geguntangan di abuan bangli
Posted Under: Tak Berkategori
GAMBELAN GEGUNTANGAN
DI DESA ABUAN BANGLI
Pengertian Gambelan Geguntangan
Yang dimaksud dengan gambelan Geguntangan adalah suatu barungan yang ditentukan oleh adanya 2 buah instrumen yang sama yaitu instrumen guntang dan kedua instrumen tersebut mempunyai tugas dan fungsi berlainan. Dua buah guntang itu adalah guntang alit sebagai mat dan guntang kempur sebagai finalis
Kata gambelan geguntangan terdiri dari kata gambelan dan kata geguntangan dimana masing-masing kata kalau dipisahkan akan mempunyai arti berlainan.
Asal-usulnya
Berbicara mengenai asal-usul gambelan Geguntangan kita tidak bisa lepas dari pada sejarah timbulnya Arja. Hal ini tiada lain disebabkan oleh kenyatan bahwa gambelan Geguntangan merupakan bagian dari pada pertunjukan Drama Tari Arja.
Untuk mengungkap instrumen guntang secara umum maka di dalam kidung yadnya yaitu buku yang dihimpun oleh Narendra Dewa Sastri pada bagian pengantas layon/Sudamala dalam bait ketiga dan lainnya ada disebutkan :
“Widhyadara prasama tumurun, mapagin atmane,
watek nawasanga sami, tatbuhane gemuruh,
suling rebab mwang calempung, pareret, warapsarine,
gong gending angalun alun, guntang kumarincing kareng
wan caring munya kaklentingan.”
“Widyadhara prasama angrubung, amundut kabeh,
padha papandon rimihin, tatabuhane anglangan,
sopacara munggahin ayun, angresing hati polah
swaraning gumpit anglangan, curing rebab kecapine,
guntang muri kaklentingan “
Artinya :
“Para bidadara semuaya turun, bersama menjemput atma
para Dewa yang jumlahnya sembilan, bunyi gambelan gemuruh,
suling, rebab beserta celempung, pareret bidadari
lagu gambelan mengalun-alun, guntang kedengaran bergerincing disertai
dengan suara caring
“ Para bidadari semua mengerumun, semuanya memikul,
didahului oleh para emban, suara gambelan mempesona
didahului dengan upacara,yang membikin hati kusut,
bunyi gumpit mempesona, curing rebab dan kecapi
bunyi guntang berkelanting “ (Sastri, I caka 1883 :57)
Dalam bait kidung yadnya diatas hanya disebutkan kata guntang sedangkan dalam gambelan geguntangan bukan saja terdapat dua buah guntang melainkan terdapat pula instrumen lain seperti kendang, cengceng, tawa-tawa, dan lain-lain.
Seperti telah disebutkan diatas bahwa asal-usul gambelan geguntangan sangat erat hubungannya dengan timbulnya Arja
Pertunjukkan Arja untuk pertama kali diduga terjadi tahun 1814 yaitu atas persembahan I Dewa Agung Manggis (Gianyar) dan I Dewa Agung Jambe (Badung), pada saat pelebon I Dewa Agung Gede Kusamba di Klungkung (Proyek penggalian/pembinaan Seni Budaya Klasik/Tradisional dan Baru, 1975, 14-15)
Pada awal perkembangan Arja ini sama sekali tidak diiringi dengan gambelan, tapi mempergunakan tembang lelawasan sejenis kidung atau tembang gambuh. Dalam perkembangan selanjutnya yaitu setelah Arja Doyong di Singapadu maka timbullah Arja Pakangraras di Banjar Tameng Sukawati. Yang perlu dicatat bahwa semenjak timbulnya Arja Pakangraras ini Arja mulai diiringi dengan gambelan geguntangan
Menurut informasi yang penulis terima dari Jro Nyoman Rawi bahwa adanya gambelan geguntangan di Desa Abuan karena munculnya sebuah Barong Landung yang gambelannya menyerupai dengan Barong Landung.
Munculnya arja di Abuan adalah atas prakarsa dari Jro Nyoman Rawi. Beliaulah yang mendatangkan pelatih dari Gianyar. Sekaha ini bertahan kira-kira sekitar 15 tahun yang akhirnya mengalami kemunduran. Karena adanya barong landung yang katanya seneng mesesolahan maka dengan dipaksa dan tidak terpaksa salah satu klian mencari seke arja dan geguntangan walaupun hasil daripada pementasan tidak maksimal. Tetapi lakon yang digunakan adalah Sampik Intai dan Sri Jaya Pangus karena terhubung dengan Barong landung itu.
