AWAL MULA TERBENTUKNYA SEKHE GONG BHRATA MUNI

Mei 25th, 2014

 bratamuni

Kalau dilihat dari latar belakang membentuk sebuah sekhe gong memang sangat sulit. Karena sangat banyak faktor penghalangnya seperti: mencari orang yang memang benar-benar rela berkorban untuk orang banyak. Karena di sebuah sekhe tabuh itu harus banyak anggota yang memiliki sifat seperti itu dan tidak mementingkan diri sendiri. Serta dengan terus adanya kegiatan pentas di acara-acara tertentu supaya semangat dalam sekhe itu sendiri tidak memudar. Karena menurut pengalaman yang saya lihat di dalam sebuah sekhe atau sebuah sanggar seni. Jika di sana tidak ada kegiatan seperti pentas-pentas di acara tertentu. Maka sekhe ataau sanggar tersebut akan jarang latihan atau melakukan kegiatan berkesenian. Maka dari itu sangat perlu adanya kegiatan pentas di acara-acara tertentu supaya kegiatan berkesenian di sekhe atau di sanggar bisa terus berjalan.

Nah sekarang kita akan membahas awal mula terbentuknya sekhe Bhrata muni di desa saya yaitu desa Sading.

Awal mula terbentuknya sekhe gong Bhrata muni ini karena adanya ide dari paman saya Prof .dr. I nyoman Wenten yang berkeinginan mempersatukan pemuda – pemuda yang adad idesa Sading. Setelah berfikir dan mencari-mencari cara bagaimana agar bisa mempersatukan pemuda – pemuda yang ada di desa Sading .Akhirnya ia memutuskan untuk membeli sebuah barungan gong kebyar dan ia mulai memanggil pemuda – pemuda yang memiliki potensial dalam berkesenian dari setiap banjar yang ada di desa Sading ini dan mengajaknya membuat sebuah sekhe gong yang bernamakan Bhratamuni . Nah dari gamelan gong kebyar inilah I nyoman Wenten mampu mempersatukan pemuda – pemuda yang ada di desa Sading ini .Tahun terbentuk sekhe ini adalah pada sekitartar tahun 80 an tersebut dan letak atau lokasi keberadaan dari sekhe ini adalah di desa Sading ,Mengwi , Badung tepatnya di daerah dajan bingin di sebelah selatan pertigaan patung anoman yang ada di desa Sading.

Ada juga beberapa tokoh yang memperkuat sekhe gong ini antara lain I wayan Budha yaitu bapak saya sendiri danInyoman Moleh .Kedua tokoh ini adalah tamatan dari kokar (smki) . Kedua tokoh ini bias di katakana sebagai Pembina dalamseke gong Bhrata muni ini .Akan tetapi ada juga Pembina – Pembina tabuh dari luar desa yang di datangkan langsung oleh Prof . dr. I nyoman Wenten yaitu:

  • I ketut Sukanta dari singapadu
  • I nyoman Astita ,ssn . MA
  • I nyoman Cerita .sst , MSN

Pada saat I ketut Sukanta dating untuk membina sekhe gong .Pada saat itu sedang ada persiapan untuk keberangkatan ke mexico untuk mementaskan sendratari Ramayana sekitar tahun 2005 . Dan I ketut Sukanta yang menuangkan gending dari sendratari Ramayana tersebut .

Pada saat I nyoman Astita ,Ssn , MA . dating untuk membina sekhe gong .Pada saat itu sedang ada persiapan menuju Negara Brazil untuk mementaskan kesenian – kesenian Bali sekitar tahun 97 . Di Brazil sekhe gong Bhratamuni mementaskan beberapa tari seperti : oleg tamulilingan dan ngambang suling berkat pembinaan dari I nyoman Astita ,Ssn,MA.

Pada saat I nyoman Cerita .Sst .MSn .datang untuk membina sekhe gong Bhratamuni . Pada saat itu juga persiapan ke mexciko untuk mementaskan kecak dance untuk di pentaskan di mexciko sekitar tahun 2005 juga .

