Archive for April, 2012

WIRAMA MALINI UNTAIAN BUNGAN

Selasa, April 10th, 2012

WIRAMA MALINI

UNTAIAN BUNGAN

Bait ke 62

Ri sampun rauh dewasane jaga memarga Ida Sang Bhagawan ngawasta,

Gong ke prabone nuli kasuarayang maka pengawit Ida jaga memargi,

Maka dutan tangan adi Sang Rama sane ring tengen rasa kaleson,

Nyinayang kasor ipune imeseh tan pegantulan.

Arti bahasa Indonesia

Setelah tiba saatnya akan berangkat, para pendeta berdoa,

Gong keraton ditabuh sebagai pertanda dia akan berangkat,

Terasa kedutan di tangan kanan Sang Rama bagaikan lunglai,

Menandakan kalahnya para musuh itu yang tanpa sisa.

Ulasan Wirama

Seperti yang telah dipaparkan dalam wirama Malini (untain bunga) no 62 di atas, bahwa diceritakan kisah Kerajaan Ramayana dalam kemenang sang Raja Rama dewa yang telah memenangkan dalam peperangan melawan rahwana raja Alengka. Sang Rama telah berhasil mengalahkan sang rahwana, sebagai tandanya kemenangan sang rama dewa, para pendeta – pendeta memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan diiringan oleh musik Gong keraton sebagai tanda syukur atas kemenangan sang raja Rama dewa yang telah berhasil mengalahkan Raja Rahwana. Pada jaman  cerita Ramayana bahwa gong dalam cerita ini sudah ada, karena gong digunakan atau difungsikan sebagai sarana persembahan kepada para Tuhan atau leleuhur mereka dalam cerita Ramayana tersebut. Kalau ada tanda – tanda sesuatu yang akan terjadi seperti mara bahaya atau tanda berita gembira, maka gong pasti akan ditabuhkan atau dibunyikan sebagai suatu pertanda bahwa dalam kerajaan akan ada sesuatu yang terjadi baik itu  berita baik atau buruk. Maka Gong itu sangat berperan dalam kerajaan sebagai simbul bunyi bahwa akan ada sesuatu dan gong itu sebagai pengiring upacara ke agamaan.

Peranan Gong dalam kerajaan sangatlah berperan karena sebagai tanda bahwa akan ada sesuatu yang terjadi dalam kerajaan. Gong mempunyai nilai sakral yang ada dalam cerita Ramayana karena gong itu di hormati dan disakralkan sebagai tanda – tanda yang akan terjadi pada kerajaan

Itulah yang bisa saya ulaskan atau paparkan arti dalam kekawin Malini no 62. Saya mohon maaf apabila terjadi suatu kesalahan dalam mengulas atau mengartikan kekawin Malini No 62, akhirnya saya ucapkan terima kasih.

RESENSI BUKU CENGKOK GAMBANG WASITODININGRAT

Selasa, April 10th, 2012

CENGKOK GAMBANG

WASITODININGRAT

Panjang/Lebar : 21×14 cm

Tebal Buku : 67 lembar

Penerbit Yayasan untuk Indonesia JL.Karangmiring 17, Giwangan 55163

e-mail: [email protected]

Gambang merupakan salah satu instrumen gamelan Jawa yang tidak kalah penting peranannya dalam sajian karawitan dengan instrumen lain pada perangkat gamelan Jawa. Ditinjau dari bahannya, instrumen gambang dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni gambang gangsa dan gambang kayu. Tidak semua perangkat gamelan Jawa terdapat gambang gangsa, dan sebaliknya semua perangkat gamelan ageng Jawa terdapat gambang kayu. Gambang gangsa hanya terdapat pada perangkat gamelan Jawa berasal dan berada di Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta. Gambang gangsa berbentuk bilahan terbuat dari bahan logam yang terdiri dari dua rancak masing – masing berjumah 14 bilah. Baik laras pelog maupun laras slendro, sedangkan gambang kayu merupakan salah satu instrumen pada perangkat gamelan Jawa yang mempunyai ciri – ciri tersendiri, antara lain menyangkut jumlah bilah dalam satu rancak, bahan bilah dan teknik tetabuhan. Selain salah satu instrumen perangkat gamelan Jawa, gambang kayu juga sebagai perabot rumah tangga bagi para pemerhati yang dimainkan oleh penghuni rumah secara santai sebagai hiburan.

Susunan nada instrumen gambang kayu seperti halnya susunan nada instrumen lainnya yakni dengan urutan nada paling tinggi dengan bentuk paling pendek, tebal dan kecil pada ujung sebelah kanan hingga paling besar pada ujung sebelah kiri. Secara umunjumlah gambang kayu dalam satu rancak berkisar 18 hingga 22 bilah. Berbeda dengan bentuk balungan yang berkisar enam sampai tujuh bilah. Dengan demikian apabila dibandingkan dengan instrumen gamelan lain pada perangkat gamelan Jawa, gambang kayu merupakan instrumen gamelan yang jumlah bilahnya paling banyak didalam satu rancak.

