geguntangan di penataan bangli

PENGERTIAN GAMBELAN

Yang dimaksud dengan gambelan Geguntangan adalah suatu barungan yang ditentukan oleh adanya 2 buah instrumen yang sama yaitu instrumen guntang, dan kedua instrumen tersebut mempunyai tugas dan fungsi yang berlainan. Dua buah guntang itu adalah guntang alit sebagai mat dan guntang gong sebagai finalis. Geguntangan adalah gambelan yang tergolong gambelan madya, Kata gambelan geguntangan terdiri dari kata gambelan dan kata geguntangan.

Gambelan yang artinya seprangkat alat yang di sentuh sehingga menghasilkan bunyi yang di sebut dengan nada, dalam kehidupan sehari-hari gambelan juga di magsud dengan alat yang di mainkan oleh suatu kelompok cukup banyak maupun alat yang di mainkan secara individual, sebagian besar orang melakukan permainan gambelan secara berkelompok jarang orang memainkan gambelan secara individual (sendiri) kecuali garapan itu memang sengaja di buat agar mempunyai kesan yang berbeda dari permainan gambelan yang lainnya. Beberapa orang juga mengatakan bahwa gambelan itu adalah alat atau benda yang di pegang/gambel ( bahasa Bali halus yang artinya memegang), jadi gambelan artinya alat yang di pegang ketika dipukul,disentuh akan menghasilkan suatu bunyi yang di sebut dengan nada (alat instrumental).

fungsi gambelan

Gambelan selain sebagai musik Bali yang banyak jenis merupakan suatu kesatuan bebarungan gambelan yang besifat kompleks yang mendukung kesatuan seni Bali.gambelan juga sebagai unsure pendidikan dimana suatu alat yang memiliki nada-nada yang telah di tentukan yang mengahasilkan suatu melodi yang bis di notasikan, yang kemudian di kembangkan menjadi suatu dasar karawitan Bali.

Gambelan sebagai pelaksanaan agama dan adat

Gambelan dalam upacara yadnya sangatlah penting untuk mengiringi upacara yandnya, sebagai sarana pengebaktian umatnya untuk untuk membawakan suasana tenang, megah, kesucian, cemerlang, dan keagungan dalam dalam suasana persembahyangan. Gambelan juga berfungsi mendekatkan diri kepada tuhan sesuai tempat dan fungsinya, gambelan memiliki nilai sacral dan religius yang memiliki arti suci, sakti, angker,( super natural power) yang memiliki kekuatan lebih. Kepercayaan dalam bentuk yadnya akan mendapat sesuatu religious masyarakat tertentu.

Gambelan sebagai pengiring tarian

 gambelan sangatlah erat hubungannya dengan tari-tarian gending-gending yang mengiringi tarian membawakan tarian tersebut menjadi hidup, indah, berwibawa, dan agung.  dan dengan adanya gambelan tari mampu melakukan gerakan- gerakan yang di tarikan  dan membangkitkan penari tersebut melalui alunan musik yang memperindah suasana, begitu juga dengan gambelannya dengan adanya penari gambelan mampu menspot penari dengan tujuan suasana gerakannya. Gambelan inipun mula-mula medapat proporsi dalam fungsinya sebagai iringan tari. Misalnya barungan geguntangan untuk mengiringi sebuah tarian dramatari arje, gambelan joged untuk mengiringi tarin joged, dan lain-lain. Namun dari jaman dulu samapi sekarang telah member corak lain lagi, bahwa gambelan gong kebyar dewasa ini masyarakat di beberapa tempat telah di beri fungsi yang lebih dari proporsinya semula.

 Tembang dan tarian

unsur kesenian ini dimana sangat harmonis sebagai pengiring tarian, pada mulanya pengiringi tarian dramatari, arje, janger, prembon, barong landing, yang memliki pupuh atau gending yang menuliskan lakon dari tema cerita. Juga jenis sesendonan dilakukan dalam bentuk tari di bali.

Gambelan sebagai unsur pendidikan

Gambelan sangat befungsi di dalam bidang pendidikan masyarakat menjadi bukti bahwa gambelan mampu meresapi atau mengunggah emosi jiwa kearah peningkatan ketingkat yang lebih haalus, sopan, mesra, agung dan wibawa. Dan sistim (puluhan orang) dengan harmonisasi bersama menciptakan suara yang banyak menjadi satu kedengarannya.

PENGERTIAN GEGUNTANGAN

            Geguntangan adalah seprangkat alat gambelan yang sederhana dimana gambelan ini sebagai pengiring dengan mengutamakan tembang dan melodrama hinnga tembang tersebut sangat jelas di dengar. Gegutangan jug di katakana barungan kecil yang memiliki pola tehnik tertentu dalam nilai-nilai kreatif tinggi dapat mengiringi pengarjaan,. Jadi geguntangan berasal dari kata guntang yang artinya sebuah alat gambelan yang terbuat dari bamboo yang di ciptakan sehinnga menghasilkan suatu nada. Alat ini pada umunya dalam gambelan geguntangan ada 2 jenis guntang yang terdapat dalam barungan geguntangan ini:

  1. Guntang kecil ( berfungsi sebagai pembawa mat).
  2. Guntang kempur ( dimana guntang kempur ini berfungsi sebagai finalis).

Maka yang disebut dengan geguntangan adalah sebuah alat gambelan dari bambu kemudian dilengkapi dengan instrumental lainnya yang menjadi satu kesatuan gambelan geguntangan.

Barungan gambelan geguntangan bisa juga merupakan gambelan pengarjaan yang mengiringi dan mengutamakan tembang. Adapun kelengkapan instrument geguntangan lain seperti:

  1.  Instrumen kendang yang berbentuk bulat panjang dibuat dari kayu nangka/ketewel, yang dilubang dan di dalamnya diisi palulit serta ditutup dengan kulit sapi pada kedua ujung dan di cancang dengan jangat.

Instrumen kendang ada 2 yaitu kendang Wadon dengan ukuran : panjang 57cm, garis tengah muka kiri 10  cm dan garis tengah muka kanan 12,5 cm.

Kendang lanang dengan ukuran : panjang 40 cm, garis tengah muka kiri 9,5 cm dan garis tengah muka kanan 11,5 cm

 

  1. Instrumen guntang (jumlahnya 2 buah)

Instrumen ini dibuat dari bambu yang berbentuk bulat panjang dengan ukuran :

Guntang kempur :       panjang                                                =  67 cm

lebar                                                    = 15,5 cm

panjang senar                                      = 51 cm

panjang lidah                                       = 6 cm

lubang di bawah lidah, panjang          = 4 cm dan

lebar                                                    = 3 cm

Guntang alit        :       panjang                                                = 4cm

lebar                            = 8 cm

lubang di muka kiri     = 2,5 cm

panjang senar              = 32 cm

panjang lidah               = 6cm dengan lubang di                                                                                             bawahnya  2,5 x 1,5 cm

  1. Kajar

Instrumen ini berbentuk moncol bahannya dari kerawang dengan ukuran yaitu :

–        Tinggi moncol = 1 cm

–        Lebar mua       = 8 cm

–        Lebar daun      = 8 cm

  1. Tawa – tawa

Instrumen ini juga berbentuk moncol, bahannya kerawang dengan ukuran yaitu :

