Wayang Wong Sanur

Geliat seni pertunjukan di ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-32 pada hari terakhir, Sabtu (10/7) kemarin di kalangan Ayodya, Art Centre Bali, Denpasar terasa sedikit berbeda dari hari sebelumnya. Pasalnya, seni pertunjukan Wayang Wong Griya Jelantik-Sanur, Denpasar ini mendadak “dikeroyok” penonton. Usut punya usut rupanya para penontonitu merupakan warga masyarakat Sanur sendiri.

Ini menandakan bahwa sentuhan seni budaya yang melekat di tengah masyarakat sangat erat sekali dengan geliat dari realitas hidup warga setempat. Tanpa adanya ikat kuat dari kesadaran masyarakat untuk memiliki seni budaya itu dalam kehidupan kesehariannya sangat mustahil akan bisa lestari dan berkembang.

Dalam aksinya, duta seni budaya kota Denpasar ini tampil mengusung epos legendaris Ramayana berjudul Lata Mahosadh, yang mengisahkan tentang gugurnya Senapati Kumbakarna. Akibatnya, raja Rahwana merasa sedih dan mengangkat Meganada sebagai senapati atas usulan Patih Kumba untuk berperang melawan pasukan Ramadewa.

Dalam peperangan Meganada yang berbekal senjata panah sakti Wimohanasara berhasil mengenai tubuh Laksamana. Dan melihat hal itu, sang Rama pun memerintahkan Hanoman untuk mencari obat Lata Mahosadhi tanaman obat, di gunung Himawan. Berkat obat itu, akhirnya Laksamana pun sembuh hingga bisa kembali berperang memperkuat pasukan Ramadewa untuk merebut Dewi Sita yang telah diculik oleh Rahwana.

Pengempon Wayang Wong Griya Jelantik, I.b.Raka bersama Ketut Suteja,salah seorang penari wayang wong mengatakan keberadaan wayang wong di perkirakan sudah ada sejak 1900 masehi dan baru sejak 2005 lalu kembali dibangkitkan sebagai upaya pelestarian dan pengembangan seni budaya adiluhur bangsa.

Comments are closed.