Kesenian arja di desa Abuan sampai sekarang masih ada dan berkat dari para penglingsir-penglingsir di Abuan yang mempunyai prinsip bahwa kesenian Arja harus tetap dilestarikan karena merupakan tetamian dari para leluhur kita dan juga gambelnnya tidak boleh mengandung kontemporer dan harus dengan gambelan Arja atau disebut juga dengan geguntangan. Karena dari prinsip itulah maka setiap tahun pemain arja itu ada pelanjutnya
Fungsinya
Gambelan geguntangan mempunyai dua fungsi yaitu fungsi umum dan khusus, karena sesuai dengan perkembangan jaman sekarang. Selain untuk arja juga mempunyai fungsi yang lain
Fungsi Umum
Fungsi umum dari pada gambelan geguntangan sangat banyak. Seperti sekarang gambelan geguntangan banyak mengiringi kidung-kidung interaktif contohnya yang ada di Bali TV dan juga seperti di Pura-Pura dipakai untuk Dharmagita yaitu mengiringi pesantian dengan pupuh-pupuh Sekar Alit yang hampir mirip dengan arja atau sering disebut dengan arja duduk dengan tanpa tarian. Dan ada juga gambelan geguntangan sering diiringi dengan pementasan Barong landung seperti yang ada di Desa Abuan
Fungsi Khusus
Gambelan geguntangan mempunyai andil yang sangat besar di dalam tugasnya sebagai iringan dalam pementasan Drama tari arja. Ini berarti bahwa gambelan geguntangan adalah bagian dari Dramatari Arja yakni sebagai iringan. Gambelan geguntangan disini adalah yang berfungsi sebagai gambelan iringan tari. Keduanya merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sama seperti di Abuan kalau gambelan geguntangan hanya dipakai untuk mengiringi Drama Tari Arja.
Organisasinya
Pada umumnya organisasi-organisasi kesenian di Bali terhimpun dalam sebuah perkumpulan yang disebut sekaa.
Adapun susunan atau struktur organisasi dari pada sekaa gambelan geguntangan di Desa Abuan adalah sebagai berikut :
- Kelian : I Gst. Ngurah Kadek (merangkap Pembina)
- Sekretaris : I Made Kantor
- Bendahara : I Nyoman Temeg
- Penabuh-penabuh : 1. Kendang Wadon : Jro Nyoman Raka
2. Kendang Lanang : Nengah Suasta
3.: Cengceng : Jro Made Dwiyanta Putra
4. Guntang kajar/kecil : Jro Ngurah Wiratama Putra
5. Guntang kempur/ageng: Jro Nyoman Rawi
6. Tawa-tawa : I Wayan Rendang
7. Kajar : Waya Mika
8. Klenong : Jro Made Anom Utama
9. Suling : I Nyoman Slamet
Instrumen Geguntangan
Instrumen adalah alat-alat yang digunakan dalam suatu barungan gong yang mempunyai fungsi masing-masing. Untuk lebih jelasnya penulis akan uraikan mengenai jenis alat, bentuk, bahan dan ukuran dari pada gambelan geguntangan di Desa Abuan.
- Instrumen kendang yang berbentuk bulat panjang dibuat dari kayu nangka/ketewel, yang dilubang dan di dalamnya diisi palulit serta ditutup dengan kulit sapi pada kedua ujung dan di cancang dengan jangat.
Instrumen kendang ada 2 yaitu kendang Wadon dengan ukuran : panjang 57cm, garis tengah muka kiri 10 cm dan garis tengah muka kanan 12,5 cm.
Kendang lanang dengan ukuran : panjang 40 cm, garis tengah muka kiri 9,5 cm dan garis tengah muka kanan 11,5 cm
- Instrumen guntang (jumlahnya 2 buah)
Instrumen ini dibuat dari bambu yang berbentuk bulat panjang dengan ukuran :
Guntang kempur : panjang = 67 cm
lebar = 15,5 cm
panjang senar = 51 cm
panjang lidah = 6 cm
lubang di bawah lidah, panjang = 4 cm dan
lebar = 3 cm
Guntang alit : panjang = 4cm
lebar = 8 cm
lubang di muka kiri = 2,5 cm
panjang senar = 32 cm
panjang lidah = 6cm dengan lubang di bawahnya
2,5 x 1,5 cm
- Kajar
Instrumen ini berbentuk moncol bahannya dari kerawang dengan ukuran yaitu :
– Tinggi moncol= 1 cm
– Lebar mua = 8 cm
– Lebar daun = 8 cm
- Tawa – tawa
Instrumen ini juga berbentuk moncol, bahannya kerawang dengan ukuran yaitu :
– Tinggi moncol= 2,5 cm
– Lebar mua = 11 cm
– Lebar daun = 7 cm
- Klenang
Instrumen klenang berbentuk moncol, bahannya kerrawang mempunyai ukuran :
– Tinggi moncol= 2cm
– Lebar mua = 4cm
– Lebar daun = 5 cm
- Cengceng
Instrumen ini berbentuk lempengan bundar dibuat dari kerawang dan dipasang di atas sebuah kayu segi empat yang berukuran :