–        Tinggi moncol = 2,5 cm

–        Lebar mua       = 11 cm

–        Lebar daun      = 7 cm

  1. Klenang

Instrumen klenang berbentuk moncol, bahannya kerrawang mempunyai ukuran :

–        Tinggi moncol = 2 cm

–        Lebar mua       = 4 cm

–        Lebar daun      = 5 cm

 

  1. Cengceng

Instrumen ini berbentuk lempengan bundar dibuat dari kerawang dan dipasang di atas sebuah kayu segi empat yang berukuran :

–        Panjang           = 32 cm

–        Lebar               =15cm

  1. Suling

Instrumen suling terbuat dari bambu yang dapat dibuat dengan berbagai ukuran. Ukuran terbesar yang dipakai pada gambelan geguntangan adalah :

–        Panjang           = 41,5 cm

–        Panjang           = 33 cm (ukuran menengah)

–        Panjang           = 24 cm (ukuran kecil)

 

 

          GENDING-GENDING GEGUNTANGAN

Di dalam gamelan geguntangan mempunyai gending-gending seperti:

  1. Bebatelan.
  2. Tabuh kalih.
  3. Tabuh telu.

Gending-gending ini menjadi satu kesatuan dalam instrument iringan tari arje. Blakangan ini perkembangan dramatari dalam perkembangan yang baru diiringi oleh ging kebyar sesuai denga perkembangannya.

Menurut buku I wayan dibia, s,s.t. yang muncul pada ahun 1977 / 1978 beliau mengatakan bahwa pada mulanya arje mempergunakan geguntangan tersebut di atas, namun dalam perkembangan selanjutnya arje juga diiringi dengan gambelan gong. Gambelan gong mulai masuk kedalam pearjaan kira-kira pada tahun 1968, yang yang pertama di mulai oleh keluarga kesenian Bali RRI studio Denpasar. Idea semacam ini sudah sejak lama di praktekan oleh sekha gong sengguan gianyar, ssetiap mengiringi tari-tarian sejenis arje atau prembon dari puri ginyar.

Fungsi gambelan geguntangan

Gambelan geguntangan mempunyai dua fungsi yaitu fungsi umum dan khusus, karena sesuai dengan perkembangan jaman sekarang. Selain untuk arja juga mempunyai fungsi yang lain

Fungsi Umum

Fungsi umum dari pada gambelan geguntangan sangat banyak. Seperti sekarang gambelan geguntangan banyak mengiringi kidung-kidung interaktif contohnya yang ada di Bali TV dan juga seperti di Pura-Pura dipakai untuk Dharmagita yaitu mengiringi pesantian dengan pupuh-pupuh Sekar Alit yang hampir mirip dengan arja atau sering disebut dengan arja duduk dengan tanpa tarian.

Fungsi Khusus

Gambelan geguntangan mempunyai andil yang sangat besar di dalam tugasnya sebagai iringan dalam pementasan Drama tari arja. Ini berarti bahwa gambelan geguntangan adalah bagian dari Dramatari Arja yakni sebagai iringan. Gambelan geguntangan disini adalah yang berfungsi sebagai gambelan iringan tari. Keduanya merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sama seperti di Abuan kalau gambelan geguntangan hanya dipakai untuk mengiringi Drama Tari Arja.

 Geguntangan di Desa penataan bangli

                         Menurut keterangan I Nyoman Serod geguntangan adalah gambelan bali yang sebagian besar mempergunakan bahan dari bambu, adapun bambu yang di pergunakan dalam gambelan geguntangan yaitu: tiing petung,dan tiing klepung. I Nyoman Serod adalah seniman tari kartale wijil dan juga penari arje, beliau berasal dari desa penataan susut bangli fropinsi Bali. beliau lahir pada tanggal 01 juli 1937, pada tahun 1986 beliau pernah mendapat juara terbaik dalam lomba pestival arje di bali. I Nyiman Serod mengatakan bahwa gambelan geguntangan terlahir dari adanya tarian arje, sesuai dengan bentuk karakter pengarjaan yang mengutamakan sebuah alunan tembang dan melodrama, yang begitu amat lirih sehingga tembang tersebut terdengar sangat jelas. Beliau mengatakan juga dari perkembangan zaman sekarang, perkembangan pengarjaan yang diiringi oleh geguntangan sudah mulai kesan klasiknya memudar, kenapa beliau mengatakan memudar? Karena di zaman eraglobalisasi ini perkembangan-perkembangan gaya seniman-seniman muda yang mulai berkarya maupun musik lokal  sudah mulai meracuni keunikan, keagungan dan klasiknya gambelan geguntangan.

I Nyoman Serod mengatakan jika geguntangan di kreasikan maka keklasikan geguntangan itu akan tergeser, karena yang mendukung klasiknya gambelan geguntangan adalah apa yang sudah di wariskan dari leluhur kita maka itulah yang harus di pertahankan. I Nyoman Serod juga mengatakan boleh kita mempergunakan alat tambahan tetapi keagungan dan keklasikan dari geguntangan tersebut agar tidak hilang. Dan beliau tidak setuju jika ada penambahan alat baru masuk ke barungan gambelan geguntangan.

Adapun laras yang digunakan dalam gambelam geguntangan di Desa Penataan Bangli yaitu laras pelog dan selendro, kedua laras ini tergantung sekarang pada patet tembang yang di pergunakan oleh penembang.

Masalah perubahan laras-laras itu hanya terdapat dalam instrument suling, karena hanya instrumne suling yang mempunyai fix melody pada gambelan geguntangan tersebut.

Angsel pada gembelan geguntangan yang di ketahui oleh I Nyoman Serod :

  1. Angsel gade
  2. Angsel angsel bawak
  3. Dan angsel lantang

Susunan gending geguntangan menurut I Nyoman serod :

  1. Kawitan ( biasanya di dalam kawitan gending-gendingya sama seperti pegambuhan seperti:  tabuh pisan, tabuh adri dan lain-lain
  2. Pengawa ( didalam pengawak biasanya menurut lakon cerita atau tembangnya jika lakon ceritanya sedih maka dendingnya batel pelan yang diiringi oleh suling yang membawakan suasana sedih, dan jika gendingnya gembira maupun keras maka gendingnya batel keras, dimana batel keras dan gembira membuat alunan suasana menjadi lain.
  3. Pengecet ( di dalam gending pengeet biasanya gending pemuput seperti gending om santhi shanty shanty om. Jika gending ini di lagukan maka bertanda akan selesainya gambelan geguntangan.

geguntangan di abuan bangli

GAMBELAN GEGUNTANGAN

DI DESA ABUAN BANGLI

 

Pengertian Gambelan Geguntangan

Yang dimaksud dengan gambelan Geguntangan adalah suatu barungan yang ditentukan oleh adanya 2 buah instrumen yang sama yaitu instrumen guntang dan kedua instrumen tersebut mempunyai tugas dan fungsi berlainan. Dua buah guntang itu adalah guntang alit sebagai mat dan guntang kempur sebagai finalis

Kata gambelan geguntangan terdiri dari kata gambelan dan kata geguntangan dimana masing-masing kata kalau dipisahkan akan mempunyai arti berlainan.

 

Asal-usulnya

Berbicara mengenai asal-usul gambelan Geguntangan kita tidak bisa lepas dari pada sejarah timbulnya Arja. Hal ini tiada lain disebabkan oleh kenyatan bahwa gambelan Geguntangan merupakan bagian dari pada pertunjukan Drama Tari Arja.

Untuk mengungkap instrumen guntang secara umum maka di dalam kidung yadnya yaitu buku yang dihimpun oleh Narendra Dewa Sastri pada bagian pengantas layon/Sudamala dalam bait ketiga dan lainnya ada disebutkan :
“Widhyadara prasama tumurun, mapagin atmane,

watek nawasanga sami, tatbuhane gemuruh,

suling rebab mwang calempung, pareret, warapsarine,

gong gending angalun alun, guntang kumarincing kareng

wan caring munya kaklentingan.”

 

“Widyadhara prasama angrubung, amundut kabeh,

padha papandon rimihin, tatabuhane anglangan,

sopacara munggahin ayun, angresing hati polah

swaraning gumpit anglangan, curing rebab kecapine,

guntang muri kaklentingan “

 

Artinya :
“Para bidadara semuaya turun, bersama menjemput atma

para Dewa yang jumlahnya sembilan, bunyi gambelan gemuruh,

suling, rebab beserta celempung, pareret bidadari

lagu gambelan mengalun-alun, guntang kedengaran bergerincing disertai

dengan suara caring

 

“ Para bidadari semua mengerumun, semuanya memikul,

didahului oleh para emban, suara gambelan mempesona

didahului dengan upacara,yang membikin hati kusut,

bunyi gumpit mempesona, curing rebab dan kecapi

bunyi guntang berkelanting “ (Sastri, I caka 1883 :57)

 

Dalam bait kidung yadnya diatas hanya disebutkan kata guntang sedangkan dalam gambelan geguntangan bukan saja terdapat dua buah guntang melainkan terdapat pula instrumen lain seperti kendang, cengceng, tawa-tawa, dan lain-lain.

Seperti telah disebutkan diatas bahwa asal-usul gambelan geguntangan sangat erat hubungannya dengan timbulnya Arja

Pertunjukkan Arja untuk pertama kali diduga terjadi tahun 1814 yaitu atas persembahan I Dewa Agung Manggis (Gianyar) dan I Dewa Agung Jambe (Badung), pada saat pelebon I Dewa Agung Gede Kusamba di Klungkung (Proyek penggalian/pembinaan Seni Budaya Klasik/Tradisional dan Baru, 1975, 14-15)

Pada awal perkembangan Arja ini sama sekali tidak diiringi dengan gambelan, tapi mempergunakan tembang lelawasan sejenis kidung atau tembang gambuh. Dalam perkembangan selanjutnya yaitu setelah Arja Doyong di Singapadu maka timbullah Arja Pakangraras di Banjar Tameng Sukawati. Yang perlu dicatat bahwa semenjak timbulnya Arja Pakangraras ini Arja mulai diiringi dengan gambelan geguntangan

Menurut informasi yang penulis terima dari Jro Nyoman Rawi bahwa adanya gambelan geguntangan di Desa Abuan karena munculnya sebuah Barong Landung yang gambelannya menyerupai dengan Barong Landung.

Munculnya arja di Abuan adalah atas prakarsa dari Jro Nyoman Rawi. Beliaulah yang mendatangkan pelatih dari Gianyar. Sekaha ini bertahan kira-kira sekitar 15 tahun yang akhirnya mengalami kemunduran. Karena adanya barong landung yang katanya seneng mesesolahan maka dengan dipaksa dan tidak terpaksa salah satu klian mencari seke arja dan geguntangan walaupun hasil daripada pementasan tidak maksimal. Tetapi lakon yang digunakan adalah Sampik Intai dan Sri Jaya Pangus karena terhubung dengan Barong landung itu.

Kesenian arja di desa Abuan sampai sekarang masih ada dan berkat dari para penglingsir-penglingsir di Abuan yang mempunyai prinsip bahwa kesenian Arja harus tetap dilestarikan karena merupakan tetamian dari para leluhur kita dan juga gambelnnya tidak boleh mengandung kontemporer dan harus dengan gambelan Arja atau disebut juga dengan geguntangan. Karena dari prinsip itulah maka setiap tahun pemain arja itu ada pelanjutnya

 

Fungsinya

Gambelan geguntangan mempunyai dua fungsi yaitu fungsi umum dan khusus, karena sesuai dengan perkembangan jaman sekarang. Selain untuk arja juga mempunyai fungsi yang lain

 

       Fungsi Umum

Fungsi umum dari pada gambelan geguntangan sangat banyak. Seperti sekarang gambelan geguntangan banyak mengiringi kidung-kidung interaktif contohnya yang ada di Bali TV dan juga seperti di Pura-Pura dipakai untuk Dharmagita yaitu mengiringi pesantian dengan pupuh-pupuh Sekar Alit yang hampir mirip dengan arja atau sering disebut dengan arja duduk dengan tanpa tarian. Dan ada juga gambelan geguntangan sering diiringi dengan pementasan Barong landung seperti yang ada di Desa Abuan

 

     Fungsi Khusus

Gambelan geguntangan mempunyai andil yang sangat besar di dalam tugasnya sebagai iringan dalam pementasan Drama tari arja. Ini berarti bahwa gambelan geguntangan adalah bagian dari Dramatari Arja yakni sebagai iringan. Gambelan geguntangan disini adalah yang berfungsi sebagai gambelan iringan tari. Keduanya merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sama seperti di Abuan kalau gambelan geguntangan hanya dipakai untuk mengiringi Drama Tari Arja.

 

      Organisasinya

Pada umumnya organisasi-organisasi kesenian di Bali terhimpun dalam sebuah perkumpulan yang disebut sekaa.

Adapun susunan atau struktur organisasi dari pada sekaa gambelan geguntangan di Desa Abuan adalah sebagai berikut :

  1. Kelian                   : I Gst. Ngurah Kadek (merangkap Pembina)
  2. Sekretaris             : I Made Kantor
  3. Bendahara            : I Nyoman Temeg
  4. Penabuh-penabuh : 1. Kendang Wadon        : Jro Nyoman Raka

2. Kendang Lanang         : Nengah Suasta

3.: Cengceng                    : Jro Made Dwiyanta Putra

4. Guntang kajar/kecil     : Jro Ngurah Wiratama Putra

5. Guntang kempur/ageng: Jro Nyoman Rawi

6. Tawa-tawa                   : I Wayan Rendang

7. Kajar                            : Waya Mika

8. Klenong                       : Jro Made Anom Utama

9. Suling                          : I Nyoman Slamet

 

 

Instrumen Geguntangan        

Instrumen adalah alat-alat yang digunakan dalam suatu barungan gong yang mempunyai fungsi masing-masing. Untuk lebih jelasnya penulis akan uraikan mengenai jenis alat, bentuk, bahan dan ukuran dari pada gambelan geguntangan di Desa Abuan.

  1. Instrumen kendang yang berbentuk bulat panjang dibuat dari kayu nangka/ketewel, yang dilubang dan di dalamnya diisi palulit serta ditutup dengan kulit sapi pada kedua ujung dan di cancang dengan jangat.

