Sejarah Gong Kebyar Desa Tejakula

This post was written by pandewidya on April 7, 2014
Posted Under: Tak Berkategori

1094750_10151785627967147_1598841468_oSejarah Gong Kebyar Desa Tejakula

“Sabha Sawitra”

            Keberadaan gamelan Gong Kebyar di Tejakula, merupakan salah satu asset dari perkembangan Gong Kebyar yang tersebar luas di Bali. Salah satu bentuk medium seni tabuh, Gong Kebyar di Tejakula juga di manfaatkan selain sebagai sarana kebutuhan estetis secara musikal, juga sebagai sarana lainnya seperti untuk pengiring upacara atau ritual, sarana sosial, dan sarana ekonomi. dari fungsi yang ada sekaligus dimaknai sebagai medium estetis yang bernilai ritual, sosial, dan ekonomi.

Sejarah singkat keberadaan gamelan Gong Kebyar di Tejakula,menurut penuturan gamelan Gong Kebyar di desa Tejakula pada mulanya warga Dadia Pinatih Desa Tejakula memiliki seperangkat barungan gamelan Gong Kebyar gaya Bali utara. Seperangkat gamelan tersebut, dipinjamkan kepada desa Tejakula. Pada saat itu kebetulan pemimpin desa atau bapak kepala desanya dari warga pinatih yaitu Bapak I Ketut Arta. Sebelum bapak I Ketut Arta memimpin desa Tejakula, desa tersebut pernah juga dipimpin oleh warga Pinatih.

Perkembangan kesenian di desa Tejakula pada saat itu sangat maju khususnya kesenian Kebyar seperti ada beberapa tarian diantaranya tari Truna Jaya, Margapati, Panji Semirang, Tenun, Wiranata, Oleg Tamulilingan, Cendrawasih, dan tari Kupu-kupu. Adapun mengenai tabuh-tabuhan seperti : Hujan Mas, Bande Sura Kekebyaran, dan Tabuh Galang Kangin kekebyaran. Kesemuanya jenis kesenian tersebut dapat disajikan atau diiringi oleh barungan gamelan gong kebyar milik warga penatih yang dipinjamkan bapak kepala desa Tejakula.

Sebelum dan sesudah gerakan G30 S/PKI pada tahu 1965, seni-seni tersebut khususnya seni tari dan seni karawitan (tabuh) sering pentas mengisi acara permohonan internal desa dan eksternal desa. Internal desa mengisi permohonan masyarakat desa Tejakula dalam kegiatan upacara Panca Yadnya seperti : Dewa Yadnya, Manusa Yadnya, Bhuta Yadnya, Rsi Yadnya, dan Pitra Yadnya. Untuk ekternal mengisi acara di Istana Negara Tampak Siring dalam rangka kunjungan bapak presiden republik Indonesia pada saat itu bapak Soekarno adalah sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama. sebelum pentas di Tampak Siring (istana), pentas juga di Patal Tohpati, Balitek, Kapal-kapal besar di pelabuhan Buleleng, HUT Kota Singaraja dan dalam rangka 17 Agustus di alun-alun atas dan alun bawah di kota Singaraja.

Perkembangan seni selanjutnya di desa Tejakula, adanya rekaman dari Yama Sura dari Jepang untuk kepentingan kampus yang sudah barang tentu dikasi dana. Selanjutnya kesenian Gong Kebyar dan kesenian wayang wong pada tanggal 5 sampai dengan 13 September 1993, diajak mengikuti pementasan di Jepang Tokyo oleh Bapak Sardono pada tanggal 16 Mei 1995 dengan materi yang sama pergi ke negara Swedia yang diprakasai oleh bapak Sida Karya alias UlGad dari Swedia. Kepergian rombangan kesenian Tejakula ke negara tersebut dan termasuk rekaman yang dilakukan oleh Yama Sura dari Jepang memakai barungan gamelan gong kebyar tersebut. Para seniman yang mengikuti kegiatan kesenian tersebut tidak sepenuhnya mendapatkan honor (upah) karena akan ada rencana untuk membeli seperangkat barungan gamelan gong kebyar.

