Archive forApril, 2018

CONTOH RECOUNT TEXT : MY EXPERIENCE

Mari berbagi pengalaman 🙂

 

Good Morning, Om Swastyastu. Thank you very much for the chance given to me, know I’ll tell you about one of much my experience.

Any good or bad experiences have a reason that we can’t guess. I have a unique experience when first time I must choose the studies program in Senior High School. When that time, I was very confused about what I’ll become after finish my study three years later. I was though must be in language class because I love language lesson, music, and I attracted with the Balinese culture. Because a lot of information and feedback that I heard, there is the bright and the dark side about that studies program. My parents handed me the full right to choose the studies program, they just suggested me to choose what I love and where my passion. It’s made me more confused and lost my spirit for a while until I got sick

Brother provide the solutions, that I have to be a natural science (science class). He told me, the graduate of natural science have many opportunities to get into public universities. That opinion was opening my mind. Beside it, I attracted with Math, Biologic, Physic and I learned the Language too. So, I decided to be a natural science’s boy.

Well as time goes by, appears my dislike towards biology. I don’t know why that happened. I Though Biology was too much memorization. Until one day I feel be a foolish in my class about Biology. I was so disappointed after that.

Then I though in my heart, “How could this happen? What did I do wrong?” . After that, I tried to rise, forget the frustration by more seriously learning biology. I studied half to death to be able to understand biology lesson. It is a good path until now I prefer biology. Until now I choose Biology for the National Exam Test.

Ok that’s all about my experience. Thank you for your attention. OM SANTHI SANTHI SANTHI OM. Have a nice day

Komentar

PIDARTA BAHASA BALI

Sebagai orang Bali, wajib hukumnya kita agar dapat berbahasa Bali yang baik dan benar, berikut adalah contoh pidato Bahasa Bali (pidarta) yang penulis karang sendiri,
semoga bermanfaat

NGELESTARIANG SENI LAN BUDAYA BALI

Kepala SMA Negeri 1 Mengwi sane dahat kesumayang titiang.
Bapak lan ibu guru SMA Negeri 1 Mengwi sane wangiang titiang.
Para sisya SMA Negeri 1 Mengwi sane tresnasihin titiang.

            Pinih ajeng, lugrayang titiang ngaturang angayubagia majeng ring Ida Sang Hyang Widhi Wasa, santukan asung kertha waranugrahan Ida, titiang sareng ida dane sami mangkin prasida polih mekunyit dialas ring Aula SMA N 1 Mengwi niki. Sedereng titiang ngawitang pidarta ne mangkin, ngiring ulengan pikayun melarapan antuk pangastungkara panganjali umat “OM SWASTYASTU”

Ida dane sareng sami sane kesumayang titiang, ring galah sane becik puniki titiang jagi matur nganinin indik “Ngelestariang Seni & Budaya Bali”. Seni budaya Bali sampun makembang becat gati wireh prasida wenten sane saking alit sampun kapicayaning seni, baik seni musik tradisional Bali, seni Tari, utawi seni lukis Bali. Napi malih ring jagat sekadi mangkin, kesenian Bali punika sane jakti ngranayang Bali terkenal ring dura negara mawit kacingak ring Internet, taler sane ngranayang tamu dura negara punika melancaran ka jagat Baline. Akeh contoh sane prasida kecingak ring parindikan sekadi mangkin, minakadi tradisi budaya Baline sane kalalian, minakadi alit-alit sane nenten resep ring anggah ungguhing basa bali napi malih ring nyurat aksara bali.

Contoh ring ungkur punika prasida ngranayang budaya Bali ne sayan-sayan surup utawi ilang. Mangda nenten sekadi punika, ngiring sareng sami ngelestariang Budaya lan Seni Baline mangda tetep urip lan me-Taksu tur lestari.