Instrumen kendang ada 2 yaitu kendang Wadon dengan ukuran : panjang 57cm, garis tengah muka kiri 10 cm dan garis tengah muka kanan 12,5 cm.

Kendang lanang dengan ukuran : panjang 40 cm, garis tengah muka kiri 9,5 cm dan garis tengah muka kanan 11,5 cm

 

  1. Instrumen guntang (jumlahnya 2 buah)

Instrumen ini dibuat dari bambu yang berbentuk bulat panjang dengan ukuran :

 

Guntang kempur : panjang                                          = 67 cm

lebar                                              = 15,5 cm

panjang senar                                = 51 cm

panjang lidah                                 = 6 cm

lubang di bawah lidah, panjang    = 4 cm dan

lebar                                  = 3 cm

Guntang alit       : panjang                              = 4cm

lebar                                  = 8 cm

lubang di muka kiri           = 2,5 cm

panjang senar                    = 32 cm

panjang lidah                     = 6cm dengan lubang di bawahnya

2,5 x 1,5 cm

  1. Kajar

Instrumen ini berbentuk moncol bahannya dari kerawang dengan ukuran yaitu :

–        Tinggi moncol= 1 cm

–        Lebar mua       = 8 cm

–        Lebar daun      = 8 cm

  1. Tawa – tawa

Instrumen ini juga berbentuk moncol, bahannya kerawang dengan ukuran yaitu :

–        Tinggi moncol= 2,5 cm

–        Lebar mua       = 11 cm

–        Lebar daun      = 7 cm

  1. Klenang

Instrumen klenang berbentuk moncol, bahannya kerrawang mempunyai ukuran :

–        Tinggi moncol= 2cm

–        Lebar mua       = 4cm

–        Lebar daun      = 5 cm

  1. Cengceng

Instrumen ini berbentuk lempengan bundar dibuat dari kerawang dan dipasang di atas sebuah kayu segi empat yang berukuran :

–        Panjang           = 32 cm

–        Lebar               = 15 cm

  1. Suling

Instrumen suling terbuat dari bambu yang dapat dibuat dengan berbagai ukuran. Ukuran terbesar yang dipakai pada gambelan geguntangan di Abuan adalah :

–        Panjang           = 41,5 cm

–        Panjang           = 33 cm (ukuran menengah)

–        Panjang           = 24 cm (ukuran kecil)

Adapun instrument-instrumen yang terdapat dalam rancakan gambelan geguntangan di Desa Abuan adalah sebagai berikut :

–        Dua buah kendang kerampungan yang terdiri satu buah kendang lanang dan satu buah kendang wadon. Adapun tugas kendang ini sebagai pemurba irama/penguasa irama

–        Satu buah guntang kecil atau guntang alit yang bertugas sebagai pemegang mat

–        Satu buah guntang ageng atau disebut juga guntang kempur yang bertugas sebagai finalis

–        satu buah kajar, sebagai penambah kekayaan ritme

–        Satu buah klenang juga sebagai pembawa mat yang pukulannya selang seling dengan guntang alit

–        Satu buah rincik atau lebih dikenal dengan cengceng untuk memperkaya ritme

–        Dua atau tiga buah suling sebagai pembawa melody karena suling satu-satunya instrument yang fix melody

 

Letak / Komposisi Gambelan

Dalam bentuk penyajian ini penulis akan bagi menjadi 2 kelompok antara lain :

1)      Posisi Instrumen dan Tempat Penyajian

Posisi instrument yang penulis maksudkan disini adalah aturan penempatan instrument disaat menabuh, di dalam tugasnya dalam mengiringi pertunjukan arja

Tempat dimana arja dipentaskan disebut “kalangan” yang berbentuk arena yang dapat ditonton dari semua jurusan. Kalangan arja biasanya dibuat dengan panjang kurang lebih panjang 10 meter dan lebar 6 meter atau disesuaikan dengan tempat yang ada. Kalangan untuk pertunjukan di Bali sering-sering dibuat berdasarkan kepercayaan yang ada, misalnya penggunaan arah, di muka pura, menghadap tempat persembahyngan dll. Kalangan arja dilengkapi dengan sebuah rangki pada ujung pertama yaitu tempat penari mempersiapkan diri sebelum tampil ke arena.

Posisi gambelan biasanya ditempatkan pada ujung kedua yaitu sebelah kiri   rangki. Untuk lebih bijaksana uraian dari pada posisi instrumen dan tempat penyajian ini, perhatikan gambar yang terlampir

2)      Susunan gending pada saat penyajian

Secara garis besarnya susunan gending / tabuh di dalam pengarjaan yang diiringi dengan geguntangan dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu :

1)      Tabuh Pereren (petegah) yaitu tabuh pembukaan yang lagunya sering diambil dari lagu-lagu Pegambuhan seperti pengecet sekar elod, pengecet subang, tetamburan, dll.

2)      Tabuh pengiring igel pepesan yaitu tabuh yang biasanya disesuaikan dengan tembang-tembang yang dipakai oleh si penari arja. Seperti pangkur diiringi dengan batel, Adri diiringi dengan tabuh Adri, dll.

3)      Tabuh pengiring Drama, biasanya tidak banyak berbeda dengan tabuh pengiring pepeson. Hanya saja tabuh pegiring disini mampu menciptakan suasana yang sesuai dengan lakon yang dibawakan, seperti suasana sedih, marah, gembira, dll.

 

Laras Pada Gambelan Geguntangan

Beberapa tahun yang lalu istilah laras yaitu laras pelog maupun laras selendro belum banyak dikenal oleh masyarakat umum bahkan juga oleh kebanyakan penabuh-penabuh gambelan di Bali. Tetapi pande-pande pembuat gambelan, sastrawan-sastrawan di Bali sudah dari dulu mengenal istilah-istilah tersebut dan mengerti betul apa yang dimaksud laras pelog dan selendro. Pada waktu itu banyak orang mempergunakan istilah – istilah “patutan gong” (maksudnya pelog) “patutan gender” (maksudnya selendro) dan “patutan gambang “ (maksudnya pelog saih pitu)

Gambelan dan tembang di Bali bisa disimpulkan mempergunakan 2 macam laras yakni laras pelog dan selendro

Oleh karena gambelan geguntangan pada hakekatnya adalah gmbelan pearjaan (untuk mengiringi drama tari arja) maka laras gambelan inipun selaras dengan tembang yang dipakai dalam arja yakni selendro dan pelog.

Masalah laras atau perubahan laras hanya terdapat pada suling , karena suling satu-satunya instrumen fix melody dan flexible di dalam arja.

