DEFINISI KEBUDAYAAN MENURUT BEBERAPA AHLI

April 9th, 2018
  1. Ki Hajar Dewantara: “Kebudayaan adalah buah budi manusia dalam hidup bermasyarakat”
  2. Koentjaraningrat, guru besar Antropologi di Universitas Indonesia: “Kebudayaan adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar”.
    1. Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
    2. Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
    3. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
    4. R. Linton (The Cultural Background of Personality) Kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku dan hasil laku, yang unsur-unsur pembentukannya didukung serta diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu.
    5. Melville J. Herskovits, Kebudayaan adalah “ Man made part of the environment “ (bagian dari lingkungan manusia).
    6. Dawson (Age of The Gods), Kebudayaan adalah cara hidup bersama (culture is common way of life).
    7. V.H. Deryvendak, Kebudayaan adalah kumpulan dari cetusan jiwa manusia sebagai yang beraneka ragam berlaku dalam suatu masyarakat tertentu.
    8. Sultan Takdir Alisyahbana, Kebudayaan adalah manifestasi dari cara berfikir
    9. Dr. Moh. Hatta, Kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa
    10. Mangunsarkoro, Kebudayaan adalah segala yang bersifat hasil kerja jiwa manusia dalam arti yang seluas-luasnya
    11. Drs. Sidi Gazalba, Kebudayaan adalah cara berfikir dan merasa yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan dari segolongan manusia yang membentuk kesatuan sosial dengan suatu ruang dan suatu waktu.
    12. 14.  Larry A. Samovar & Richard E. Porter, Kebudayaan dapat berarti simpanan akumulatif dari pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, pilihan waktu, peranan, relasi ruang, konsep yang luas, dan objek material atau kepemilikan yang dimiliki dan dipertahankan oleh sekelompok orang atau suatu generasi.
    13. 15.  Levo – Henriksson, Kebudayaan meliputi semua aspek kehidupan kita setiap hari, terutama pandangan hidup – apapun bentuknya – baik itu mitos maupun sistem nilai dalam masyarakat.
    14. 16.  Rene Char, Kebudayaan adalah warisan kita yang diturunkan tanpa surat wasiat.
    15. 17.  C. A. Van Peursen, Kebudayaan merupakan gejala manusia dari kegiatan berfikir (mitos, ideology, dan ilmu), komunikasi (sistem masyarakat), kerja (ilmu alam dan teknologi), dan kegiatan-kegiatan lain yang lebih sederhana.
    16. 18.  Dr. K. Kupper, Kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi pedoman dan pengarah bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku, baik secara individu maupun kelompok.
    17. William H. Haviland, Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat di terima oleh semua masyarakat.
    18.  M. Jacobs dan B.J. Stern,Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi social, ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang kesemuanya merupakan warisan social.
    19. Francis Merill, Pola-pola perilaku yang di hasilkan oleh interaksi social Semua perilaku dan semua produk yang dihasilkan oleh sesorang sebagai anggota suatu masyarakat yang di temukan melalui interaksi simbolis.
    20. Bounded et.al , Kebudayaan adalah sesuatu yang terbentuk oleh pengembangan dan transmisi dari kepercayaan manusia melalui simbol-simbol tertentu, misalnya simbol bahasa sebagai rangkaian simbol yang digunakan untuk mengalihkan keyakinan budaya di antara para anggota suatu masyarakat. Pesan-pesan tentang kebudayaan yang di harapkan dapat di temukan di dalam media, pemerintahan, intitusi agama, sistem pendidikan dan semacam itu.
    21. Mitchell (Dictionary of Soriblogy), Kebudayaan adalah sebagian perulangan keseluruhan tindakan atau aktivitas manusia dan produk yang dihasilkan manusia yang telah memasyarakat secara sosial dan bukan sekedar di alihkan secara genetikal.
    22. Robert H Lowie, Kebudayaan adalah segala sesuatu yang di peroleh individu dari masyarakat, mencakup kepercayaan, adat istiadat, norma-norma artistic, kebiasaan makan, keahlian yang di peroleh bukan dari kreatifitasnya sendiri melainkan merupakan warisan masa lampau yang di dapat melalui pendidikan formal atau informal.
    23. Arkeolog R. Seokmono, Kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia, baik berupa benda ataupun hanya berupa buah pikiran dan dalam penghidupan.
