Tentang br.sengguan pasekan di desa Sading

April 28th, 2014

20140309_174831

Saya akan bercerita tentang banjar saya. Saya berbanjar di  banjar sengguan pasekan Sading. Banjar saya ini terletak di desa sading ,mengwi,badung,bali. Desa sading terdiri dari 13 banjar dan 2 kawasan. Banjar saya masuk dalam kawasan dajan bingin.  Banjar sengguan pasekan ini saebenarnya dua banjar dimana di bagi menjadi sengguan dan pasekan. Dan karena di perlukan wantilan di desa saya sehinngga wilayah yang dulu banjar pasekan di ubah menjadi wantilan desa adat Sading. Dan banjar pasekan bergabung dengan banjar sengguan.   Dan saya sendiri masuk di banjar di pasekan. Dari segi bangunan saya lihat banjar saya ini kurang bagus karena masih termasuk bangunan kuno. Tidak seperti banjar-banjar jaman sekarang yang saya lihat dari segi bangunan nya ada tempat pementasan atau panggung. Sedangkan banjar kami tidak memiliki panggung. Dan kalau ada acara seperti acara ulang tahun pemuda kami pasti membuat panggung terlebih dahulu dari meja-meja yang ada di banjar. Kalau saya lihat di banjar saya mulai dari orang –orang  tuanya menurut saya banyak yang bisa di katakana jenius. Tetapi kurang bisa memimpin orang-orang di sekitarnya. Seperti contohnya kakak saya dia memang jenius dalam berkesenian akan tetapi dia tidak bisa mengkordinir orang-orang di sekitarnya untuk mulai menyenangi kesenian tersebut. Dan saya lihat perhatian banjar saya ini dalam kemajuan berkesenian untuk pemuda-pemudi di banjar saya saya sangat kurang.

