguasai bali dan Lombok, ketika awal- awal pengrebongan di patenkan raja pengawa mepica di pengrebongan dan duduk di pemedalan pura dan membawa uang kepeng dan semua rakyat dikasi bekal. Dari awal ngerebong sampai sekarang perubahan itu tidak ada tetapi pesertanya saja yang terus berubah karena mungkin ada kecuntaka jadi tidak ikut ngerebong.ngerebong ini adalah galungannya desa kesiman, diman identik dengan suasana yang ramai seperti galungan, banyak anak-anak diberikan uamg dari orangtuannya seperti galungan di desa lain dan hal yang paling menonjol adalah masyarakat kesiman kebanyak menggunakan baju baru.  Semua pura di kesiman kalau sudah mulai prosesi ilen-ilen pasti memakai leluangan. Rentetan prosesi ngerebong yang pertama adalah nuur, makna nuur adalah nedunin Ida Betara setelah itu ada ilen- ilen yang melakukan kegiatan tahapan. Pada acara ngrebong 11 gending tapi tidak dipakai dalam ngerebong , sebelas gending tersebut di  pakai pada saat upacara ngebek. Pada saat ngerebong yang dipakai petegak, nyanjan Permohonan dan nyanjan mererauhan, nyanjan itu adalah mempersatukan, mendak, ngider bhuana, nyanjan mangku, ngider bhuana, mewayang- wayang istri, lanang, ngunying, mebiasa, ngincung.

Ngerebong konteks musikya ancag- ancagan dan barungan gamelan yang dipakai adalah gamelan di cerancam karena terkait dengan gong due dan identik dari pica puri dan setiap kegiatan di petilan pasti gong due atau gong cerancam yang di pakai, gong due tersebut adalah barungan semara pegulingan. Pelajaran yang di petik setelah prosesi ngerebong dan banyak yang di tanamkan oleh raja dari nama pura, sebenarnya nama pura tersebut pura agung  petilan, petilan itu berasal dari kata tilan itu artinya bibit atau benih patilaan itu nama aslinya makanya tempat menabur benih konsep raja itu ditabur disana.dalam prosesinya, masyarakat keseiman tidak dianjurkan untuk ribut atau melewati jalan yang dikususkan untuk mangku yang kerasukan. Apa bila hal tersebut terjadi, orang yang melakukan hal tersebut akan dikejar oleh mangku yang sudah kerauhan.

generiert in 1.253 Sekunden. | Powered by WordPress | WPMU Theme pack by WPMU-DEV.