    24. Malinowski mengatakart bahwa kebudayaan merupakan kesatuan dari dua aspek fundamental, kesatuan pengorganisasian yaitu tubuh artifak dan sistem adat istiadat.
    25. Clifford geertz, mnegartikan kebudayaan sebagai sebuah sistem berupa konsepsi-2 yang diwariskan dalam bentuk simbolik sehingga dengan cara ini manusia mampu berkomunikasi, melestarikan, mengembangkan pengetahuan serta sikapnya terhadapkehidupan.
    26. Ralph L. Beals dan Harry Hoijer menyatakan konsep kebudayaan ialah mengenal pasti kelakuan yang biasa dipraktikkan, diperolehi melalui pembelajaran oleh sesuatu kumpulan masyarakat.
    27. Lucy Mair menyatakan bahawa kebudayaan ialah milik bersama sesuatu masyarakat yang mempunyai tradisi yang sama.
    28. Djojodigono memberikan defenisi mengenai kebudayaan dengan mengatakan kebudayaan itu adalah daya dari budi, yang berupa cipta, karsa dan rasa.
    29. Ralph Linton ( 1839-1953 ) memberikan definisi mengenai kebudayaan yaitu “ Man’s social heredi “ yang artinya sifat social yang dimiliki oleh manusia secara turun temurun.
    30. J.P.H. Dryvendaf memberikan pendapat mengenai definisi kebudayaan, bahwa kebudayaan itu adalah kumpulan dari letusan jiwa manusia sebagai yang beraneka ragam berlaku dalam suatu mansyarakat tertentu.
    31. W.H.Kelly memberikan sebuah definisi bahwa kebudayaan itu adalah sebuah pedoman yang potensial bagi tingkah laku manusia.
    32.  Hofstede (1984) menjelaskan budaya adalah “pemrograman kolektif terhadap pikiran yang membedakan antara kelompok satu dengan lainnya.”
    33. kroeber dan Kluckhohn Budaya terdiri dari pola, eksplisit dan implisit, dan untuk perilaku yang diperoleh dan dan ditularkan oleh simbol, yang merupakan prestasi khas dari kelompok manusia, termasuk perwujudan mereka di artefak, inti penting dari budaya terdiri dari tradisional (yaitu historis berasal dan dipilih) ide-ide dan terutama nilai-nilai yang melekat mereka, sistem kultur dapat, di satu sisi, dianggap sebagai produk dari tindakan, di sisi lain sebagai elemen pengkondisian tindakan lebih lanjut.
    34. Edward said: Kebudayaan adalah satu cara perjuangan melawan pemusnahan dan pelenyapan. Kebudayaan adalah suatu bentuk ingatan melawan penghapusan.
    35. FUAD HASSAN, 1998. Kebudayaan adalah suatu kerangka acuan bagi perikehidupan suatu masyarakat yang sekaligus untuk mengukuhkan jati diri sebagai kebersamaan yang berciri khas.
    36. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
    37. C. Wisser, A.Davis & A. Hoebel, mereka semua mengartikan kebudayaan sebagai “Perbuatan yang pada dasarnya merupakan insting selanjutnya dimodifikasi / diperbaharui dan dikembangkan melalui suatu proses belajar”
    38. Harjoso, mengemukakan inti kebudayaan adalah 1. Kebudayaan yang terdapat didalam masyarakat berbeda antara satu dengan yang lain 2. Kebudayaan itu dapat diteruskan dan dapat diajarkan 3. Kebudayaan itu terjabarkan dari komponen-komponen biologis, psikologis, dan sosiologis dari eksistensi/keberadaan manusia. 4. Kebudayaan itu berstruktur atau mempunyai cara atau aturan tertentu 5. Kebudayaan terbagi atas berbagi aspek-aspek baik itu social, psikologis 6. Kebudayaan itu bersifat dinamis atau selalu berubah 7. Nilai-nilai dalam kebudayaan itu bersifat relative atau antara masyarakat yang satu berbeda dengan denga masyarakat yang lain
    39. Roucek & Warren, Kebudayaan itu terwujud bukan hanya seni tetapi juga terwujud dalam benda-benda yang terdapat disekeliling maupun yang dibuat oleh manusia, jadi menurut Roucek dan Warren Kebudayaan adalah ”cara hidup yang dikembangkan oleh sebuah masyarakat guna memenuhi keperluan dasarnya untuk dapat bertahan hidup, meneruskan keturunannya dan mengatur pengalaman sosialnya”.
    40. Abdul Syani, mengemukakan tiga hal yang terkandung dalam kebudayaan yakni : kebudayaan hanya dimiliki oleh masyarakat manusia, kebudayaan itu diturunkan melalui proses belajar dari tiap individu, kebudayaan merupakan pernyataan perasaan dan pikiran manusia”.
    41. Sukidin, Basrowi & Agus Wijaka, mendefenisikan kebudayaan sebagai “keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar.
    42. Bekker mengartikan kebudayaan sebegai penciptaan, penerbitan dan pengolahan nilai- nilai insani/manusiawi, tercakup didalamnya usaha membudayakan bahan alam mentah serta hasilnya dimana hal ini dapat dilihat dari hasil kerajinan.
    43. Haji Agus Salim, kebudayaan adalah merupakan persatuan istilah budi dan daya menjadi makna sejiwa dan tidak dapat dipisah-pisahkan.
    44. Elwood Menyatakan bahwa kebudayaan itu mencakup benda-benda material dan spiritual, yang pada kedua-duanya diperoleh dalam interaksi kelompok atau dipelajari dalam kelompok, kebudayaan mencakup kekuatan untuk menguasai alam dan dirinya sendiri.
    45. Edward Spranger, Kebudayaan sebagai segala bentuk atau ekspresi dari kehidupan batin masyarakat. Sedangkan peradaban ialah perwujudan kemajuan teknologi dan pola material kehidupannya.
    46. Raymond Williams (1961: 16) Budaya adalah seluruh kehidupan, materi, intelektual, dan spiritual
    47. Larson dan Smalley (1972: 39)Kebudayaan sebagai “blue print” yang memandu perilaku orang dalam suatu komunitas dan diinkubasi dalam kehidupan keluarga. Ini mengatur perilaku kita dalam kelompok, membuat kita peka terhadap masalah status, dan membantu kita mengetahui apa tanggung jawab kita adalah untuk grup. budaya yang berbeda struktur yang mendasari yang membuat bulat bulat masyarakat dan komunitas persegi persegi.
    48. Nostrand (1989: 51)Mendefinisikan budaya sebagai sikap dan kepercayaan, cara berpikir, berperilaku, dan mengingat bersama oleh anggota komunitas tersebut.
    49. Richard brisling (1990: 11) Kebudayaan sebagai mengacu pada cita-cita bersama secara luas, nilai, pembentukan dan penggunaan kategori, asumsi tentang kehidupan, dan kegiatan goal-directed yang menjadi sadar tidak sadar diterima sebagai “benar” dan “benar” oleh orang-orang yang mengidentifikasi diri mereka sebagai anggota masyarakat.
    50. Croydon (1973: 4),Budaya adalah suatu sistem pola terpadu, yang sebagian besar berada di bawah ambang batas kesadaran, namun semua yang mengatur perilaku manusia sepasti senar dimanipulasi dari kontrol boneka gerakannya.
    51. Effat al-Syarqawi yang mengartikan kebudayaan sebagai khazanah sejarah suatu bangsa/masyarakat yang tercermin dalam pengakuan/kesaksiannya dan nilai-nilainya, yaitu kesaksian dan nilai-nilai yang menggariskan bagi kehidupan suatu tujuan ideal dan makna rohaniah yang dalam, bebas dari kontradiksi ruang dan waktu
    52. Parsudi Suparlan Kebudayaan didefinisikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalamanya, serta menjadi landasan bagi tingkah-lakunya
    53. Wallace, Kebudayaan adalah perilaku yang memiliki kemungkinan tertinggi dalam suatu masyarakat.
    54. Lorenz K :Jenis tradisi di mana simbol diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya dengan pembelajaran sosial.
    55. Kamus Ilmu Sosial, Kebudayaan adalah Totalitas perilaku yang dipelajari diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya
    56. J. Lewis, Kebudayaan adalah Semua yang diturunkan secara sosial dalam suatu masyarakat
    57. M. Harris, Kebudayaan adalah sebuah cara hidup
    58. Ensiklopedi Indonesia (1982) Kebudayaan merupakan istilah untuk menunjukkan segala hasil karya manusia yang berkaitan erat dengan pengungkapan bentuk.
    59. Ensiklopedi Nasional Indonesia (1990), Kebudayaan adalah himpunan keseluruhan dari semua cara manusia berpikir, berperasaan, dan berbuat, serta segala sesuatu yang dimiliki manusia sebagai anggota masayarakat, yang dapat dipelajari, dan dialihkan dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
    60. Geza Roheim mengatakan bahwa Kebudayaan itu senantiasa berkaitan dengan latar belakang masa kanak-kanak seseorang yang terlambat dan berfungsi sebagai keamanan diri. Mekanisme kebudayaan manusia serupa Jaringan-jaringan yang maha besar dari percobaan-percobaan yang kurang lebih berhasil untuk melindungi kemanusiaan dari kehilangan sesuatu.
    61. White (1862) mengartikan kebudayaan sebagai tingkah laku yang dipelajari
    62. Ibnu khaldun : kebudayaan adalah kondisi-kondisi kehidupan yang melebihi dari apa yang diperlukan
    63. Fizee (1982) memberi batasan pengertian dan cakupan kebudayaan sebagai berikut: Kebudayaan dapat bererti: (1) Tingkat kecerdasan akal yang setinggi-tingginya yang dihasilkan dalam suatu tempoh sejarah bangsa di puncak perkembangannya; (2) Hasil yang dicapai sesuatu bangsa dalam lapangan kesusastraan, falsafah, ilmu pengetahuan dan kesenian; (3) Dalam pembicaraan politik, kebudayaan diberi erti sebagai way of life sesuatu bangsa, terutama dalam hubungannya dengan adat istiadat, upacara keagamaan, penggunaan bahasa dan kebiasaan hidup masyarakat. (https://coretanandrea.wordpress.com/2013/11/03/definisi-kebudayaan-menurut-beberapa-ahli/)