Prestasi yang pernah diraih oleh sekhe gong Bhratamuni

  • Mementaskan kesenian Bali di Brazil pada tahun 97
  • Mementaskan kesenian Bali di mexciko pada tahun 2005
  • Mementaskan kesenian Bali di yogya sekitar tahun 2006
  • Mementaskan Dramatari Edopus di Art center denpasar pada tahun 2004

Nama – nama sekhe yang ikut dalam gamelan Bhrata muni

1)      Pak mia

2)      Pak Eka

3)      Pak Agus

4)      Nyoman Suandita

5)      Ngurah

6)      Paktut Kartika

7)      Pak Santi

8)      Pak Arik

9)      I Wayan Tana

10)  Pak Prini

11)  Karmana

12)  I ketut Suarta

13)  Wayan Widarma

14)  Wayan Marya

15)  Wayan Warja

16)  Mang Adum

17)  Putu Danika

18)  I Wayan Budha

19)  Kacung Widia

20)  Wayan Punia

21)  Pak Mindra

22)  Sanggra

23)  Alit

24)  Pak Riasana

25)  Pak Srik

26)  Pak Suastini

Arti nama dari sekhe Bhrata muni itu sendiri

Bhrata Muni di bagi menjadi dua suku kata yaitu Bhrata dan Muni . Yang memiliki arti sebagai berikut : Bhrata berarti keluarga sedangkan Muni berarti suara dan Bhrata Muni bias di artikan sebagai suatu sekhe jika mereka berkumpul akan mengeluarkan suatu suara atau bunyi yang harmonis dari sebuah barungan instrument gamelan.

Ya jadi dari artikel ini dapat kita simpulkan bahwa sekhe Bhrata Muni ini sudah termasuk sekhe yang solid atau kompak dalam berkesenian .Karena sudah bias mempertahankan sekhe ini sampai sekarang dan mau mengajak generasi muda yang ingin belajar dalam memainkan instrument gamelan. Kita sebagai generasi muda mestinya bias ikut melestarikan kesenian kita sendiri khususnya yang ada di Bali. Dengan cara ikut bergabung dengan sekhe – sekhe Gong yang ada di desa kita . Karena tamu – tamu dari luar dari luar negeri berbondong –bondong dating ke Bali tidak mengjar apa – apa . Selain ingin menyaksikan seni dan Budaya kita yang ada di Bali.

Tujuannya untuk mengetahui lebih dalam mengenai awal mula terbentuknya seke gong Bhratamuni dan manfaatnya kita menjadi lebih tau tentang sejarah perkembangan sebuah seke gong kebyar yang ada di desa kita sendiri dan kita bisa belajar dari sejarah tersebut supaya kita bisa tau bagaimana cara mempertahankan sebuah sekhe bahkan membentuk sebuah sekhe gong yang solid .

Sumber: Narasumber dari I wayan Budha yaitu ketua sekhe gong Bhrata Muni

 

TARI TELEK DI DESA JUMPAI

Mei 25th, 2014

images

Gerakan Tari Telek Jumpai dapat dikatakan tidak jauh berbeda dengan gerak-gerak Tari Telek pada umumnya ditempat lain. Akan tetapi terdapat salah satu gerak yang menunjukkan ciri khas dari Tari Telek di Desa Jumpai, yaitu gerakan yang berpusat pada kaki dengan disertai gerakan di lutut, tangan kanan ngembat dang tangan kiri ngepel kipas. Gerakan ini disebut gerakan kambing buang. Adapun gerakan Tari Telek di Desa Jumpai dapat dijelaskan sebagai berikut :

1.      Agem, sikap berdiri sesuai dengan karakter yang dibawakan, dan dikenal dengan adanya agem kanan dan agem kiri. Agem kanan Tari Telek Anak-anak di Desa Jumpai adalah posisi tangan kanan sejajar mata ngepel kipas, sedanhkan tangan kiri sirang susu, pandangan ke depan, kaki tapak sirang renggang kira-kira du genggam tangan. Begitu pula sebaliknya dengan agem kiri.

2.      Nyalud, gerakan tangan kesamping bawah dengan posisi tangan ngemudra.

3.      Nyer segala arah, posisi tangan, satu sirang susu dan satu lagi ngembat.

4.      Aras-arasan, gerakan leher ke kanan dan ke kiri mulai dengan lambat kemudian cepat. Mearas-arasan menurut I Made Santa selaku koordinator Tari Telek ini adalah sama dengan pengipuk, yaitu ekspresi cinta yang siungkapkan melalui tarian atau gerak tari.