Atas dasar pertimbangan para seniman yang di prakarsai oleh Bapak Nyoman Tusan dan Pande Gede Mustika, sehingga sisa-sisa dana dari ke tiga kegiatan tersebut mencukupi untuk membeli seperangkat barungan gamelan gong kebyar. Gamelan Gong Kebyar yang ada sekarang itu dibeli dengan harga        Rp.15.000.000,00 (limas belas juta rupiah) di Pande gamelan Kubu Jati yaitu Bapak Gede Artha. semula gamelan tersebut tanpa diukir, selanjutnya diukir oleh masyarakat Tejakula dari keluarganya Putu Inten. Gamelan tersebut dibeli pada tahun 1996 Setelah memiliki gamelan baru, gamelan gong kebyar milik warga pinatih yang dipergunakan oleh desa dikembalikan,sehingga gamelan gong kebyar yang ada sekarang di desa administrasi Tejakula berkat jerih payah seniman.

Demikian sejarah singkat keberadaan barungan gamelan gong kebyar yang ada sekarang di Desa Tejakula,sehingga aktifitas seniman khususnya seniman kebyar berjalan sesuai dengan harapan.

 

Bentuk Fisik

 

            Bentuk fisik gamelan Gong Kebyar yang ada di desa Tejakula merupakan barungan gamelan yang terbuat dari kerawang dengan pelawah dari kayu disusun sedemikian rupa sehingga berbentuk sebuah instrument-instrumen yang kebanyakan berbentuk bilah. Unsur budaya Bali tercemin pada penggunaan instrument dari perangkat gamelan Bali dan busana yang digunakan oleh para penabuh (juru gamel). Budaya local tampak pada penggunaan aspek tradisi Bali seperti bentuk ukiran/ornament pada pelawahnya, menggunakan laras pelog, sesaji, dan para penabuhnya didominasi dengan memakai kostum penabuh tradisi budaya Bali.

Bentuk Instrumen

Gamelan Gong Kebyar di desa Tejakula sudah barang tentu mempunyai suatu kekhasan sendiri. Barungan gamelan Gong Kebyar Tejakula, bentuk instrumennya ada yang berbentuk bilah dan ada yang berbentuk pancon (moncol). Menurut Brata, instrument yang berbentuk bilah juga dapat dibagi menjadi dua yakni bilah yang berbentuk dengan istilah; metundun klipes, metundun sambuk, setengah penyalin, dan bulig.

Bentuk Repertoar

            Bentuk adalah susunan dari suatu bagian atau struktur yang merupakan suati sehingga membentuk atau mewujudkan suatu bentuk nyata. Bentuk repertoar ditentukan oleh jumlah bagian, struktur, dan permainan dari suatu instrument.Dalam repertoar gending-gending gong kebyar di desa Tejakula terdapat beberapa bentuk repertoar gending yaitu bentuk repertoar gending gilak (gegilakan), tabuh telu, tabuh pat, tabuh nem, dan tabuh-tabuh untuk iringan tari-tarian lepas. Masing-masing bentuk repertoar gending, merupakan rangkaian dari bagian-bagian gending yang masing-masing bentuk mempunyai urutan sajian bagaian gending yang berbeda-beda.

Adapun urutan dari bagian-bagian bentuk repertoar gending dari masing-masing bentuk repertoar adalah sebagai berikut :

1.  Bentuk repertoar gending gilak (gegilakan) terdiri dari bagian gending-gending  kawitan dan pengawak.

2.  Bentuk repertoar gending tabuh pisan terdiri dari bagian gending kawitan, pengawak, ngisep ngiwang, pengisep, dan pengecet.

3.  Bentuk repertoar gending tabuh telu, terdiri dari bagian gending kawitan dan pengawak.

4.  Bentuk repertoar gending tabuh pat, tabuh nem, dan tabuh kutus mempunyai bagian gending yang sama yaitu kawitan (pengawit), pengawak pengisep (pengaras), dan pengecet. Pada bagian gending pengecet terdapat sub-sub bagian gending yang urutan sajiannya adalah kawitan, pemalpal, ngembat terompong, pemalpal tabuh telu, pengawak tabuh telu. Alternatif yang lain dari susunan sajian sub bagian gending dalam pengecet adalah kawitan, pemalpal, ngembat trompong, dan gilak atau gegilakan.

5.  Gending-gending untuk iringan tari-tarian lepas pada umumnya dikomposisikan sedemikian rupa disesuaikan dengan bentuk tari yang diiring

 

Comments are closed.

Previose Post: