rangda dan barong
Posted Under: Tak Berkategori
Pengertian rangda dan barong
Sederetan nyala api muncul d kepalanya. Dia mengenakan sarung dengan cakar yang besar dan di tangan kanan memegang kain putih dengan apa dia menyembunyikan wajahnya yag megerikan untuk mendekati korbannya yang tak curiga. Kain ini menjadi sejata yang mematikan kalau di pukulkan. Tokoh rangde memopunyai asal-usul dalam kenyataan sejarah yang sekarang ditentukan dengan mitos yag luar biasa. Pada awal abad ke-11 seorang pangeran bali menjadi raja jawa, dialah erlangga yang agung. Ibunya mahendradatta adalah putrei jawa yang memerintahkan bali bersama suami balinya, dharmodayana, sampai suaminya mencurigainya mempraktikan ilmu sihir jahat, sehingga dia dibuang ke hutan. Ketika ayah erlangga mangkat,meninggalkan mahendradata sang rangda, dia bersekongkol untuk menggunakan pasukan muridnya yang telah dilatih di dalam seni ilmu hitam untuk menghancurkan kerajaan erlangga. Dalam kisah penyalonarangan, rangda merupakan dukun tua yang bersumpah untuk menghancurkan kerajaan daha yang sejatera dan makmur, yang adalah kerajaan erlangga, sebab penghinaan yang dibayangkan oleh puterinya yang cantik ratna manggali bangsawan daha telah menolak menikah dengannya lantaran reputasi jahat ibunya. Calon arang pergi bersama para muridnya ke tanah pekuburan dan mereka berdoa, serta menari untuk menghormati bagawat, ewi ilmu sihir untuk membantu mereka menghancuran daha. Sag dewi muncul dan menari bersama mereka, memberikan ijin, tetapi mengancam si dukun, bagaimanapun juga, untuk membrikan pusat kerajaan tidak tersentuh. Para dukun menari di perempatan agung dan segera banyak orang yang jatuh sakit. “ketika mengthui pnyebabwabah, erlangga memeritahkan perajuritnya untuk pergi membunuh dukun tersebut, mereka menyelinap di dalam rumah sementara dia tertidur dan menusuk jantungny, tetapi calon arang bangun tanpa luka segores pun dan langsung membakar perajurit-perajurit yang berani tersebut dengan apinya sendiri. Sekali lagi sang dukun pergi ke kuburan dan menari bersama para muridnya, menggali jenasah, memotongnya berkeping-keping, memakan bagian-bagian tubuhnya, meminum darahnya dan menggunakan isi perutnya sebagai hiasan leher. Bagawati muncul kembali dan bergabug di dalam jamuan makan berdarah, tetapi mengingatkan calon arang agar berhati-hati. Para dukun itu menari sekali lagi di perempatan dan wabah mematikan memporak-porandakan negeri, para pengikut erlangga mati bahakan sebelum sempat menguburkan jenazah yang mereka bawa kekuburan. “raja yang edih memanggil mpu bharada, lelaki suci dari lemah tulis, satu-satunya makhluk hidup yang mampu melenyapkan sang dukun. Mpu bharada merencanakan tindakan degan hati-hati. Dia mengirim bahula, seorang pembantunya yang masih muda untuk menikah dengan puetri si dukun. Karena sangat tersanjung, ibunya memberika ijin, dan setelah berbulan madu yang berbahagia dan penuh gairah, bahula belajar dari istrinya kekuatan rahasia calon arang, yakni kepemilikan subuah kitab kecil mengenai ilmu gaib, yang dia curi dan diberikan oleh gurunya. Orang suci itu menyalinnya dan menyuruh bahula untuk mengembalikan kitab itu sebelum pemiliknya mengetahui bahwa kitabnya telah hilang. Kitab tersebut adalah kitab panduan mengenai kebajikan yang harus di baca dari belakang, lelaki suci tersebut kemudian mampu memulihkan kehidupan para korban yang tubunya belum rusak. Bersenjatakan penetahuan baru tersebut dia menuduh tukang sihir atas kejahatannya, tetapi dia menantangnya dengan membakar pohon beringin besar hanya degan memandangnya. Bharada mengagalkan tukang sihir yang sangat marah iu dengan memulihkan pohon tersebut, dam dia mengarahkan apinya kepada lelaki suci tersebut, dengan tak gentar dia membunuh prempuan itu dengan mantranya sendiri, tetapi dia meninggal dalam berbentuk rangda yang mengerikan dan bharada berusaha, untuk membebaskannya dari kejahatannya dan memungkinkan bagi mereka yang bertobat, menghidupkannya kembali, memberikan rupa Manusia, dan kemudian membunuhnya kembali.
Barong
Tukang sihir mempunyai pesaing untuk keunggulan di dalam bentuk binatang luar biasa, “singa” mistis yang di sebut barong. Karena pertikaian lama dengan rangda,dia memihak manusia untuk merintangi rencana jahatanya, dan orang bali mengatakan bahwa tanpa pertolongannya kemanusiaan akan di hancurkan. Kalau rangda betina magis dari “kiri”, maka barong dari pihak “kanan” ,yang jantantak t Rangda adalah malam hari, kegelapan dari mana sakit dan kematian muncul. Barong adalah matahari,cahaya,obat, penawar kejahatan. Setiap masyarakat mempunyai seperangkat kostum dan topeng dari kedua tokoh tersebut. Topeng-topeng ini mempunyai kekuatan gaibnya yang besar sendiri-sendiri dan disimpan agar tak terlihat di dalam sebuah bangsal khusus di pura kematian di desa. Mereka disimpan di dalam keranjang, dibungkus dengan kain gaib yang menyekat getaran jahatnya, dan dibuka kembali kalau memang akan digunakan, pemain-medium dalam keadaan kerasukan dan di bawah kontro seorang pendeta, dan sebelum sesaji dibuat untuk menghindari kerugian pada para peserta. Pada perayaan di pura kematian topeng-topeng mereka dibuka dan dipamerkan di dalam salah satu tempat sembahyang. Ini tindakan yang baik untuk berjaga-jaga dengan cara memerciki topeng-topeng ini dengan air suci bilamana ada warga yang sakit. Seperti rangda, Barong diperlakukan dengan sangat hormat dan orang Bali menyebutnya dengan gelar-gelar seperti Banaspati Raja, ‘’penguasa Hutan’’ atau sebagai Jero Gede, ‘’Si Besar’’ dan bukannya sebagai barong yang hanya sekadar nama generik untuk binatang semacam ini. Walaupun sifatnya yang kejam, Barong mewujud di dalam sandiwara kesurupan di mana dia dibuat untuk bertindak dengan dungu dan menari untuk menghibur khalayak ramai. Kostumnya terdiri atas sebuah bingkai besar yang diselimuti dengan bulu panjang, punggung melengkung dengan sisik emas yang dipasangi cermin-cermin kecil. Sebuah ekor emas yang indah menonjol dari pantatnya dan dari situ menggantung cermin segi empat, segenggam bulu burung merak, dan seuntai kelintingan kecil yang bergemerencing setiap kali dia bergerak. Di bawah mahkota tinggi yang berkilat adalah topengnya, terlalu kecil buat tubuhnya, dengan mata menonjol dan rahang terbuka. Kekuatan Barong berpusat pada jenggotnya, seberkas rambut manusia dengan dihiasi bebungaan. Barong dihidupkan oleh dua orang lelaki yang khusus terlatih yang membentuk bagian depan dan bagian belakang dari binatang, lelaki yang berada di depan menggerakkan topeng dengan tangannya. Di Pemecutan, sandiwara Barong mulai dengan pertunjukan jauk, sekelompok bocah lelaki mengenakan topeng putih yang menyeringai, yang menari mengikuti nada yang rumit dari gamelan legong yang dalam hal ini disebut bebarongan. Setelah tarian, kedua pemain Barong masuk ke bawah kostum yang diam tak bernyawa yag didirikan pada buah tiang, topengnya di bungkus oleh kain putih. Seperti seekor kuda property sirkus, barong menari menggerakan ekor bagian ekornya, berbaring, mulu- mugkret