5.      Ngeliput, pegangan kipas diujung jari tangan (nyungsung) dengangerakan yang bernama utul-utul, yaitu pegekangan tangan diputar.
6.      Malpal, gerakan berjalan menurut mat atau kajar dalam suatu lagu gamelan. Dalam gerakan ini jatuhnya kaki tetap tapak sirang pada. Begitu pula gerakan malpal yang terdapat pada Tari Telek di Desa Jumpai.

7.      Ulap-ulap, posisi lengan agak menyiku dengan variassi gerak tangan seperti memperhatikan sesuatu.

8.      Ngumbang, gerakan berjalan pada tari dengan jatuhnya kaki menurut mat gending atau pukulan kajar. Ngumbang ada 2 macam yaitu ngumbang ombak segara dan ngumbang luk penyalin. Ngumbang ombak segara adalah berjalan ke depan, ke belakang posisi badan ngeed (rendah) dan kelihatan seperti ombak segara. Sedangkan ngumbang luk penyalin adalah berjalan membentuk garis lengkung kanan dan kiri, kelihatan speprti lengkungan rotan. Begitu pula ngumbang yang terdapat pada Tari Telek di Desa Jumpai ada ngumbak ombak segara dan ngumbang luk penyalin.

9.      Gerakan kambing buang, gerakan ini seperi gerakan ngitir yaitu, dilakukan lebih cepat dari ngegol, dilakukan ditempat dengan posisi tangan kiri ngembat, sedangkan tangan kanan ngepel kipas. Gerakan ini berpusat pada lutut yangb bergetar.

10.  Gerakan ngotes oncer gelungan, gerakan ini adalah gerakan tangan kiri mengibaskan oncer pada gelungan, semacam ngotes rambut pada Tari Gambbuh hanya saja putarannya kedepan.

11.  Gerakan angkih-angkih, gerakan mengatur nafas sehingga gerakan badan menjadi naik turun.

Struktur gerak dan pola lantai Tari Telek.

Tari Telek yang terdapat di Desa Jumpai kabupaten Klungkung mempunyai struktur gerak dan pola lantai yang cukup sederhana, yaitu sebagai berikut :

a)      Pepeson (pembukaan),

– Setelah diawali dengan tabuh pembukaan, muncullah 4 orang penari telek dengan gerakan malpal atau berjalan menyilang, tangan kanan memegang kipas ngeliput, tangan kiri sirang susu.

– Kemudian mengambil tempat masing-masing yaitu dibagian depan 2 orang penari, dan bagian belakang 2 orang penari, dengan gerakan agem kanan, mengatur nafas, diikuti kipekan dan sledet, dan dilanjutkan dengan agem kiri yang gerakannya sama seperti agem kanan. Gerakan ini dilakukan 2 kali berturut-turut.

b)      Pengawak (isi),

– Nyeregseg bersama-sama ke kanan dan kekiri sebanyak 4 kali, agem kanan diteruskan dengan berjalan kemudian bertukar tempat lalu melakukan gerakan kambing buang atau ngitir, kemudia nyregses lagi, dilanjutkan dengan agem kanan.

– Mearas-arasan, yaitu 2 orang penari jongkok dan 2 orang penari lainnya berdiri. Ini dilakukan secara bergantian.

c)      Pekaad (penutup),

– Kemudian para penari Teelek ini mencari tempat semula dan duduk dengan kipas ngeliput. Maka datanglah dua orang penamprat yang melakukan gerakan agem kanan, agem kiri, opak lantang, berjalan malpal, kemudian para penari Telek bangun malpal menjadi satu baris menghadap ke belakang.

– Setelah itu, 2 penari Telek nyregseg ke kanan dan 3 orang lainnya ke kiri. Ini dilakukan bergantian dengan gerakan ngeliput, tangan kiri sirang susu, dan penari atau penamprat pulang, dan berakhirlah Tari Telek ini.

Kostum
           Tata rias dan busana kostum atau busana adalah segala perlengkapan pakaian dalam tari Bali. Busana merupakan faktor pendukung yang sangat penting dalam tari Bali, karena melalui busana penonton dapat membedakan setiap tokoh yang tampil.

Tari telek di Desa Jumpai memakai busana awiran yang sangat sederhana. Dari semula busana yang dipakai tidak mengalami perubahan. Adapun busana yang digunakan oleh penari Telek di Desa Jumpaidapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu hiasan badan, hiasan kepala, dan perlengkapan yang dibawa, serta tapel.

Dari kedua banjar (Banjar Kangin dan Banjar Kawan) busana yang mereka pakai sama, namun mereka memiliki dan perlengkapan masing-masing. Hanya saja tapel yang dimiliki kedua banjar tersebut berbeda bentuknya. Tempat menyimpan busana dan gelungan do Banjra Kawan dan Banjar Kangin adalah di dalam ruangan khusus yang berada di masing-masing bale banjar. Hanya tapel Telek saja yang disimpan bersama-sama dengan Barong dan Rangda di Pura Dalem Pesimpenan.
bagian bagian busana Tari Telek :            

1.      Hiasan kepala

Satu-satunya hiasan kepala pada Tari Telek di Desa Jumpai adalah memakai gelungan yang berbentuk cecandian yang terbuat dari kulit, penyalin dan benang putih yang melingkar sampai ke bahu yang gunanya untuk menjaga agar gelungan tidak jatuh, juga menutupi supaya karet talinya tidak terlihat kotor. Pada sisi kiri gelungan ada hiasan benang yang disebut dengan oncer. Masing-masing banjar memiliki gelungannya sendiri. Sebelum

para penari Telek anak-anak ini menggunakan gelungan, mereka menggunakan penutup kepala terlebih dahulu. Penutup kepala tersebut berupa udeng putih yang merupakan selembaran kain berwarna putih yang berukuran 1 meter berbentuk persegi dan berfungsi sebagai penutup kepala

2.      Hiasan badan

Hiasan badan adalah yang digunakan untuk menutupi badan bagian bawah, yaitu terdiri dari :

1.      Celana putih yaitu, celana panjang dengan warna putih yang guunanya untuk menutupi badan bagian bawah.

2.      Baju putih, baju berlengan panjang dibuat dari kain putih

3.      Gelang kana, hiasan pada pergelangan tangan yang terbuat dari kulit dan dicat prada.

4.      Badong, hiasan pada leher yang bentuknya bundar, dibuat dari kain beludru yang dihiasi dengan batu-batu manik (mute)

5.      Awiran, hiasan yang berjurai-jurai berwarna-warni dan digantungkan pada badan dan juga dibawah keris.

6.      Lamak, hiasan depan yang dibuat dari kain yang berwarna-warni dan diihiasi dengan bermacam-macam warna mute.

7.      Stewel, hiasan yang membalut celana atau jaler dari bawah lutut sampai pada pergelangan kaki.

3.      Perlengkapan yang dibawa dan tapel :

1.      Kipas , Perlengkapan yanng dibawa penari Telek do Desa Jumpai adalah kipas yang terbuat dari kain yang diprada, beruas-ruas dari bambu, yang berfungsi sebagai properti atau perlengkapan busasa.

2.      Tapel, merupakan benda penutup wajah yang disebut juga topeng. Tapel Telek di Desa Jumpai terbuat dari kayu dan dicat berwarna putih yang banyaknya 4 buah. Tapel Telek Jumpai berbentuk tapel putri halus dengan warna putih untuk menunjukkan karakter halus.

Sumber : buku tentang tari sakral di Bali

 

 

 

Etika Seksualitas

Mei 25th, 2014

 xdtyh

Dalam hal ini yang akan dibicarakan dalam masalah ini adalah masalah kebebasan seks. Kebebasan seks yang dominan disebut sikap seksual yang negatif sudah sekian lama menggerogoti moral dan nyawa masyarakat kita. Masyarakat seharusnya takut dengan berbagai macam penyakit psikosomatik dan penyakit rohani yang akan diderita akibat free seks ini.

Menurut dunia barat, memang free seks ini tidak seberapa dilarang. Malah sekarang dunia barat percaya akan keharusan menghormati dan membebaskan hawa nafsu seksual dengan jalan membuang kekangan-kekangan tradisional. Karena memang sudah barang kenyataan kalau orang barat itu lebih menyukai kebebasan seksual. Mereka menyatakan bahwa moralitas apa pun yang telah mereka warisi tidaklah membawa apa-apa selain konotasi religius. Mereka mengklaim bahwa moral-moral baru zaman sekarang ini bukan hanya didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan filosofis, tetapi juga dalam alasan ilmiah

Sungguh suatu perilaku yang lebih rendah daripada tingkah laku binatang. Manusia memang seperti itu. Disini, dapat diartikan juga bahwa anjuran pembebasan seksual manusia dari kekangan moral tradisional berarti pernyataan bahwa tidak ada sesuatu pun yang jelek, buruk, ataupun hina, yang dapat timbul dari seks. Anjuran ini tidak menerima pembatasan apa pun dalam seks selain dari batas alami seperti dalam hal makan dan minum, nafsu belaka.

Disiplin Seks Kebutuhan untuk memperluas dan mengkondisikan instink dan dorongan nafsu alami individu dengan cara yang lunak adalah kebutuhan yang pokok. Akan tetapi harus ada cara yang sehat, yang bnar secara moral dan agama. Yang tidak membuat makin banyak ketimpangan dan menimbulkan masalah sesudahnya. Sebenarnya kalau ingin menelaah masalah ‘siapa otak dibalik’ pencetus pembenaran kebebasan seks, adalah mudah.

Pengertian Seksualitas

Seksualitas merupakan suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan seks. Dalam pengertian ini, ada 2 aspek (segi) dari seksualitas, yaitu seks dalam arti sempit dan seks dalam arti luas. Seks dalam arti yang sempit berarti kelamin, yang mana dalam pengertian kelamin ini, antara lain:

Organ kelamin : penis dan vagina

Anggota badan atau ciri fisik : payudara, testis, dll

Kelenjar-kelenjar dan hormon-hormon dalam tubuh : testosteron, progesteron,estrogen, dll

Hubungan seksual

Segi lain dari seksualitas adalah seks dalam arti yang luas, yaitu segala hal yang terjadi sebagai akibat (konsekuensi) dari adanya perbedaan jenis kelamin, antara lain:

Pembedaan tingkah laku : kasar, lembut, feminin, maskulin, dll

Perbedaan atribut : pakaian, nama

Perbedaan peran dan pekerjaan.

Hubungan antara perempuan dan laki – laki : norma sosial, relasi, pacaran, perkawinan dan lain-lain.

Makna Etika Seksualitas

Apakah makna seksualitas manusiawi ? Pertanyaan ini dijawab dengan pelbagai cara yang semua ada benarnya. Tapi kira salahnyasatu makna paling mendasar ialah bahwa seksualitas merupakan kemungkinan untuk perjumpaan. Baik secara biologis maupun secara psikologispri dan wanita menunjuk satu kepada yang lain. Rupanya kata sexualitas berasal dari bahasa Latin yaitu secare yang artinya memotong,memisahkan. Menurut filsut Martin Burber, manusia menjadi AKU karena orang lain sebagai ENGKAU. Manusia menjadi manusia sungguh-sungguh karena perjumpaan. Dalam seksulaitas AKU dan ENGKAU adalah pra dan wanita. Adalah menarik bahwa di bidang seksualitas manusiawi,persetubuhan berlangsu “ face to face “, artinya dalma bentuk perjumpaan sungguh-sungguh.

Seksualitas sebagai dorongan insting

Apa itu seksualitas ? Sebenarnya dalam arti sempit seksualitas sebagai kemampuan dan dorongan untuk mengadakan hubungan kelamin. Pada binatang kelamin terarah dengan ketat pada fungsi dasarnya mendorong individu dari jenis masing-masing untuk melakukan apa yang perlu untuk memperoleh keturunan dan dengan demikian menjamin kelangsungan jenisnya.

Lain halnya dengan manusia yang dapat melepaskan insting seksualnya dari fungsinya untuk mengasilkan keturunan. Dengan pasangan dijadikan objek belaka, segala hubungan mendalam yang berangkaipernah ada atau mau berkembang justru kan hancur. Sekaliguskedua belah pihak merasa direndahkan yang satu diobjekkan, yang lainnya arena di perbudakoleh nafsunya dengan demikianjustru merusak hubungan dengan yang mau dicintai.

Seksualitas dalam integrasi personal

Seksualitas baru membuka maknanya yang sebenarnya apabila diintegrasikan ke dalam hubungan cinta personal.

Personal mempunyai arti penting

Hubungan saya dengan orang lain bersifat personal, apabila saya menangapi dia sebagai person, artinya sebagai pribadi yang unik, dengan paham-paham, harpan, penilaian-penilaian, kesadaran dan tanggung jawab sendiri.Hubungan personal berarti bahwa orang saling menerima salah satu individu dari jenis manusia, melainkan sebagai dia itu pribadi.