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia.

Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia. (https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya)

Unsur-Unsur Filsafat Seni Yang Terdapat Pada Tari Legong Raja Cina

April 9th, 2018

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

            Legong merupakan sekelompok tarian klasik Bali yang memiliki pembendaharaan gerak yang sangat kompleks yang terikat dengan struktur tabuh pengiring yang konon merupakan pengaruh dari Gambuh. Kata Legong berasal dari kata “leg” yang berarti gerak tari yang luwes atau lentur dan “gong” artinya Gamelan. “Legong” dengan demikian mengandung arti gerak tari yang terikat (terutama aksentuasinya) oleh gamelan yang mengiringinya. Gamelan yang dipakai mengiringi Tari Legong klasik adalah Gamelan Palegongan. Adapun berbagai jenis tari Legong di Bali antara lain: Legong Keraton, Legong Jobog, Legong Legod Bawa,  Legong Kuntul, Legong Sudarsana, Legong Raja Cina, dan banyak legong kreasi yang diciptakan oleh koreografer-koreografer masa kini.

Legong Raja Cina merupakan hasil akulturasi kebudayaan Bali dan Cina. Legong Raja Cina menceritakan tentang kehidupan rumah tangga antara Raja Sri Jaya Pangus dan Putri Kang Cin Hui yang tidak dikaruniai keturunan. Akhirnya Sri Jaya Pangus bertapa di Gunung Batur untuk memohon keturunan dan bertemu dengan Dewi Danu dan terpikat, hubungan Raja Sri Jaya Pangus dengan Dewi Danu melahirkan seorang anak. Singkat cerita, Kang Cin Hui cemas ketika mengetahui Sri Jaya Pangus sudah lama tidak kembali ke istanaya di Balingkang, lalu Kang Cin Hui mempunyai inisiatif untuk mencari keberadaan sang suami ke gunung Batur dan akhirnya mereka di sebuah hutan di Gunung Batur. Kang Cin Hui merasa sedih sekaligus senang dikarenakan Sri Jaya Pangus pergi meningkalkannya terlalu lama, di hutan terebut terjadilah suatu adegan romans. Terkejut akan melihat Sri Jaya Pangus dan Kang cin Hui ber romans, Dewi Danu merasa murka karena sang suami bercumbu dengan wanita lain yang notabene itu adalah istri Sri Jaya Pangus yang sebenarnya. Saking murkanya, Dewi Danu membinasakan Sri Jaya Pangus dan Kang Cin Hui dengan mata ketiganya dan menjadikan keduanya menjadi abu.

Ketika rakyat Bali tahu bahwa Sri Jaya Pangus dan Kang Cin Hui dimusnahkan, dimohonkanlah kepada Dewi Danu agar Sri Jaya Pangus dan Kang Cin Hui dibangkitkan kembali karena mereka dikenal sebagai raja yang baik oleh rakyatnya. Akhirnya Dewi Danu mengabulkan permintaan rakyat Bali namun Sri jaya pangus dan Putri Kan Cing Hui dibangkitkan dalam wujud Barong Landung agar tetap dipuja oleh masyarakat Bali.

Legong Raja Cina sangat memiliki makna filosofis yang sangat dalam. Dalam tarian ini kita diajarkan bahwa akulturasi budaya itu sudah ada sejak dahulu, akulturasi budaya ini mengajarkan kita arti kebersamaan tanpa memandang suku, ras, agama dan kelompok antar golongan.

 

I.2 Rumusan Masalah

I.2.1 Apa pengertian filsafat seni?

I.2.2 Bagaimana unsur filsafat seni dalam tari Legong Raja Cina?

I.2.3 Bagaimana iringan tari Legong Raja Cina?

 

 

I.3 Tujuan

            I.3.1 Mengetahui apa itu filsafat seni.

I.3.2 Mengetahui unsur filsafat seni dalam tari Legong Raja Cina.

I.3.3 Mengetahui iringan tari Legong Raja Cina.

 

I.4 Manfaat

Mencoba memberikan pendapat terhadap unsur-unsur filosofis yang terdapat pada tari Legong Raja Cina kepada para pembaca paper yang saya tulis.

BAB II

PEMBAHASAN

 

II.1 Pengertian Filsafat Seni.

                   Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan menggunakan akal sampai pada hakikatnya. Jadi, dalam filsafat objeknya tidak membatasi diri. Dalam filsafat membahas objeknya untuk sampai kedalamnya, sampai keradikal dan totalitas.

Cabang dari filsafat adalah estetika. Estetika membahas tentang keindahan. Objek dari estetika adalah pengalaman dan keindahan. Dalam hal ini apa yang disebut seni itu baru ‘ada’ kalau terjadi dialog saling memberi dan menerima antara subjek seni (penanggap) dengan subjek seni (benda seni). Seni itu dikatakan indah tergantung dari penanggap seni. Tidak semua orang menganggap seni yang ia lihat itu selalu indah.

Esterika merupakan pengetahuan tentang keindahan alam dan seni. Sedangkan filsafat seni hanya merupakan bagian estetika yang khusus membahas karya seni. Estetika adalah bagian dari filsafat. Dalam studi filsafat, estetika digolongkan dalam persoalan nilai, atau filsafat tentang nilai, sejajar dengan nilai etika.

Studi estetika seagai filsafat yang bersifat spekulatif, mendasar, menyeluruh dan logis ini. Filsafat seni bersangkutan dengan masalah-masalah konseptual yang muncul dari pengertian kita tentang seni. Pertanyaan-pertanyaan seperti berikut ini akan diajukan dalam filsafat seni: Bagaimana seni didefinisikan? Apa yang membuat karya seni itu indah, menarik, jelek? Bagaimana kita meanggapi sebuah karya seni? Apakah sebuah ungkapan artistik merupakan bentuk ungkapan yang unik? Apakah seni menyingkapkan kebenaran tentang segala sesuatu? Mengapa manusia menciptakan karya-karya seni?

 

II.2 Unsur Filsafat dalam tari Legong Raja Cina

Narasumber: Anak Agung Oka Ariwangsa

Legong Raja Cina merupakan hasil akulturasi kebudayaan Bali dan Cina. Tarian ini diciptakan untuk mengingat hubungan antara Bali dan Cina dalam bentuk tari Legong. Tari Legong Raja Cina ini diperkirakan sudah pernah ada, dan ditafsirkan tarian ini ada sejak tahun 1930-an. Ini bisa dilihat dari penarinya sudah 3 orang, kalau kurang dari 3 orang maka tidak akan bisa menarikan Legong Raja Cina tersebut, itupun ditafsirkan setelah rekonstruksi berjalan.

Alm. Ayahanda bp.Anak Agung Oka Ariwangsa mengatakan waktu itu masih ada 2 legong yang belum direkonstuksi, yaitu Legong Brahmara dan Legong Raja Cina. Namun rekonstruksi waktu itu tidak bisa berjalan dikarenakan Alm. Ayahanda bapak Anak Agung Oka Ariwangsa meninggal dunia, tetapi Anak Agung Oka Ariwangsa tetap bersikukuh untuk merekonstruksi Legong terebut karena Legong tersebut dulunya pernah ada.

Akhirnya Anak Agung Oka Ariwangsa melakukan penelitian, mencari informasi-informasi mengenai apa itu “Raja Cina”. Beberapa orang sudah sempat ditanyakan tentang Raja Cina seperti Bapak Padang, Bapak Suwe, Bapak Sinti dan banyak lagi ternyata mereka tidak mengetahui tentang keberadaan Legong Brahmara dan Legong Raja Cina. Namun, suatu ketika Anak Agung Oka Ariwangsa bertemu dengan Bapak Berata dan ditanyakanlah “apa Bapak memiliki Gending/Tabuh Raja Cina?”. Lalu P.Berata menjawab ada sebuah buku pemberian dari Agung Aji Griya yang berisikan tentang gending Raja Cina, Anak Agung Oka Ariwangsa memutuskan untuk pergi kerumah P.Berata untuk meminjam buku tersebut dan memutuskan untuk mengadakan rekonstruksi.

Namun di buku yang didapat dari P.Berata hanya berisikan gending Pengawak dan sedikit gending Pengecet, bagian-bagian yang lain dikarang oleh Anak Agung Oka Ariwangsa. Analisis cerita serta penentuan tokoh-tokohnya Anak Agung Ariwangsa Menanyakan kepada P.Dibya dan P.Bandem, namun sayangnya beliau tidak begitu mengetahui tentang keberadaan Legong Raja Cina ini, beliau hanya memberi semangat kepada Anak Agung Oka Ariwangsa untuk merekonstruksi Legong Raja Cina tersebut.

Legong Raja Cina menceritakan tentang kehidupan rumah tangga antara Raja Sri Jaya Pangus dan Putri Kang Cin Hui yang tidak dikaruniai keturunan. Akhirnya Sri Jaya Pangus bertapa di Gunung Batur untuk memohon keturunan.Setelah sekian lama bertama akhirnya Sri Jaya Pangus bertemu dengan Dewi Danu, Sri Jaya Pangus terpikat akan kecantikan Dewi Danu, setelah terjadi hubungan layaknya suami dan istri hubungan Raja Sri Jaya Pangus dengan Dewi Danu melahirkan seorang anak bernama Mayadenawa.

Kang Cin Hui cemas ketika mengetahui Sri Jaya Pangus sudah lama tidak kembali ke istanaya di Balingkang, lalu Kang Cin Hui mempunyai inisiatif untuk mencari keberadaan sang suami ke gunung Batur dan akhirnya mereka di sebuah hutan di Gunung Batur. Kang Cin Hui merasa sedih sekaligus senang dikarenakan Sri Jaya Pangus pergi meningkalkannya terlalu lama, di hutan terebut terjadilah suatu adegan romans. Terkejut akan melihat Sri Jaya Pangus dan Kang cin Hui ber romans, Dewi Danu merasa murka karena sang suami bercumbu dengan wanita lain yang notabene itu adalah istri Sri Jaya Pangus yang sebenarnya. Saking murkanya, Dewi Danu membinasakan Sri Jaya Pangus dan Kang Cin Hui dengan mata ketiganya dan menjadikan keduanya menjadi abu.

Setelah itu seluruh rakyat Bali yang mendengar peristiwa itu memohon kepada Dewi Danu agar menghidupkan kembali rajanya yang dinilai baik hati kepada rakyatnya. Lalu Dewi Danu mewujudkan keinginan rakyat Bali menghidupkan Sri Jaya Pangus dan Putri Kang Cin Hui menjadi Barong Landung agar tetap dipuja oleh semua masyarakat Bali.

Ayahanda Anak Agung Oka Ariwangsa pernah berkata bahwa Legong Raja Cina ini menceritakan tentang Raja Bali menikah dengan Putri Cina, itu saja kalimat beliau. Lalu kata itulah yang dipakai pedoman oleh Anak Agung oka Ariwangsa untuk mencari cerita yang dimaksud oleh Ayahanda Anak Agung Oka Ariwangsa. Dan akhirnya Anak Agung Oka Ariwangsa menemukan cerita yang dimaksud oleh Ayahandanya lalu di analisa, dipelajari bagaimana peran-peran tokoh dalam cerita tersebut, lalu dibuatkan struktur dan gendingnya dengan menambahkan gending Pengawak dan Pengecet yang didapat dari buku milik P.Berata. Setelah semua itu dirasa sudah rampung, akhirnya Anak Agung Oka Ariwangsa mulai mengadakan proses latihan untuk tampil di Taman Budaya Art Center Denpasar. Pada saat pentas audien sangat mengapresiasi pertunjukan Legong Raja Cina tersebut dan banyak pula yang memberikan saran yang membangun, dan akhirnya lahirlah Legong Raja Cina dalam bentuk rekonstruksi.

Dari hal diatas dapat kita maknai, mengapa seniman terdahulu menciptakan Legong Raja Cina? Sang seniman ingin memberikan pesan bahwa kita harus menghormati, menghargai, memaknai nilai-nilai akulturasi budaya Bali dan Cina. Raja Bali yang pernah menikah dengan Putri Cina diiwujudkan dalam bentuk Barong Landung yaitu Jero Wayan dan Jero Luh.

 

II.3 Iringan tari Legong Raja Cina.