– Panjang = 32 cm
– Lebar = 15 cm
- Suling
Instrumen suling terbuat dari bambu yang dapat dibuat dengan berbagai ukuran. Ukuran terbesar yang dipakai pada gambelan geguntangan di Abuan adalah :
– Panjang = 41,5 cm
– Panjang = 33 cm (ukuran menengah)
– Panjang = 24 cm (ukuran kecil)
Adapun instrument-instrumen yang terdapat dalam rancakan gambelan geguntangan di Desa Abuan adalah sebagai berikut :
– Dua buah kendang kerampungan yang terdiri satu buah kendang lanang dan satu buah kendang wadon. Adapun tugas kendang ini sebagai pemurba irama/penguasa irama
– Satu buah guntang kecil atau guntang alit yang bertugas sebagai pemegang mat
– Satu buah guntang ageng atau disebut juga guntang kempur yang bertugas sebagai finalis
– satu buah kajar, sebagai penambah kekayaan ritme
– Satu buah klenang juga sebagai pembawa mat yang pukulannya selang seling dengan guntang alit
– Satu buah rincik atau lebih dikenal dengan cengceng untuk memperkaya ritme
– Dua atau tiga buah suling sebagai pembawa melody karena suling satu-satunya instrument yang fix melody
Letak / Komposisi Gambelan
Dalam bentuk penyajian ini penulis akan bagi menjadi 2 kelompok antara lain :
1) Posisi Instrumen dan Tempat Penyajian
Posisi instrument yang penulis maksudkan disini adalah aturan penempatan instrument disaat menabuh, di dalam tugasnya dalam mengiringi pertunjukan arja
Tempat dimana arja dipentaskan disebut “kalangan” yang berbentuk arena yang dapat ditonton dari semua jurusan. Kalangan arja biasanya dibuat dengan panjang kurang lebih panjang 10 meter dan lebar 6 meter atau disesuaikan dengan tempat yang ada. Kalangan untuk pertunjukan di Bali sering-sering dibuat berdasarkan kepercayaan yang ada, misalnya penggunaan arah, di muka pura, menghadap tempat persembahyngan dll. Kalangan arja dilengkapi dengan sebuah rangki pada ujung pertama yaitu tempat penari mempersiapkan diri sebelum tampil ke arena.
Posisi gambelan biasanya ditempatkan pada ujung kedua yaitu sebelah kiri rangki. Untuk lebih bijaksana uraian dari pada posisi instrumen dan tempat penyajian ini, perhatikan gambar yang terlampir
2) Susunan gending pada saat penyajian
Secara garis besarnya susunan gending / tabuh di dalam pengarjaan yang diiringi dengan geguntangan dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
1) Tabuh Pereren (petegah) yaitu tabuh pembukaan yang lagunya sering diambil dari lagu-lagu Pegambuhan seperti pengecet sekar elod, pengecet subang, tetamburan, dll.
2) Tabuh pengiring igel pepesan yaitu tabuh yang biasanya disesuaikan dengan tembang-tembang yang dipakai oleh si penari arja. Seperti pangkur diiringi dengan batel, Adri diiringi dengan tabuh Adri, dll.
3) Tabuh pengiring Drama, biasanya tidak banyak berbeda dengan tabuh pengiring pepeson. Hanya saja tabuh pegiring disini mampu menciptakan suasana yang sesuai dengan lakon yang dibawakan, seperti suasana sedih, marah, gembira, dll.
Laras Pada Gambelan Geguntangan
Beberapa tahun yang lalu istilah laras yaitu laras pelog maupun laras selendro belum banyak dikenal oleh masyarakat umum bahkan juga oleh kebanyakan penabuh-penabuh gambelan di Bali. Tetapi pande-pande pembuat gambelan, sastrawan-sastrawan di Bali sudah dari dulu mengenal istilah-istilah tersebut dan mengerti betul apa yang dimaksud laras pelog dan selendro. Pada waktu itu banyak orang mempergunakan istilah – istilah “patutan gong” (maksudnya pelog) “patutan gender” (maksudnya selendro) dan “patutan gambang “ (maksudnya pelog saih pitu)
Gambelan dan tembang di Bali bisa disimpulkan mempergunakan 2 macam laras yakni laras pelog dan selendro
Oleh karena gambelan geguntangan pada hakekatnya adalah gmbelan pearjaan (untuk mengiringi drama tari arja) maka laras gambelan inipun selaras dengan tembang yang dipakai dalam arja yakni selendro dan pelog.
Masalah laras atau perubahan laras hanya terdapat pada suling , karena suling satu-satunya instrumen fix melody dan flexible di dalam arja.
SUMBER : JERO NYOMAN RAKA, BAMBANGYUDA
ALAMAT: DESA SUSUT, ABUAN BANGLI