Dan saya juga ikut dalam suatu organisasi muda-mudi di banjar saya. Nama organisasi muda-mudi saya adalah DEB( dwi eka bhakti). Di dalam organisasi ini saya lihat dari waktu ke waktu pemimpinnya memang kurang tegas dalam memimpin organisasi ini. Atau mungkin menurut saya di organisasi ini dalam perekrutan anggotanya terlalu muda. Karena di banjar saya kalau sudah tamat SMP langsung di rekrut sebagai anggota pemuda. Dan menurut saya itu tidak benar karena orang yang baru tamat SMP itu masih labil dan tidak seperti orang yang sudah kuliah yang sudah mantap dengan kepribadiannya masing-masing. Saya tidak tau juga darimana asal mula tentang masalah perekrutan anggota pemuda ini. Karena kalau saya dengar-dengar dari orang tua saya. Perekrutan pemuda pas zamannya di lihat dari kepribadian yang sudah mantap dari masing-masing calon pemuda itu sendiri. Dan dalam kepemimpipinan ketua-ketua pemuda yang saya lihat kurang tegas.  Mungki karena menurut saya mungkin kalau dia terlalu tegas dia akan di jauhi oleh temen-temannya sendiri. Dan di dalam hari raya pengerupukkan dan penyepian pemuda kami ini biasa membuat ogoh-ogoh untuk menyambut hari raya tersebut. Dan saya bisa di katakan berperan penting dalam kegiatan di hari raya pengerupukan dan hari raya nyepi ini. Karena selain kakak saya dan saya tidak ada yang begitu ahli dalam mencipta tabuh-tabuh untuk pengerupukan. Biasanya pada waktu pengerupukan itu hanya orang-orang tua saja yang memainkan gamelan untuk hari raya pengerupuikan itu. Dan seiring berjalannya waktu semua banjar di desa Sading mulai menggunakan pemuda nya untuk megambel pas pengerupukan tersebut. Nah dari situlah kakak saya yang bernama I Wayan Punia di suruh untuk mengajarkan pemuda-pemuda di banjar saya untuk megambel pas hari raya pengerupukan tersebut. Dia berhasil menuangkan dua tabuh pada waktu itu. Dan saya muali kagum dengan kaka saya ini karena kemampuannya dalam mencipta gending sungguh hebat dia langsung menciptakan gending-gending beleganjur pada saat latihan tersebut.  Akan rasa kagum itu mualai memudar karena yang saya lihat kakak saya ini tidak lancar perkuliahannya. Dan saya tidak menyalahkan nya akan hal itu karena mungkin karena keadaan keluarga kakak saya ini cukup tidak stabil di dalam perekonomiannya. Mungkin karena dia sibuk mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan kuliahnya pun menjadi terlantar. Dan juga yang  saya lihat dari proses menuangkan gending tersebut saya lihat kakak saya ini tidak memiliki jiwa pemimpin. Dia sepertinya kurang tegas dalam memberikan mater-materi tabuh. Contoh pada waktu dia sedang menuangkan gendingnya ada pemuda yang sedang bercanda dia membiarkan nya dan dia tidak menegurnya sama sekali. Sehingga jadinya dia yang setres sendiri melihat kelakuan pemuda yang bercanda di saat semua serius mencari gending. Dan saya pun merasa sangat kesal melihat kelakuan pemuda yang seperti itu. Saya pun beragan-angan jika saya nanti di suruh melatih mereka tidak akan saya biarkan bercanda di saat semuanya serius mencari tabuh.  Saya kadang merasa kasihan dengan kakak saya dan saya mencoba  memberi  nasehat pada teman-teman saya supaya jangan terlalu kelewat batas kalau bercanda. Tetapi ada yang mendengarkan  dan  ada juga yang tidak. Dan saya tidak berani menasehati teman saya terlalu keras karena saya saya tau posisi saya pada waktu itu bukan sebagai pelatih melainkan pemuda yang di latih juga oleh kakak saya. Nah setelah dua tahun terus membuat gending di banjar akhirnya kakak saya menemukan jodohnhya dan akhirnya menikah. Nah pada waktu kakak saya menikah saya berfikir keras karena setelah dia menikah otomatis dia pension jadi pemuda dan pasti saya yang akan di tunjuk untuk melatih beleganjur di banjar. Pada pertama saya melatih di banjar saya sudah mempunyai keinginan untuk kabur dan tidak melatih mereka karena apa yang saya beritahu kepada mereka tidak pernah di dengarkan. Dan samapai-sampai saya tidak mau ke banjar untuk melatih mereka. Tetapi akhirnya mereka menelpon saya dan meminta maaf atas kelakuan mereka yang terlalu kelewat batas saat bercanda. Dan akhirnya saya mau melatih mereka juga dan mereka mulai bisa mendengarkan apa yang saya katakan. Nah dari situ saya mulai merubah sikap pemuda saya di saat latian beleganjur supaya lebih menghormati orang membuat gending  atau pelatih seni. Pada awalnya saya menggunakan gending beleganjur kelas saya pada waktu di kokar dan saya variasikan sedikit dengan gending saya sendiri. Nah dari saya mendapat tugas melatih pemuda di banjar ini saya mulai mempunyai keinginan merubah pandangan dari teman-teman saya bahwa pelatih seni itu harus di hormati walaupun umurnya lebih kecil dari pada yang di latihnya. Karena menurut saya biarpun orang itu lebih kecil umurnya dari kita belum tentu ilmunya lebih rendah dari kita. Dan lagi satu  menurut saya kalau orang seni itu tidak di hormati atas apa yang telah dia perbuat  maka sifat orang seni yang awalnya lembut akan bisa berubah menjadi sangat keras. Dan nyatanya sekarang teman-teman saya mulai bisa menghargai pelatih seni yang datang ke banjar saya untuk melatih mereka.

Identitas diri

April 28th, 2014

IMG_2101

 Nama saya I putu Danika Pryatna Saya lahir pada 5 maret 1995 di Desa Sading. Saya mempunyai adik yang bernama Imade Marco luna dan ayah Iwayan Budha dan ibu saya bernama ni nengah Suneni dan ada juga seorang nenek. Keluarga kami ini dapat di bilang keluarga yang senang berkesenian. Yang pertamakali menjadi seniman di keluarga saya adalah kumpi saya yang bernama i wayan lekok yang berfropesi sebagai seniman dalang . Nah dari situ lah lahir kakek saya yang memiliki kemampuan seni di bidang seni rupa yaitu ukir tetapi bisa juga di seni karawitan walaupun tidak begitu ahli. Kakek saya ini memiliki lima istri dan istrinya yang ke lima melahirkan bapak saya dan seterusnya lahirlah saya.