Tari Legong Raja Cina pada penciptaannya dahulu menggunakan Gamelan Palegongan. Gamelan Palegongan merupakan seperangkat gamelan Bali yang tergolong dalam gamelan barungan Madya. Gamelan Palegongan merupakan barungan gamelan Bali hasil pengembangan dari gamelan Gambuh. Dalam lontar Catur Muni-Muni, gamelan palegongan disebutkan dengan nama Semara Petangian. Instrumentasi Gamelan palegongan ini terdiri dari: 2 buah kendang Krumpungan, 2 tungguh gender rambat, 2 tungguh gender rambat kantilan, 4 tungguh gangsa jongkok, 4 tungguh gangsa pemade, 4 tungguh gangsa kantilan,2 tungguh jublag, 2 tungguh jegogan, 1 instrumen kempur, 1 instrumen klenang, 1 instrumen kajar krenteng, 1 instrumen gentorag dan 1 instrumen kecek. Gamelan Palegongan memiliki 5 nada pokok dalam tiap tungguh gangsanya, nada yang digunakan berlaraskan Pelog, maka dari itu gamelan Palegongan disebut gamelan Pelog saih 5 (lima). Namun pada saat pementasan di PKB tarian Legong Cina ini diiringi dengan barungan gamelan Semara Pegulingan karena tari Legong Raja Cina saat itu dipentaskan pada event parade Semara Pegulingan.

 

BAB III

KESIMPULAN

 

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan menggunakan akal sampai pada hakikatnya. Jadi, dalam filsafat objeknya tidak membatasi diri. Dalam filsafat membahas objeknya untuk sampai kedalamnya, sampai keradikal dan totalitas. Studi estetika seagai filsafat yang bersifat spekulatif, mendasar, menyeluruh dan logis ini. Filsafat seni bersangkutan dengan masalah-masalah konseptual yang muncul dari pengertian kita tentang seni.

Legong Raja Cina menceritakan tentang kehidupan rumah tangga antara Raja Sri Jaya Pangus dan Putri Kang Cin Hui yang tidak dikaruniai keturunan. Akhirnya Sri Jaya Pangus bertapa di Gunung Batur untuk memohon keturunan. Setelah sekian lama bertama akhirnya Sri Jaya Pangus bertemu dengan Dewi Danu, Sri Jaya Pangus terpikat akan kecantikan Dewi Danu, setelah terjadi hubungan layaknya suami dan istri hubungan Raja Sri Jaya Pangus dengan Dewi Danu melahirkan seorang anak bernama Mayadenawa.

Kang Cin Hui cemas ketika mengetahui Sri Jaya Pangus sudah lama tidak kembali ke istanaya di Balingkang, lalu Kang Cin Hui mempunyai inisiatif untuk mencari keberadaan sang suami ke gunung Batur dan akhirnya mereka di sebuah hutan di Gunung Batur. Kang Cin Hui merasa sedih sekaligus senang dikarenakan Sri Jaya Pangus pergi meningkalkannya terlalu lama, di hutan terebut terjadilah suatu adegan romans. Terkejut akan melihat Sri Jaya Pangus dan Kang cin Hui ber romans, Dewi Danu merasa murka karena sang suami bercumbu dengan wanita lain yang notabene itu adalah istri Sri Jaya Pangus yang sebenarnya. Saking murkanya, Dewi Danu membinasakan Sri Jaya Pangus dan Kang Cin Hui dengan mata ketiganya dan menjadikan keduanya menjadi abu.

Setelah itu seluruh rakyat Bali yang mendengar peristiwa itu memohon kepada Dewi Danu agar menghidupkan kembali rajanya yang dinilai baik hati kepada rakyatnya. Lalu Dewi Danu mewujudkan keinginan rakyat Bali menghidupkan Sri Jaya Pangus dan Putri Kang Cin Hui menjadi Barong Landung agar tetap dipuja oleh semua masyarakat Bali.

Dari hal diatas dapat kita maknai, mengapa seniman terdahulu menciptakan Legong Raja Cina? Sang seniman ingin memberikan pesan bahwa kita harus menghormati, menghargai, memaknai nilai-nilai akulturasi budaya Bali dan Cina. Raja Bali yang pernah menikah dengan Putri Cina diiwujudkan dalam bentuk Barong Landung yaitu Jero Wayan dan Jero Luh.

Tari Legong Raja Cina pada penciptaannya dahulu menggunakan Gamelan Palegongan.