Bagian – bagian instrument gambang

Fungsi instrumen gambang dalam sajian gending

  1. Penghias lagu

Masing – masing instrumen gamelan Jawa dalam sajian gending pada dasarnya mempunyai tugas dan fungsi sendiri – sendiri. Tugas dan fungsi setiap instrumen menjalankan lagu sesuai dengan balungan gending antara lain mengisi dan menghiasi lagu balungan gending disertai kembangan sebagai isian balungan serta menguatkan irama

  1. Pengisi Irama

Pengertian pengisi irama disini pada pelaksanaan jalannya gending yang menyangkut cepat lambatnya sajian gending.

Cengkok gambang sering sekali disebut “pola” . Judith Becker menyebut “formula” yaitu satu rumusan penggarap gatra(Judith Becker 1971 : 2). Istilah “cengkok” dipakai setidak – tidaknya untuk 3 pengertian :

  1. Cengkok berati tekana panjang dari suatu bagian gending yang sama dengan satu gongan
  2. Cengkok berarti Gaya
  3. Cengkok berati pola garapan instrumen yang terdiri dari satu kalimat lagu lengkap.

Adapun jenis – jenis cengkok adalah sebagai berikut:

  1. Cengkok umum ialah cengkok yang digunakan untuk menggarap sususn balungan gending berdasarkan seleh gatra (balungan ke empat pada gatra) sebelum ke seleh gatra berikutnya.
  2. Cengkok khusus ialah cengkok pada balungan tertentu yang menggunakan garap khusus
  3. Cengkok gantungan ialah cengkok yang digunakan untuk menggarap susunan balungan gantungan(balungan kembar) dalam satu gatra.

Cengkok gambang K.R.T Wasitodiningrat mempunyai ciri yang spesifik, karena pada dasarnya tidak dijumpai pada teknik permainan gambang lainnya. Teknik permainan gambang beliau didukung oleh kematangan dalam menggarap vokal, karena menurut beliau penentuan vokal lebih dahulu akan memberikan kebebasan dalam pengeolahan nada. Variasi gambangannya divariasikan pula oleh gejolak hati beliau yang menggelora yang semasa remaja banyak berkecimpungan di bidang politik.

RESENSI BUKU KENDANG BEBARONGAN DALAM KARAWITAN BALI SEBUAH KAJIAN ORGANOLOGI

Selasa, April 10th, 2012

Kendang (bahasa Inggris: drum) merupakan salah satu instrumen musik yang universal, karena hampir di seluruh belahan dunia dipastikan memiliki alat musik yang tergabung dalam keluarga perkusi tersebut. Oleh karena itu,selain dibedakan sesuai latar belakang sejarah, bahan ,tehnik permainan, fungsi serta konteks sosial sangat populer diseluruh dunia. Indonesia , sebagai salah satu negara yang kaya akan warisan seni budaya, pada dasarnya juga memiliki instrumen kendang. Uniknya, kendang-kendang yang berasal dari Indonesia masing-masing memiliki hingga fungsi, jenis serta bentuk yang beragam, sehingga antara daerah satu dengan daerah lainnya slalu punya perbedaan.

Membicarakan hal kendang Bali tentunya tidak bisa dipisahkan dari seni karawitan yang dimilikinya. Yang dimaksud dengan karawitan bali atau karawitan dalam arti yang luas adalah musik tradisional Indonesia. Secara umum seni karawitan Bali dapat dibagi menjadi tiga kelompok : seni karawitan vokal(tembang), seni karawitan instrumental,dan seni karawitan vokal dan instrumental. Keberadaan karawitan di Bali secara umum tidak bisa dilepaskan dari barungan gamelan (sekelompok alat musik Bali). Karena secara fungsional yang berperan dalam kawitan Bali adalah barungan gamelan, yang karakteristiknya memiliki ciri khas yang berbeda-beda.

Kendang Bali dapat dimainkan secara berpasangan maupun secara individu. Jika dimainkan secara berpasangan maka kendang itu dinamakan kendang lanang dan kendang wadon. Kendang lanang adalah kendang yang mempunyai suara yang lebih kecil atau tinggi, sedangkan kendang wadon adalah kendang yang suaranya lebih besar atau lebih rendah. Dalam memainnkan kendang dapat dilakukan secara berdiri maupun duduk. Jika dimainkan dengan cara duduk, maka kendang akan diletakkan diatas paha dengan posisi duduk bersila. Jika dimainkan berdri sambil berjalan , maka pada kendang akan dipasang sebuah tali yang diletakkan di atas bahu untuk mempermudah memainkan instrumen

Dalam karawitan Bali dapat ditemukan berbagai macam jenis kendang . Keanekaragaman kendang bisa dilihat dari bermacam ukurannya mulai dari yang besar sampai yang kecil. Beberapa contoh jenis kendang Bali diantaranya, kendang mebarung, kendang tambur, kendang bedug, kendang cedugan, kendang gupekan, kendang bebarongan, kendang kekrumpungan, kendang bateldan kendang angklung.