 

SUMBER : JERO NYOMAN RAKA, BAMBANGYUDA

ALAMAT: DESA SUSUT, ABUAN BANGLI

rangda dan barong

Pengertian rangda dan barong

god mother

 

Sederetan nyala api muncul d kepalanya. Dia mengenakan sarung dengan cakar yang besar dan di tangan kanan memegang kain putih dengan apa dia menyembunyikan wajahnya yag megerikan untuk mendekati korbannya yang tak curiga. Kain ini menjadi sejata yang mematikan kalau di pukulkan. Tokoh rangde memopunyai asal-usul dalam kenyataan sejarah yang sekarang ditentukan dengan mitos yag luar biasa. Pada awal abad ke-11 seorang pangeran bali menjadi raja jawa, dialah erlangga yang agung. Ibunya mahendradatta adalah putrei jawa yang memerintahkan bali bersama suami balinya, dharmodayana, sampai suaminya mencurigainya mempraktikan ilmu sihir jahat, sehingga dia dibuang ke hutan. Ketika ayah erlangga mangkat,meninggalkan mahendradata sang rangda, dia bersekongkol untuk menggunakan pasukan muridnya yang telah dilatih di dalam seni ilmu hitam untuk menghancurkan kerajaan erlangga. Dalam kisah penyalonarangan, rangda merupakan dukun tua yang bersumpah untuk menghancurkan kerajaan daha yang sejatera dan makmur, yang adalah kerajaan erlangga, sebab penghinaan yang dibayangkan oleh puterinya yang cantik ratna manggali bangsawan daha telah menolak menikah dengannya lantaran reputasi jahat ibunya. Calon arang pergi bersama para muridnya ke tanah pekuburan dan mereka berdoa, serta menari untuk menghormati bagawat, ewi ilmu sihir untuk membantu mereka menghancuran daha. Sag dewi muncul dan menari bersama mereka, memberikan ijin, tetapi mengancam si dukun, bagaimanapun juga, untuk membrikan pusat kerajaan tidak tersentuh. Para dukun menari di perempatan agung dan segera banyak orang yang jatuh sakit. “ketika mengthui pnyebabwabah, erlangga memeritahkan perajuritnya untuk pergi membunuh dukun tersebut, mereka menyelinap di dalam rumah sementara dia tertidur dan menusuk jantungny, tetapi calon arang bangun tanpa luka segores pun dan langsung membakar perajurit-perajurit yang berani tersebut dengan apinya sendiri. Sekali lagi sang dukun pergi ke kuburan dan menari bersama para muridnya, menggali jenasah, memotongnya berkeping-keping, memakan bagian-bagian tubuhnya, meminum darahnya dan menggunakan isi perutnya sebagai hiasan leher. Bagawati muncul kembali dan bergabug di dalam jamuan makan berdarah, tetapi mengingatkan calon arang agar berhati-hati. Para dukun itu menari sekali lagi di perempatan dan wabah mematikan memporak-porandakan negeri, para pengikut erlangga mati bahakan sebelum sempat menguburkan jenazah yang mereka bawa kekuburan. “raja yang edih memanggil mpu bharada, lelaki suci dari lemah tulis, satu-satunya makhluk hidup yang mampu melenyapkan sang dukun. Mpu bharada merencanakan tindakan degan hati-hati. Dia mengirim bahula, seorang pembantunya yang masih muda untuk menikah dengan puetri si dukun. Karena sangat tersanjung, ibunya memberika ijin, dan setelah berbulan madu yang berbahagia dan penuh gairah, bahula belajar dari istrinya kekuatan rahasia calon arang, yakni kepemilikan subuah kitab kecil mengenai ilmu gaib, yang dia curi dan diberikan oleh gurunya. Orang suci itu menyalinnya dan menyuruh bahula untuk mengembalikan kitab itu sebelum pemiliknya mengetahui bahwa kitabnya telah hilang. Kitab tersebut adalah kitab panduan mengenai kebajikan yang harus di baca dari belakang, lelaki suci tersebut kemudian mampu memulihkan kehidupan para korban yang tubunya belum rusak. Bersenjatakan penetahuan baru tersebut dia menuduh tukang sihir atas kejahatannya, tetapi dia menantangnya dengan membakar pohon beringin besar hanya degan memandangnya. Bharada mengagalkan tukang sihir yang sangat marah iu dengan memulihkan pohon tersebut, dam dia mengarahkan apinya kepada lelaki suci tersebut, dengan tak gentar dia membunuh prempuan itu dengan mantranya sendiri, tetapi dia meninggal dalam berbentuk rangda yang mengerikan dan bharada berusaha, untuk membebaskannya dari kejahatannya dan memungkinkan bagi mereka yang bertobat, menghidupkannya kembali, memberikan rupa Manusia, dan kemudian membunuhnya kembali.

 