Awal perjalanan saya di dunia seni adalah di mulai sewaktu saya SD saya sangat senang dengan yang namanya music . Di SD saya itu kebetulan ada ekstrakulikuler menabuh dan dari situ saya mulai belajar megambel. Guru pertama yang mengajar saya menabuh selain bapak saya adalah I Ketut Sukanta dari singapadu , Gianyar. Bliau ini menurut saya guru yang sangat sabar di dalam ia mengajarkan cara bermain gamelan sampai-sampai pada saat itu saya dan teman-teman mengetahui kira-kira 3 tabuh dan 2 tarian dalam waktu sebulan latihan. Nah saya baru tau sekarang setelah saya sekolah di ISI Desnpasar saya baru menyadari bahwa waktu saya SD cara mengajarnya adalah dengan cara yang di sebut meguru panggul. Teknik ini adalah teknik yang lumayan efektif untuk mempelajari sebuah gending. Walaupun membutuhkan waktu yang cukup lama dan pengulangan yang terus-menerus. Nah dan setelah saya tamat SD sudah pasti saya melanjutkan sekolah ke SMP dan pada saat itu pun sekhe  gong pas waktu SD itupun bubar. Setelah itu saya mencoba membangkitkan kembali sekhe gong saya ini atas perintah dari ayah saya. Namun saya gagal karena kebanyakan teman-teman saya tidak menyenangi yang namanya megambel lagi. Dan sejak saat itulah saya mulai putus asa dan ikut juga mulai tidak menyenangi yang namanya megambel. Saya akhirnya menjadi terjerumus ke dunia motor racing dan anak band pada saat itu. Pada saat saya SMP ini saya hanya mengenal teman-teman yang ada di desa saya dan tidak terlalu bergaul keluar. Dan saya juga memiliki group band yang bernama Roeji Besi yang di bentuk pada waktu saya kelas satu SMP bersama teman-teman saya. Sampai-sampai teman saya ada yang membeli alat music lengkap untuk band kami ini. Band ini lumayan bagus dan saya sudah pernah manggung di wantilan desa dan juga acara-acara ulang tahun pemuda –pemudi. Setelah saya tamat SMP saya berpikir keras akan melanjutkan kemana karena saya belum menemukan hobi saya yang memang benar saya cintai. Ayah saya menyarankan saya untuk bersekolah di KOKAR di sekolahnya dulu. Akan tetapi saya ragu karena saya melihat ayah saya bisa di bilang gagl dalam bidang berkesenian dan saya pun mulai takut itu terjadi kepada saya. Dan pada akhirnya saya memiliki keinginan untuk bersekolah di SMK 5 dan mencari jurusan perhotelan mengikuti saran dari teman saya. Dan saya mempunyai pemikiran juga kalau saya mencari jurusan perhotelan saya takut saya berhenti di tengah jalan karena saya tidak begitu menyenangi yang namanya bersih-bersih maklum saya orangnya memang agak sedikit pemalas. Dan pada akhirnya saya kembali pada hobi saya waktu SD saya pun bersekolah di KOKAR. Nah setelah saya sekolah di KOKAR saya mulai merasa minder karena banyak teman –teman saya yang sudah ahli dalam bermain gamelan. Sehingga saya pun mempunyai pemikiran untuk pindah bersekolah dari sana. Karena saya merasa sangat terlambat untuk mengimbangi permainan dari teman-teman saya. Setelah itu saya menemui guru saya yang pas waktu SD untuk meminta saran dari bliau agar saya bisa tetap bersekolah di KOKAR dan tidak minder. Bliau pun memberikan saya saran begini :apa yang kita cari dahulu kalau kita ingin pintar? Yang kita cari pertama adalah kebodohan dulu .karena kalu kita sudah mencari kebodohan otomatis kita akan mau belajar. Kalau kita mencari kepintaran dulu maka kita tidak akan mau belajar dan kita sebaliknya akan menjadi bodoh dan cuma kita yang merasa diri kita itu pintar. Dan dari perkatan bliau itu lah saya memiliki semangat yang keras untuk belajar dan belajar di dalam bidang seni karawitan. Dan saya mulai semangat saya ini dari mencari sanggar untuk mengisi kegiatan berkesenian saya ini. Pertamakali saya masuk sanggar adalah sanggar yang berada di desa beringkit yang di pelopori oleh teman saya sendiri. Teman saya ini sangat baik karena mau mengajak saya ikut bergabung dalam sanggar ini. Padahal saya belum mempunyai kemampuan yang bagus dalam menabuh. Di sanggar ini pada awalnya adalah sanggar yang pokok dari tabuh-tabuhnya adalah tabuh-tabuh calonarang. Nah dari sanggar ini lah saya mulai mempelajari gending-gending yang di gunakan dalam penyalonarangan. Dan dari waktu ke waktu sanggar ini mulai melakukan pembaharuan seperti mulai mencari tabuh –tabuh untuk iringan tari. Dan saya beserta teman saya mulai belajar melalui kaset-kaset gamelan dan mulai menuangkan materi iringan tari di sanggar. Kami berdua bisa di bilang cukup berhasil di dalam menuangkan materi-materi tabuh untuk iringan tari. Tari-tari yang berhasil kami pentaskan adalah:

  • Tari kasmaran
  • Tari puspanjali
  • Tari margapati
  • Tari wiranata
  • Tari sekar jagat
  • Tari tenun
  • Tari sekar jepun
  • Tari legong masatya
  • Tari belibis
  • Dan tari nelayan.

Dan setelah saya mulai bisa di katakan cukup marih dalam menabuh saya mulai ikut sanggar-sanggar lain. Yaitu sanggar yang berada di desa sibang. Di sanggar ini saya melihat dari kualitasnya cukup aktif dan dari segi kualitas penabuhnya cukup bagus-bagus. Pada awal saya ikut sanggar ini saya menanyakan pada teman saya tetang tabuh-tabuh yang sering di cari di sanggar ini. Dan ternyata tabuh-tabuh yang sering di cari di sanggar ini adalah tabuh kreasi. Dan pada awal saya ikut sanggar ini di pada saat sedang mencari materi tabuh lekesan. Dan saya mulai menyenangi tabuh lekesan ini. Karena menurut saya tabuh lekesn ini sangat manis kedengarannya. Nah setelah saya beberapa bulan saya ikut sanggar ini. Adalah acara di puspem yang di sebut PKB(pesta kesenian badung) dan sanggar ini di tunjuk untuk mewakili kecamatan abiansemal. Dan dari situ lah saya berhenti di sanggar ini. Karena saya sendiri adalah kecamatan mengwi dan otomatis tidak bisa ikut dalam mewakili kecamatan abiansemal. Singkat cerita setelah saya tamat kokar saya juga pernah di ajak oleh teman saya untuk ikut bergabung di sanggar yang ada di blahbatuh yaitu sanggar paripurna. Dan saya ikut sambil mengisi hari libur setelah tamat SMA. Walaupun jarak sanggar ini cukup jauh dari rumah saya saya cukup rajin untuk ikut dalam kegiatan latihan di sanggar ini. Di sanggar ini saya pernah ikut dalam mengisi acara yang cukup besar seperti kuta festival dan word hindu sumbit yang di adakan di Pura Samuan TIga gianyar pada waktu itu. Dan karena jarak tempuh yang cukup jauh saya mulai mundur dari sanggar ini dan juga pada saat itu sudah mulai masa-masa mendaftarkan diri untuk kuliah di ISI denpasar. Dan sekarang ini saya pun sudah mulai kuliah di ISI denpasar. Nah itulah sekilas tentang saya.