Salah satu jenis kendang Bali yang memiliki teknik permainan yang unik dan rumit adalah kendang bebarongan. Hal ini disebabkan karena dalam memainkannya mempergunakan sebuah alat yang disebut panggul kendang,dan teknik permainannya lebih banyak memakai teknik mekendang tunggal. Jenis kendang ini dinamakan kendang bebarongan karena kendang ini khusus digunakan untuk menyajikan gending-gending bebarongan dan dan dipergunakan untuk mengiring tari Barong. Kendang bebarongan mempunyai panjang sekitar 62-65cm, garis tengah tebokan besar 26-28cm dan garis tengah tebokan kecil sekitar 21-25cm. Ukuran jenis kendang ini termasuk ukuran yang tidak terlalu besar maupun tidak terlalu kecil(sedang) sehingga juga disebut disebut sebagai kendang penyalah.

Proses pembuatan kendang bebarongan yang dilakukan pertama adalah mencari hari baik (dewasa ayu) yang bertujan untuk hal yang ingin dibuat bisa berjalan dengan baik dan mendapatkan keselamat dalam bekerja, membangun Batang disini yang disebut membangun batang adalah membuat batang kendang dengan mencari kayu yang sudah disiapkan dalam proses pembuatan kendang, dan nukub kendang(memasang kulit kendang). Untuk memulai proses nukub, diawali dengan pemilihan kulit sapi atau belulang yang akan di pergunakan. Belulang yang dipergunakan adalah jenis kulit sapi muda betina atau godel luh dengan berat antara 8-14 kg. Setelah mendapatkan belulang godel sesuai dengan kebutuhan, maka belulang tersebut dibersihkan dari sisa-sisa darah,daging dan lemak yang masih menempel. Setelah bersih kulit akan dibentangkan dengan mengikat ujung-ujung kulit pada potongan-potongan bambu yang sudah dibentuk menyerupai bingkai. Kulit akan dikeringkan dan dijemur menggunakan sinar matahari, jika cuaca dan sinar matahari cukup baik maka proses ini akan memakan waktu sekitar 4-5 hari. Jika kulit sudah kering , maka akan dilanjutkan dengan membersihkan bulu-bulu yang masih menempel. Pembersihan dilakukan dengan mempergunakan abu gosok(aon) dan sisa bulu akan disikat dengan mempergunakan sebuah potongan bambu . Sesudah kuit sapi bersih dari segala kotoran dan bulu, maka akan dilanjutkan dengan menggambar suatu pola yang sesuai dengan permukaan kendang termasuk cadangan beberapa sentimeter. Setelah itu kulit siap dipasang pada bantang kayu kendang. Didalam kendang bebarongan juga mempunyai  warna suara yang akan ditimbulkan dalam kendang bebarongan adalah ,apabila menggunakan panggul kendang maka muwa kanan dapat mengahasilkan tiga jenis suara yaitu Dug,Tek dan Tep. Suara Tek diperoleh dengan cara memukul muwa kanan dengan panggul dan muwa kiri ditutup sepenuhnya dengan tangan kiri. Sedangkan muwa kiri akan menghasilkan dua warna suara yaitu Pak dan Kung.

Dalam permainan kendang bebarongan ada yang disebut dengan pupuh kendang bebarongan yaitu gabungan dari beberapa warna suara kendang sehingga menghasilkan suara pola kekendangan khas bebarongan. Pupuh kekendangan terdiri dari pupuh kekendangan pokok dan pupuh kekendangan yang dikembangkan. Pupuh kekendangan yang dikembangkan pada dasarnya mengacu pada pupuh kekendangan pokok. Dalam hal pengembangan ini sangat tergantung dari kemampuan atau skill dan rasa estetis dari juru kendang itu sendiri. Kemampuan individu juru kendang itulah yang akan menghasilkan gaya ataupun style tertentu

Berdasarkan ringkasan isi buku yang saya ringkas ini bahwah kesan atau tanggapan saya tentang buku ini sangat bagus dan bermanfaat bagi para masyarakat khususnya bagi para seniman yang suka dalam bermain kendang.Supaya msyarakat lebih mengenal cara atau proses pembuatan kendang, dan bagi para mahasisiwa ISI Denpasar yang jurusan karawitan agar dapat memahami tentang isi buku ini tentang Organologi tentang kendang bebarongan.