sperti akordion, mengatupkan lahangnya, dan pada umunya berperilaku lucu perilaku yang agak kurang bermtabat bagi sifatnya yang dahsyat. Sementara itu, sekolompok lelaki yang setngah telanjang yang duduk di atas tikar kesurupan. Mereka adalah para Barong melawan Rangda. Seorang pendeta memberkati air dengan mencelukan jenggot barong ke dalamnnya, dan memerciki lelaki tersebut yang tubuhnya begetar bagaikan sakit ayan. Dengan mata mereka yang terpaku oada rangda, mereka bangkit, menghunus keris mereka maju secara otomatis dengab gusar ke arah sang dukun, yang menunggu mereka dengan secarik kain putih, senjatanya, siap dengan tangan di acungkan. Tiba-tiba dia mengejar mereka, tetapi justru pada saat itu salah seorang pendeta yang menjaga menengarai sesuatu yang tidak lazim didalam perilakunya dan mengatakan bahwa dia lepas kendali. Dia di tangkap oleh sekelompok lelaki yang kuat dan mengusirnya, tetapi sebelm dia mengucapkan sihirnya pada para lelaki yang kerasukan dengan mempertemukan ibu barunya dari ke dua tangan yang terentang dan meneeriakan kutukan, Dengan kutukan tersebut, terus di tangan mereka berbalik ke arah kiri mereka sendiri, tetapi kekuatan gaib barong memperkeras daging mereka sehingga walaupun menancapkan ujung keris yang tajam dengan sekuat tenaga ke dada yang telanjang, mereka bahkan tidak terluka. Inilah pnjelasan yang orang bali berikan mengenai pameran yang aneh dan dampaknya tidak terlihat bahwa mereka memalsukan hal itu, demikian adalah kekuatan yang bersungguh-sungguh dengan apa mereka nampaknya berusaha menikam diri mereka sendiri. Beberapa melompat dengan ganas atau bergulung-gulung di tanah berdebu, menekan kris ke dalam dadanya dan menangis seperti kanak-kanak, ai mata mengliar dari mata mereka. Dikatakan bahwa hanya dengan kerasukan yang lengkap tarian itu dapat di pertunjukan dengan bebas tanpa hukuman,kalu tidak seorag lelaki akan melukai diri sendiri atau melukai orang lain. Mereka di awasi dengan cermat dan bila mana seorang dari mereka member tanda-tanda kembali pada kesadaran, dengan ceoat dan dengan kasar senjatanya di lucuti. Kesurupan sperti itu, menunjukan mereka meempunyai kekuatan gaib dan di perluan banyak orang untuk melerainya. Bahkan, setelah keris di renggut mereka tetap melanjutkan menari dengan tatapan mata kosong dan tangan kanan masih di kepalkan seolah semasih memegang kulu keris. Untuk melepaskan orag tersebut dari kesurupan, mereka di tuntun seorang demi seorang ketempat dimana barong tegak, seseorang menghisap dada yang berdarah dari lelaki yang terluka itu dan memasukan bunga dilukanya. Pemangku mengusap wajah masing-masing lelaki dengan air suci yang sebelumnya jenggot barong yang di celupkan ke dalamnya dan perlahan-lahan mereka keluar dari keadaan kesurupan, linglung begitu saja berjalan pergi seolah-olah merek tidak tau apa yang sudah terjadi pada diri mreka.
SUMBER : Miguel Covarrubias ‘pulau bali’ temuan yang menakjupkan. Udayana university press.