- KARAWITAN BALI
Musik merupakan sesuatu hal yang sudah mempengaruhi, bahkan ikut berkembang bersama, mengikuti peradaban manusia. Sehingga timbul analogi peradaban manusia bergandengan dengan musik atau musik bergandengan dengan peradaban manusia. Di Bali musik mempunyai istilah lain yaitu karawitan yang berasal dari kata rawit yang berarti halus, diawali dengan awalan ke- dan akhiran –an. Karawitan Bali digolongkan menjadi dua yakni, karawitan vokal (tembang) dan karawitan instrumen (gamelan). Karawitan berarti seni suara instrumental dan vokal yang menggunakan laras (tangga nada) pelog & slendro. Istilah pelog adalah tangga nada (laras) dalam Karawitan Bali yang jarak nadanya berjauhan (1 . 3 4 5 . 7 1 atau do . mi pa sol . si do atau 1 . 3 4 5 . 7 1), sedangkan istilah slendro adalah tangga nada (laras) dalam Karawitan Bali yang jarak nadanya berdekatan (1 2 3 . 5 6 . 1 atau do re mi . sol la . do atau 1 . 3 4 5 . 7 1).
- SULING KARAWITAN BALI
Suling merupakan seperangkat gamelan yang menggunakan seruling besar, menengah, dan kecil, untuk memainkan lagu-lagu kebyar, kecuali kendang, kempur dan ceng-ceng. Muncul di Mengwi pada tahun 1952 dikenal dengan nama gamelan Gong Suling. (Bandem, 285: 2013) Gamelan Gong Suling, instrumentasi dari gamelan ini meniru instrumentasi dari gamelan Gong Kebyar dengan nama instrumen pokoknya dibuat dari suling bambu. Instrumen-instrumen itu meliputi 1 (satu) buah suling ugal, 4 (empat) buah suling pemade, 4 (empat) buah suling kantil, 2 (dua) buah suling calung, 2 (dua) buah suling jegogan, 2 (dua) buah kendang palegongan, 1 (satu) buah kajar, 1 (satu) buah rincik, 1 (satu) buah klentong, dan 1 (satu) buah gong pulu. Ansambel (barungan) berlaras pelog yang suaranya agak melodis ini digunakan juga untuk mengiringi tari-tari kebyar dan Legong Keraton. (Bandem, 40: 2013) Gong Suling diperkirakan lahir sesudah kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1952 di Mengwi, Kabupaten Badung. (Bandem, 72: 2013)
Suling Bambu, merupakan alat yang dibuat dari bambu yang menggunakan enam buah lubang nada dan satu lubang pemanis untuk menimbulkan bunyi. Suling Bali menggunakan siwer dan prinsipnya adalah end blown flute. Teknik permainan suling bali dinamakan ngunjal angkihan, meniup secara terus menerus (circural breathing). Ketika suling itu ditiup, jari-jari tangan menutup lubang-lubang nada untuk menimbulkan nada tertentu dan system itu disebut tetekep. Untuk keperluan berbagai barungan, suling Bali dibuat dalam ukuran berbeda: besar, menengah, kecil. (Bandem, 130: 2013)
Dalam perkembangan zaman, pengeksplorasian kebaruan dalam mencipta lagu oleh komposer dengan memanipulasi fungsi pokok suatu instrumen pun dibutuhkan. Suling bambu yang fungsinya pembawa hiasan-hiasan lagu, memaniskan melodi, kini bermain ubit-ubitan seperti layaknya reyong atau gangsa pemade dan kantil. Munculnya gamelan Gong Suling sekitar tahun 1952 memberi fungsi yang beranekaragam untuk suling, seperti fungsi instrument suling dalam gamelan Gong Kebyar. (Bandem, 171: 2013)
- CARA MENGUASAI TEKNIK NGUNJAL ANGKIHAN
- Harus mempunyai suling, baik yang berukuran sedang, menengah, maupun besar, namun sangat disarankan untuk menggunakan suling yang berukuran kecil karena tidak terlalu memerlukan volume udara yang besar untuk meniupnya
- Memegang & menutup lobang suling dengan benar, ibu jari berada di bagian bawah suling dan 3 jari kanan dan 3 jari kiri memegang suling sekaligus menutup lubang-lubang depan suling yang akan menghasilkan nada-nada yang berbeda.
- Meniup suling, tiupan suling ada 2 (dua), ada meniup normal (meniup dengan volume udara sedang dan ringan sehingga menghasilkan nada rendah), ada meniup “nelik” (meniup suling dengan volume udara yang lebih besar dan kuat sehingga menghasilkan nada yang tinggi).
- Ngunjal angkihan, meniup secara terus menerus (circural breathing). Menarik udara dari hidung sejalan dengan menghembuskan sisa udara di mulut.
berikut video teknik ngunjal angkihan, cek it dot!