Barong

Tukang sihir mempunyai pesaing untuk keunggulan di dalam bentuk binatang luar biasa, “singa” mistis yang di sebut barong. Karena pertikaian lama dengan rangda,dia memihak manusia untuk merintangi rencana jahatanya, dan orang bali mengatakan bahwa tanpa pertolongannya kemanusiaan akan di hancurkan. Kalau rangda betina magis dari “kiri”, maka barong dari pihak “kanan” ,yang jantantak t Rangda adalah malam hari, kegelapan dari mana sakit dan kematian muncul. Barong adalah matahari,cahaya,obat, penawar kejahatan. Setiap masyarakat mempunyai seperangkat kostum dan topeng dari kedua tokoh tersebut. Topeng-topeng ini mempunyai kekuatan gaibnya yang besar sendiri-sendiri dan disimpan agar tak terlihat di dalam sebuah bangsal khusus di pura kematian di desa. Mereka disimpan di dalam keranjang, dibungkus dengan kain gaib yang menyekat getaran jahatnya, dan dibuka kembali kalau memang akan digunakan, pemain-medium dalam keadaan kerasukan dan di bawah kontro seorang pendeta, dan sebelum sesaji dibuat untuk menghindari kerugian pada para peserta. Pada perayaan di pura kematian topeng-topeng mereka dibuka dan dipamerkan di dalam salah satu tempat sembahyang. Ini tindakan yang baik untuk berjaga-jaga dengan cara memerciki topeng-topeng ini dengan air suci bilamana ada warga yang sakit. Seperti rangda, Barong diperlakukan dengan sangat hormat dan orang Bali menyebutnya dengan gelar-gelar seperti Banaspati Raja, ‘’penguasa Hutan’’ atau sebagai Jero Gede, ‘’Si Besar’’ dan bukannya sebagai barong yang hanya sekadar nama generik untuk binatang semacam ini. Walaupun sifatnya yang kejam, Barong mewujud di dalam sandiwara kesurupan di mana dia dibuat untuk bertindak dengan dungu dan menari untuk menghibur khalayak ramai. Kostumnya terdiri atas sebuah bingkai besar yang diselimuti dengan bulu panjang, punggung melengkung dengan sisik emas yang dipasangi cermin-cermin kecil. Sebuah ekor emas yang indah menonjol dari pantatnya dan dari situ menggantung cermin segi empat, segenggam bulu burung merak, dan seuntai kelintingan kecil yang bergemerencing setiap kali dia bergerak. Di bawah mahkota tinggi yang berkilat adalah topengnya, terlalu kecil buat tubuhnya, dengan mata menonjol dan rahang terbuka. Kekuatan Barong berpusat pada jenggotnya, seberkas rambut manusia dengan dihiasi bebungaan. Barong dihidupkan oleh dua orang lelaki yang khusus terlatih yang membentuk bagian depan dan bagian belakang dari binatang, lelaki yang berada di depan menggerakkan topeng dengan tangannya. Di Pemecutan, sandiwara Barong mulai dengan pertunjukan jauk, sekelompok bocah lelaki mengenakan topeng putih yang menyeringai, yang menari mengikuti nada yang rumit dari gamelan legong yang dalam hal ini disebut bebarongan. Setelah tarian, kedua pemain Barong masuk ke bawah kostum yang diam tak bernyawa yag didirikan pada buah tiang, topengnya di bungkus oleh kain putih. Seperti seekor kuda property sirkus, barong menari menggerakan ekor bagian ekornya, berbaring, mulu- mugkret   sperti akordion, mengatupkan lahangnya, dan pada umunya berperilaku lucu perilaku yang agak kurang bermtabat bagi sifatnya yang dahsyat. Sementara itu, sekolompok lelaki yang setngah telanjang yang duduk di atas tikar kesurupan. Mereka adalah para Barong melawan Rangda. Seorang pendeta memberkati air dengan mencelukan jenggot barong ke dalamnnya, dan memerciki lelaki tersebut yang tubuhnya begetar bagaikan sakit ayan. Dengan mata mereka yang terpaku oada rangda, mereka bangkit, menghunus keris mereka maju secara otomatis dengab gusar ke arah sang dukun, yang menunggu mereka dengan secarik kain putih, senjatanya, siap dengan tangan di acungkan. Tiba-tiba dia mengejar mereka, tetapi justru pada saat itu salah seorang pendeta yang menjaga menengarai sesuatu yang tidak lazim didalam perilakunya dan mengatakan bahwa dia lepas kendali. Dia di tangkap oleh sekelompok lelaki yang kuat dan mengusirnya, tetapi sebelm dia mengucapkan sihirnya pada para lelaki yang kerasukan dengan mempertemukan ibu barunya dari ke dua tangan yang terentang dan meneeriakan kutukan, Dengan kutukan tersebut, terus di tangan mereka berbalik ke arah kiri mereka sendiri, tetapi kekuatan gaib barong memperkeras daging mereka sehingga walaupun menancapkan ujung keris yang tajam dengan sekuat tenaga ke dada yang telanjang, mereka bahkan tidak terluka. Inilah pnjelasan yang orang bali berikan mengenai pameran yang aneh dan dampaknya tidak terlihat bahwa mereka memalsukan hal itu, demikian adalah kekuatan yang bersungguh-sungguh dengan apa mereka nampaknya berusaha menikam diri mereka sendiri. Beberapa melompat dengan ganas atau bergulung-gulung di tanah berdebu, menekan kris ke dalam dadanya dan menangis seperti kanak-kanak, ai mata mengliar dari mata mereka. Dikatakan bahwa hanya dengan kerasukan yang lengkap tarian itu dapat di pertunjukan dengan bebas tanpa hukuman,kalu tidak seorag lelaki akan melukai diri sendiri atau melukai orang lain. Mereka di awasi dengan cermat dan bila mana seorang dari mereka member tanda-tanda kembali pada kesadaran, dengan ceoat dan dengan kasar senjatanya di lucuti. Kesurupan sperti itu, menunjukan mereka meempunyai kekuatan gaib dan di perluan banyak orang untuk melerainya. Bahkan, setelah keris di renggut mereka tetap melanjutkan menari dengan tatapan mata kosong dan tangan kanan masih di kepalkan seolah semasih memegang kulu keris. Untuk melepaskan orag tersebut dari kesurupan, mereka di tuntun seorang demi seorang ketempat dimana barong tegak, seseorang menghisap dada yang berdarah dari lelaki yang terluka itu dan memasukan bunga dilukanya. Pemangku mengusap wajah masing-masing lelaki dengan air suci yang sebelumnya jenggot barong yang di celupkan ke dalamnya dan perlahan-lahan mereka keluar dari keadaan kesurupan, linglung begitu saja berjalan pergi seolah-olah merek tidak tau apa yang sudah terjadi pada diri mreka.

 

SUMBER : Miguel Covarrubias ‘pulau bali’ temuan yang menakjupkan. Udayana university press.

 

 

banjar saya, desa kubu bangli

SEKILAS TENTANG BANJAR SAYA

IMG10096

Saya akan menceritakan sedikit tentang banjar saya, Banjar saya bernama banjar kubu, tepatnya banjar saya terletak di kabupaten Bangli , provinsi Bali. Desa saya terbagi menjdi 3 banjar yaitu; banjar Kubu, banjar Tegal Suci, banjar penglipuran. Banjar kubu mempunyai adat istiadat yang begitu kental, setiap akhir tahun banjar ini mengadakan pekan seni budaya, untuk memeriahkan dan menyambut tahun baru, setiap akhir tahun masyarakat kubu di sibukkan karena adanya pekan seni budaya ini, namun antusias bendesa dan masayarakatnya, membuat banjar kubu menjadi banjar yang pertama kalinya yang mengadakan pekan seni budaya, pekan seni budaya ini mengundang masayarakat luar desa untuk ikut serta memeriahkan acara tersebut, dari acara seni pertunjukan dan seni rupa diadakan di dalam pekan seni budaya ini. seni pertunjukan yang sangat di gemari bagi masayarakat kubu maupun masyarakat luar. Dalam pekan seni ini tersedia juga bazar yang membuat pekan seni budaya ini semakin meriah, dari perwakilan masing-masing dadye di haruskan mempertunjukan sesuai kemampuannya, seperti ; mekidung, mesatwa bali, kontemporer, kolaborasi, jegeg bagus , ngukir, seni tari, seni karawitan, seni pedalangan, seni rupa, dan masih banyak pertunjukan lain yang memeriahkan acara ini. pelajar yang terletak di daerah kubu juga ikut dalam pecan seni ini seperti, SD, SMP, SMK/SMA, IHDN. SD biasanya mempertunjukan; mesatwa bali, mekidung dasar, seni tari, aksara bali, megending bali, Dance, dan parade menggambar. SMP juga biasanya mempertunjukan; seni tari, mekekawin, megending bali, dan lain-lain. SMK mempertunjukan; garapan akhirnya, tari-tarian, seni karawitan, bondres. SMA mempertunjukan; megeguritan, mekidung, mekekawin, mesatwa, Bend, lagu-lagu bali, dan lain-lain.Seka Truna Truni juga ikut merayakan pekan seni budaya ini, seka truna truni biasanya membuat pertunjukan yang unik-unik sehingga jika seka truna truni akan pentas maka penonton akan saling berlomba-lomba untuk menonton pementasan yang akan di pentaskan , biasanya seka truna truni membuat sebuah pertunjukan kolaborasi, kolaborasi ini mempergunakan banyak orang sampai-sampai mengeterlibatkan PKK yang berada di desa kubu, pekan seni ini biasanya diadakan seminggu dan pas hari terakhir dipersiapkan untuk penyambutan tahun baru. Sekarang mulai di tahun 2014 pekan seni budaya diadakan 3 tahun sekali karena masyarakat sudah menyesepakati bahwa pekan seni budaya menyita banyak waktu masyarakatnya jika diadakan setahun sekali membuat masyarakat mudah bosan, dari pada itu, pekan seni yang dulunya diadakan setahun sekali sekarang akan diadakan 3 tahun sekali. Selain pekan seni budaya banjar saya mempunyai awig-awig seperti, dalam pernikahan jika ada perniikahan yang bersamaan di hari yang sama, maka di desa saya akan diadakan kawin masal, kawin masal in diadakan di bale banjar kubu, dan bantennya juga akan menjadi satu, kawin masal di mulai dari tahun 2009, karena jika tidak diadakan kawin masal, maka pedulu akan selalu terburu-buru dalam menjadi saksi dalam pernikahan itu, untuk menghindari kecelakaan dari terburu-buru dari banyaknya orang nikah pada hari yang sama, maka bendesa merapatkan dan di umumkan bagi masyarakat untuk menyetujui bahwa kawin masal akan di tetapkan dari tahun 2009..