Diferensiasi antara Gong Kebyar Bali utara dan Bali Selatan

April 9th, 2018

 

  1. Bali Utara

Dari segi keseluruhan barungan Gamelan Gong Kebyar dari Bali Utara memiliki instrumentalia sebagai berikut, yaitu:

  • 1 instrumen Trompong
  • 1 instrumen Reong Barangan
  • 1 instrumen Reong
  • 2 instrumen Kendang
  • 1 instrumen Kecek
  • 8 instrumen Ceng-Ceng kopyak
  • 2 instrumen Ugal
  • 4 instrumen Pemade
  • 4 instrumen Kantil
  • 2 instrumen Jublag
  • 2 instrumen Jegog
  • 2 intrumen Gong (lanang dan wadon)
  • 1 instrumen Kajar
  • 1 Instrumen Kempur

Adapun hal yang dapat saya lihat pada barungan ini yaitu:

  • Intrumen Gong(lanang, wadon), dan Kempur hanya dimainkan oleh satu orang
  • Adanya Reong Barangan yang bisa menambah kesan ‘lebih ramai’ pada saat barungan ini dipentaskan.
  • Bilah pada instrumen Gangsa (Ugal, Pemade, Kantilan) pada barungan ini menggunakan gaya mepacek, sehingga reng atau frekuensi nada yang dihasilkan menjadi pendek, sama sepertinya dengan prinsip yang digunakan pada gangsa Gong Gede.
  • Pada instrumen Trompong, mencon dari kiri ke kanan memiliki perbedaan wujud yang signifikan. Mencon yang paling kiri memiliki ukuran yang sangat lebar dan tinggi, sedangkan yang paling kanan sangat kecil dan pendek.
  • Pada barungan ini tidak terdapat instrumen Penyacah.
  • Pada bilah instrumen Gangsa dalam barungan ini berbentuk/berwujud metundun klipes (memiliki punggung yang tak bersudut/setengah lingkaran)
  • Dari segi visual (pelawah), barungan ini memiliki pelawah yang bisa dikatakan masih sederhana. Terlihat pada pelawah Terompong, Reong, Reong Barangan yang pendek dan memiliki sedikit ukiran, Pelawah instrumen Gangsa, Jublag, Jegog yang memiliki sedikit ornamentasi ukiran, dan Gong (lanang, wadong) dan Kempur hanya ditopang oleh 2 cagak tanpa menggunakan Gayor.

 

  1. Bali Selatan

Dari segi keseluruhan barungan Gamelan Gong Kebyar dari Bali Selatan ini memiliki instrumentalia sebagai berikut, yaitu:

  • 1 instrumen Trompong
  • 1 instrumen Reong
  • 2 instrumen Kendang
  • 1 instrumen Kecek
  • 8 instrumen Ceng-Ceng kopyak
  • 2 instrumen Ugal
  • 4 instrumen Pemade
  • 4 instrumen Kantil
  • 2 instrumen Jublag
  • 2 instrumen Penyacah
  • 2 instrumen Jegog
  • 2 intrumen Gong (lanang dan wadon)
  • 1 instrumen Kajar
  • 1 instrumen Kempli
  • 1 instrumen Kemong
  • 1 Instrumen Kempur
  • 1 instrumen Bende

 

Adapun hal yang dapat saya lihat pada barungan ini yaitu:

  • Intrumen Gong(lanang, wadon), Bende dan Kempur dimainkan oleh empat orang.
  • Tidak terdapat adanya Reong Barangan pada barungan Gong Kebyar gaya Bali Selatan.
  • Bilah pada instrumen Gangsa (Ugal, Pemade, Kantilan) pada barungan ini menggunakan gaya megantung, sehingga reng atau frekuensi nada yang dihasilkan menjadi panjang.
  • Pada instrumen Trompong, mencon dari kiri ke kanan memiliki perbedaan wujud yang tidak begitu signifikan seperti pada Trompong Gong Kebyar Bali utara. Mencon yang paling kiri memiliki ukuran yang lebar dan tidak begitu tinggi, sedangkan yang paling kanan tidak begitu kecil dan tidak begitu pendek ataupun sejajar dengan mencon yang lain.
  • Pada barungan ini terdapat instrumen Penyacah.
  • Pada bilah instrumen Gangsa dalam barungan ini memiliki sudut, tidak seperti Gangsa pada Gong Kebyar gaya Bali Utara yang menggunakan bilah Gangsa yang berbentuk tundun klipes.
  • Dari segi visual (pelawah), barungan ini memiliki pelawah yang bisa dikatakan lebih artistik dibandingkan pelawah yang terdapat pada barungan Gong Kebyar gaya Bali Utara. Terlihat pada pelawah Terompong, Reong, Reong Barangan yang lebih tinggi dan dihiasi lebih banyak ukiran dan ditambah dengan relief untuk menutupi kaki dari pemain instrumen tersebut, Pelawah instrumen Gangsa, Jublag, Jegog yang memiliki lebih banyak ornamentasi ukiran, relief pada bagian depan Gangsa yang menceritakan suatu epos ataupun pepatran yang dirangkai sedemikian rupa, dan Gong (lanang, wadong), Bende dan Kempur ditopang oleh 4cagak dan menggunakan Gayor.