Inggih Ida dane sareng sami sane wangiang titiang, dumogi napi sane kabaktayang tityng mapikenoh majeng ring ida dane sareng sami. Wantah asapunika sane antuk titiang ngaturang. Akeh tityang matur, tur akeh iwang tityang, yening sekadi punika titiang nunas geng rena sinampura ring wenten karaos titiang sane nenten manut ring manah. Sineb titiang antuk Parama Shanti “OM SANTHI SANTHI SANTHI OM”

Komentar

SULING BALI & TEKNIK PERMAINANNYA

  1. KARAWITAN BALI

Musik merupakan sesuatu hal yang sudah mempengaruhi, bahkan ikut berkembang bersama, mengikuti peradaban manusia. Sehingga timbul analogi peradaban manusia bergandengan dengan musik atau musik bergandengan dengan peradaban manusia. Di Bali musik mempunyai istilah lain yaitu karawitan yang berasal dari kata rawit yang berarti halus, diawali dengan awalan ke- dan akhiran –an. Karawitan Bali digolongkan menjadi dua yakni, karawitan vokal (tembang) dan karawitan instrumen (gamelan). Karawitan berarti seni suara instrumental dan vokal yang menggunakan laras (tangga nada) pelog & slendro. Istilah pelog adalah tangga nada (laras) dalam Karawitan Bali yang jarak nadanya berjauhan (1 . 3 4 5 . 7 1 atau do . mi pa sol . si do atau 1 . 3 4 5 . 7 1), sedangkan istilah slendro adalah tangga nada (laras) dalam Karawitan Bali yang jarak nadanya berdekatan (1 2 3 . 5 6 . 1 atau do re mi . sol la . do atau 1 . 3 4 5 . 7 1).

  1. SULING KARAWITAN BALI

Suling merupakan seperangkat gamelan yang menggunakan seruling besar, menengah, dan kecil, untuk memainkan lagu-lagu kebyar, kecuali kendang, kempur dan ceng-ceng. Muncul di Mengwi pada tahun 1952 dikenal dengan nama gamelan Gong Suling. (Bandem, 285: 2013) Gamelan Gong Suling, instrumentasi dari gamelan ini meniru instrumentasi dari gamelan Gong Kebyar dengan nama instrumen pokoknya dibuat dari suling bambu. Instrumen-instrumen itu meliputi 1 (satu) buah suling ugal, 4 (empat) buah suling pemade, 4 (empat) buah suling kantil, 2 (dua) buah suling calung, 2 (dua) buah suling jegogan, 2 (dua) buah kendang palegongan, 1 (satu) buah kajar, 1 (satu) buah rincik, 1 (satu) buah klentong, dan 1 (satu) buah gong pulu. Ansambel (barungan) berlaras pelog yang suaranya agak melodis ini digunakan juga untuk mengiringi tari-tari kebyar dan Legong Keraton. (Bandem, 40: 2013) Gong Suling diperkirakan lahir sesudah kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1952 di Mengwi, Kabupaten Badung. (Bandem, 72: 2013)

Suling Bambu, merupakan alat yang dibuat dari bambu yang menggunakan enam buah lubang nada dan satu lubang pemanis untuk menimbulkan bunyi. Suling Bali menggunakan siwer dan prinsipnya adalah end blown flute. Teknik permainan suling bali dinamakan ngunjal angkihan, meniup secara terus menerus (circural breathing). Ketika suling itu ditiup, jari-jari tangan menutup lubang-lubang nada untuk menimbulkan nada tertentu dan system itu disebut tetekep. Untuk keperluan berbagai barungan, suling Bali dibuat dalam ukuran berbeda: besar, menengah, kecil. (Bandem, 130: 2013)

Dalam perkembangan zaman, pengeksplorasian kebaruan dalam mencipta lagu oleh komposer dengan memanipulasi fungsi pokok suatu instrumen pun dibutuhkan. Suling bambu yang fungsinya pembawa hiasan-hiasan lagu, memaniskan melodi, kini bermain ubit-ubitan seperti layaknya reyong atau gangsa pemade dan kantil. Munculnya gamelan Gong Suling sekitar tahun 1952 memberi fungsi yang beranekaragam untuk suling, seperti fungsi instrument suling dalam gamelan Gong Kebyar. (Bandem, 171: 2013)

  1. CARA MENGUASAI TEKNIK NGUNJAL ANGKIHAN
  • Harus mempunyai suling, baik yang berukuran sedang, menengah, maupun besar, namun sangat disarankan untuk menggunakan suling yang berukuran kecil karena tidak terlalu memerlukan volume udara yang besar untuk meniupnya
  • Memegang & menutup lobang suling dengan benar, ibu jari berada di bagian bawah suling dan 3 jari kanan dan 3 jari kiri memegang suling sekaligus menutup lubang-lubang depan suling yang akan menghasilkan nada-nada yang berbeda.
  • Meniup suling, tiupan suling ada 2 (dua), ada meniup normal (meniup dengan volume udara sedang dan ringan sehingga menghasilkan nada rendah), ada meniup “nelik” (meniup suling dengan volume udara yang lebih besar dan kuat sehingga menghasilkan nada yang tinggi).
  • Ngunjal angkihan, meniup secara terus menerus (circural breathing). Menarik udara dari hidung sejalan dengan menghembuskan sisa udara di mulut.

berikut video teknik ngunjal angkihan, cek it dot!

YouTube Preview Image

Komentar

KEBUDAYAAN INDONESIA MENJELANG JAMAN MADYA

Kebudayaan Indonesia jaman purba, perkembangannya erat sekali dengan jalannya sejarah kuno Indonesia. Sifat serta kuatnya pengaruh dari luar yang meresapi kebudayaan, tidak akan mati selama masyarakat pendukungnya semula masih berlanjut. Pengaruh India terhadap Kebudayaan Indonesia sangat meluas dan mendalam, sampai bahkan menentukan arah perkembangan serta coraknya kepada Kebudayaan Indonesia jaman purba. Sejak jaman prasejarah sudah ada titik-titik persamaan antara Kebudayaan India dengan Kebudayaan Indonesia, dan juga antara kedua bangsa itu sudah ada perhubungan melalui jalur laut. Maka bertemunya kedua kebudayaan itu sudah menjadi hal yang wajar. Sementara itu di India mengalami perkembangan kebudayaan yang sangat pesat, hal itu diakibatkan karena bercampurnya bangsa Dravia dan Arya sehingga kebudayaan-kebudayaan lainnya di Asia Tenggara jauh tertinggal.

Kebudayaan Indonesia yang mempunyai corak-corak kehinduan berlangsung sekitar 15 abad. Huruf Pallawa segera diindonesiakan menjadi huruf Kawi. Sejak Prasasti Danoyo huruf Kawi ini menjadi huruf yang dipakai di Indonesia, dan menjelang akhir abad ke-8 maka bahasanya pun bukan lagi Bahasa Sansekerta sebagai Bahasa resmi, melainkan Bahasa Kawi. Dari prasasi-prasasti para raja Cailendra, nampak juga bahwa dalam hal pemerintahan dan kemasyaratan sifat-sifat Indoneisanya tetap bertahan. 

Dalam hal seni bangunan, yang tidak terpisahkan dari soal keagamaan dan alam pikiran, dan dapat dilihat juga bahwa candi dalam maknanya yaitu khusus konsepsi Indonesia, candi bukanlah kuil tempat orang memuja dewa seperti di india, akan tetapi lebih lebih tempat bertemunya rakyat dan nenek moyangnya. Dalam hal ini seni hias nampak jelas anasir-anasir indianya. Akan tetapi, dalam keseluhurannya, hiasan-hiasan itu bukanlah hiasan India, bukan pula rangkaian atau penyusunan begitu saja dari pola hiasan India, melainkan sudah berupa ragam hias Indonesia. Demikian selayang pandang kebudayaan Indonesia dalam jaman purba. Nyata bahwa di dalam babakan waktu sejarah kebudayaan ini corak serta sifatnya ini di tentukan oleh pengaruh-pengaruh india, sebaliknya nyata pula, bahwa betapa juga corak-corak kehidupan itu, kebudayaan indonesia tidak kehilangan kepribadiannya.

DOKUMENTASI FOTO

gambar 1 : jalur perdagangan India-China

gambar 2 : prasasti dinoyo/danoyo

gambar 3 : candi borobudur

KEPUSTAKAAN

  • SOEKMONO, DR.R. 1973. PENGANTAR SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA 2. Yogyakarta: Kanisius.
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Borobudur
  • https://www.vebma.com/opini/Kesamaan-Negara-Indonesia-Dengan-India/2926
 

Komentar