Selain itu desa kubu juga mempunyai sebuah desa yang di jadikan tempat obyek wisata, desa penglipuran, Desa penglipuran adalalah obyek wisatwa yang sudah di kenal dengan keindahannya dan keasiannya yang mengundang wisatawan-wisatawan asing baik wisatawan dalam negri. Desa peglipuran terletak di sebelah banjar kubu , desa penglipuran mempunyai gaya bangunan rumah yang begitu unik, terjejernya perumahan di desa penglipuran dan klasiknya perumahannya menarik pengunjungnya untuk berlibur ke desa terseebut, desa penglipuran mempunyai hutan bambu sebagai obyek wisata yang berjarak sekitar 200 M darri desa penglipuran. Hutan bambo ini sangatlah sejuk dan indah untuk di nikmati oleh wisata-wisata untuk menenangkan dirinya, selain hutan bambu desa penglipuran mem[unyai obyek wisata lain yaitu sebuah TUGU PAHLAWAN, TUGU PAHLAWAN ini juga sangatlah bagus untuk berlibur, TUGU PAHLAWAN adalah kuburan senjata-senjta para pahlwaan Bali, Negara Indonesia. disini senjata-senjatanya di kuburkan dan setiap 10 nopember TUGU PAHLAWAN di jadikan tempat upacara untuk menghormati jasa-jasa pahlawan kita yang dulu sudah bertarung melawan penjajahan dan mengalahkan penjajah belanda sehingga Negara ini menjadi merdeka. Selain obyek wisata desa penglipuran mempunyai cirri-ciri kata (logat) biasanya kata-katanya sedikit agak pelan (meled) jika di bandingkan dengan desa kubu.

Desa kubu pernah ditunjuk untuk mengikuti lomba desa, dimana lomba ini memperdisiplinkan masyarakat dari kebiasaan yang buruk menjadi baik, seperti mesalnya, kebersihan lingkungan, lomba desa membuat masyarakat setempat sadar akan terhadap lingkungan sekitarnya, bendesa menegaskan bahwa lingkungan itu haruslah bersih, nyaman, gairaah, indah, maka dari itu setiap masyarakat di haruskan menjaga lingkungannya agar bersih, dari sanalah masyarakat kubu mulai berkehidupan bersih, dan menjaga lingkungannya. selain itu desa kubu mempunyai seka gong kebyar anak-anak dimana anak-anak yang ikut dalam gong kebyar ini berumbur 6 tahun sampai 11 tahun, kebetulan disini saya, dan pak tut saya menjadi pelatihnya, jumblah sekanya sekitar 35 orang, saya mengajarkan tehnik karawitan dari cara memegang panggul, megnekep bilah gangse, mencari rasa dalam megambel dan saya mengajarkan gending-gending mulai dasar. disini saya dan pak saya mempunyai tekat, jika anak-anak ini sudah berumbur 8 tahun ke atas, pak tut saya akan mengajukan ke kabupaten agar seka ini menjadi duta gong kebyar anak-anak kabupaten bangli di art centre. Mengenai hari latihannya, hari latihannya setiap hari selasa, kamis, jumat. Seka gong anak-anak ini rata-rata sudah bisa memainkan instrumennya dengan bagus, maka dari itu saya sangatlah senang mengajar di seka gong anak-anak ini, tetapi disiplinnya masih kurang, sangatlah sulit mengjarkan kedisiplinan pada anak-anak yang berumbur 6 tahun, berkali-kali pak tut saya mnegajarkan, jika bermain gambelan tidak boleh lain-lain, bercanda, tidak pokus, jika sperti itu maka gending yang akan di cari tidak cepat selesai. Tetapi karena umbur yang begitu masih rata-rata kanak-kanak jadi saya dan pak tut saya agak keras dalam mengajar. Seka gong ini sudah pernah pentas dalam pekan seni budaya yang diadakan setiap tahun sekali waktu itu, pementasannya memuaskan dan tidak mengecewakan. Selain seka gong anak-anak desa kubu juga mempunyai seka gong gede, seka gong gede adalah seka yang berjumblah banyak, barungannya banyak, seka gong gede mempunyai gending-gending yang has, setiap ada odalan atau karye di desa kubu seka gong gede akan ngayah di pura, seka gong gede berjumblah 50 orang dalam 3 tahun sekali seka gong gede biasanya memilih organisasi baru untuk di jadikan pemimpin dalam sebuah seka gong itu. Di banjar saya juga membangun sebuah seka gong PKK, semangat PKK dan dorongan dari masyarakat membuat seka gong PKK giat dalam berlatih tetabuhan, seka gong PKK ini berdiri sejak 2008, melihat seka gong anak-anak dengan giat latihan maka seka gong PKK mencari pelatih untuk mengajarkan bermain gambelan, sudah ada 5 gending yang di kuasai oleh PKK ini, sampai-sampai PKK membuat pertunjukan seni drama dan membuat organisasi seka gong wanita. Di banjar saya terdapat juga seka pecalang, seka pecalang merupakan bagian pengaman dari banjar saya, seka pecalang tugasnya untuk mengamankan kejadian-kejadin yang terjadi di masyarakat, pecalang istilahnya seperti polisi, jika ada pencurian, pembunuhan, peengroyokan, disinilah pecalang bertugas, dia akan mengamankan orang yang bersangkutan, dan jika masalah bisa di atasi maka akan di selesaikan oleh pecalang jika masalah tidak bisa di selesaikan maka di bawa segera ke kantor polisi. Sekian mengenai banjar saya jika ada kesalahn dari apa yang ssaya sampaikan, saya minta maaf, karena saya sadar bahwa apa yang saya sampaikan tidaklah sesempurna dan masih banyak kesalahan-kesalahan dari saya, sekiaan mengenai banjar saya terima kasih.

 

 

profil adi merdana

Sekilas tentang I ketut adi merdana

C360_2014-05-11-20-48-54-357 - Copy

 

Nama saya I ketut adi merdana saya lahir di bangli kubu, tepatnya saya lahir pada 10 nopember 1995, saya adalah anak ke 4 dari pasangan ni wayan sindri dan I nyoman sueden (alm). Saya mempunyai saudara 4 (empat) yang pertama ni wayan piliani dia sudah berkelurga dan sudah mempunyai 1 anak laki-laki, yang ke dua I nengah wartini dia juga sudah berkeluarga dan mempunyai 2 anak, laki dan perempuan. dan yang ketiga I komang candra yasa, dia belum menikah karena dia pegen sukses sebelum dia berkeluarga. dan yang ke 4 saya sendiri, dulu nama saya bukanlah I ktut adi merdana melainkan I ketut dirga, nama saya diganti karena nama dirga menyebabkan saya di berontak di rumah bahkan dimana-mana sampai dibilang kalu saya orang yang paling bandel di lingkungan rumah saya, lalu nama saya di ganti oleh orang tua saya menjadi I ketut adi merdana.

Mengenai pendidikan saya, saya pertama mengenyam pendidikan di SD, SD N 3 KUBU yang tidak jauh dari rumah saya, biasanya saya waktu sekolah saya paling senang berjalan kaki, dan kadang-kadang saya di boceng sama kakak saya.kemudian saya melanjutkan ke SMP, SMP N 2 BANGLI yang juga tidak jauh dari rumah saya,selanjutnya saya melanjutkan ke SMK, SMK N 4 BANGLI kebetulan smk ini dekat juga dengan rumah saya, dan saya meneruskan pendidikan di ISI (institut seni Indonesia).Dulu waktu ibu mengandung saya, ibu saya mengidamkan saya mendengarkan gambelan bali, maupun gambelan klasik dan modern. Kalau ibu saya saat mendengarkan gambelan di ganggu,kata ibu dia akan marah, mendengarkan gambelan terasa membuat ibu saya akan tertidur karena gambelan yang di dengarkan akan membuat nyaman ibu saya.Saat saya lahir, saya terlahir menjadi seniman karawitan(gambelan), dari umur 3 tahun Saya sudah belajar bermain gambelan, yang pertama kali mengajarkan saya bermain gambelan yaitu ayah saya, waktu itu ada odalan di pure dadya, bapak saya saat itu sedang megambel bebonangan, saya duduk di sampingya dan bapak saya menyuruh memegang panggul bende, dan bapak saya mengajarkan tehnik pemukulan bende sampai saya bisa memainkan instrument bende itu, ayah saya adalah seorang penabuh gender wayang yang di cukup handal waktu dia hidup.Bapak saya meninggal pada tahun 2000 karena penyakit yang diderita sudah terlalu parah, dan di abenkan (di bakar) pada tahun 2002.

Pada tahun 2002 saat saya berumbur7 tahun, saya ikut serta dalam sebuah perkumpulan yang di sebut sanggar, yang bernama sanggar premanandini, kebetulan sanggar ini tidak jauh dari rumah saya, sanggar ini didirikan oleh pak tut saya, agar sanggar ini mempunyai bibit-bibit yang bagus dalam memgambel, maka di carikanlah pelatih (pembina) yang akan mengajarkan bermain gambelan, dari sanggarinilah saya belajar banyak tentang bermain gambelan, dari cara memegang panggul, cara memukul gambelan, rasa dalam bermain gambelan, gending-gendingnyapun masih sederhana yang di ajarkan waktu itu, dari gending yang sangat mudah sampai yang sangat sulit di ajarkan oleh pelatih saya, pada tahun 2007 sanggar ini di percayai untuk mewakili kabupaten bangli untuk lomba gong kebyar anak-anak. waktu itu saya berumbur 11 tahun saya ikut serta dalam gong kebyar anak-anak yang di wakili oleh sanggar premanandini, saya di percayai menjadi pemegang komando dalam suatu barungan gong kebyar yang disebut tukang giying (ugal depan). saya sangat takut waktu itu saat saya di kasi menjadi tukang ugal karena peran ugal itu sangatlah rawan, sulit dan ditaklah gampang, karena peran ugal menjadi komando dari instrumen lainnya, jika tukang ugal salah mengomandokan maka gending akan hancur, pernah saya sampai nangis karena saya selalu salah dalam mengomandokan ugal, tapi pelatih saya dengan sabar mengajari saya sampai bisa, ketakutan itu membuat saya bangkit dari kesalahan yang say, pelatih saya melihat bahwa saya sangatlah bagus memaikan peran ugal, sampai-sampai saya menjadi tukang ugal yang di bilang hebat. pada tahun 2008 saya di pilih lagi menjadi tukang ugal dalam barungan joged klasik. hal yang paling mengesankan dan menakutkan dalam bermain gambelan yaitu pada tahun 2009, pada tahun 2009 saya di tunjuk untuk mewakili bali dalam acara DSP duta seni pelajar. latihannya di sebuah wantilan dan mengambil ide dari cerita hubungan raja bali dengan seorang putri dari cina yang di sebut, KAN CHING WI , seiring latihan berjalan gending dan tarian sudah siap di pentaskan, pada suatu hari kalau di bali dikatakan rahinan kajeng kliwon,pada hari ini pelatih mengatakan akan diadakan latihan yang panjang karena lagi 3 harinya akan berangkat ke bandung untuk mementaskan garapan KAN CING WI, tiba-tiba saat latihan tepatnya jam 6 sore salah satu teman saya kerasukan, saya sangalah takut waktu itu karena menurut orang pintar akan semunya kerasukan karena mahluk halus yang ada di sana sangatlah marah, tetapi orang pintar itu mencegahnya terlebih dahulu, kata orang pintar bahwa di rahinan kajeng kliwon itu adalah dunianya mahluk halus di wantilan itu, kemudian orang pitar itu menyadarkan teman saya sampai larut malam.

Waktu itu barungan yang di paka untuk dipertunjukan yaitu GONG GEDE, baru pertama kalinya saya memainkan barungan gong gede ini, pada biasanya barungan ini permaainannya sangatlah pelan karena dari nama barungannya saja GONG GEDE, GONG yaitu suatu barungan/instrumen sedangkan GEDE kalau diartikan dalam bahasa yaitu orang yang dewasa. biasanya gong gede di mainkan oleh banyak orang namun dari garapan ini akan di pakai GONG GEDE mini, karena pemainnya hanya 10 orang saja, Nah maka dari itu saya sangatlah penasaran untuk memakainya barungn ini karena motif pukulannya seperti gong kebyar, panggulnya pun sangatlah gede dan bilah-bilahnya sangatlah besar, saat berangkat ke bandung saya naik pesawat terbang, saya sungguh takut karena saya tidak pernah menaiki pesawat kapal terbang, pengalaman yang luar biasa menurut saya, pengen rasanya saya mengulang pengalaman itu kembali. di tahun 2010 saya di tujuk kembali dalam PKB pesta kesenian bali oleh sebuah sanggar untuk menjadi tukang ugal, pada tahun 2010 saya bermain gambelan dengan penabuh dewasa. di tahun 2011 saya kembali ikut di PKB (pesta kesenian bali), saya ikut di gong kebyar anak-anak, baleganjur, lagu pop, dan mewakili SMK untuk pembukaan PKB (pesta kesenian bali), di tahun 2011 ini saya sanagatlah banyak ikut PKB dari pagi sampai jam11 malam saya bergiliran latihannya, dari pagi saya latihan di smk sampai jam 1, dan selanjutntya saya latihan baleganjur jm 2 di SMA 2, kemudian saya jam 6 latihan gong kebyar anak-anak sampai jam 9, dan langsung saya berangkat dari kabupaten bangle ke kabupaten klungkung, di klungkung saya latihan dari jam 10 sampai jam 11 malam. Terahir saya ikut PKB pada tahun 2012 saya ikut PKB (pesta kesenian bal)i,dalam pementasan gong kebyar dewasa disinilah saya terahkir ikut gong kebyar. sekilas dari diri saya jika ada kesalahan kata maupun persamaan tempat, kata, saya minta maaf yang sebesar-besarnya, karena saya hanyalah manusai yang tak selalu benar, sekian dari saya terimakih.

hormat saya,

(                                               )