Hubungan yang paling personal adalah cinta

Meskipun cinta biasanya dirangsang oleh ciri-ciri lahiriah-kelembutan, kecantikan atau sikap ksatria, akan tetapi cinta selalu terarah pada pribadi itu sendiri. Cinta sejati justru bersifat personal bertahan juga, apabila cirri-ciri yang semula menarik mereka satu sama yang lain mulai pudar.

Jadi cinta itu personal

Maka cinta selalu merupakan proses yang harus berkembang. Cinta berkembang menjadi saling menerima dan saling memberikan secara total. Cinta total itu menjadi definitive dan nyata apabila seorang pria dan wanita menyatakan menerima untuk selamanya.

Tanggung jawab terhadap pasangan

Tanggung jawab itu mempunyai dua segi, dalam cinta dan dalam berhubungan seksual sebagai ungkapan puncaknya. Dan kita harus bersedia untuk bertanggung jawab terhadap akibat hubungan seksual yang kita adakan. Ada beberapa startifikasi tentang tanggung jawab terhadap pasangan.

Menghormati martabat personal pasangan

Hubungan seksual hanya dapat mengungkapkan serta menunjang cinta, apabila di dalamnya kedua belah pihak tetap saling menghormati. Hubungan seksual jangan menjadi sekadar tuntunan rutin. Cinta selalu harus di pelihara dan dilamar lagi. Kalau begitu maka hubungan cinta dan hubungan seksual akan tetap seger, bahkan akan berkembang dan semakin mendalam.

Tanggung jawab terhadap akibat hubungan seksual

Disebutkann ada tiga segi tanggung jawab dalam konteks tanggung jawab tehadap akibat hubungan seksual sebagi berikut :

Tanggung jawab terhadap dapak psikologis hubungan seksual pada pasangannya. Hubungan seksual baginya merupakan ungkapan janji suatu hubungan cinta yang menyeluruh. Sedangkan pihak laki-laki barangkali hanya mencari kenikmatan saja. Sikap tanggung jawab menuntut agar hubungan seksual hanya dicari apabila suadah ada komitmen eksklusif pada pasangan dan kesedihan untuk setia padanya.

Tanggung jawab terhadap sosial hubungan seksual. Maksudnya, jangan melakukan hubungan seksual kalau hubungan itu merusak komunikasi salah satu pasangan dengan masyarakat sekelilingnya. Suatu hubungan seksual yang tidak boleh diketahui oleh lingkungan, yang kalau diketahui emmpermalukan pasangn atau bahkan mengakibatkan dia dikucilkan bahkan langung di kawinkan langsung.

Tanggung jawab terhadap kemungkina adanya anak. Hubungan seksual berarti ada kemungkinan adanya beberapa adanya kemungkinan anak beatapa pun dicoba untuk mencegah kehamilan. Mengadakan hubungan seksual menuntut agar kemungkinan itu di akui secara terbuka dan bertanggung jawab. Artinya, mengadakan hubungan seksual hanya dapat dipertanggung jawabkan kalau kedua belah pihak bersedia.

Sumber : buku etika sosial

Gangsa dan teknik permainannya

Mei 25th, 2014

images

Instrument gangsa adalah instrument yang mempunyai jumlah bilah 10(sepuluh) buah dengan susunan nada sebagai berikut :

                               *          nada rendah      : ndong, ndeng, ndung, ndang, nding

*        nada tinggi       : ndong,ndeng,ndung,ndang nding

Dalam barungan gong kebyar gangsa dapat dibedakan menjadi 2,yaitu gangsa pengumbang (polos) dan gangsa pengisep (sangsih). Gangsa juga dimainkan dengan tangan kanan dengan menggunakan panggul,kemudian bilah-bilahnya ditutup sesuai dengan suara yang di inginkan. Teknik ini juga digunakan pada instrument laindalam gong kebyar  yang sifatnya menggunakan alat bantu seperti panggul,dll. Instrument gangsa digunakan tidak hanya dalam barungan gambelan gong kebyar saja, tetapi instrument gangsa juga dapat ditemukan dalam barungan semar pegulingan yang menggunakan 7(tuhuh) nada dan semarandana yang menggunakan 12 (duabelas) nada yang terdiri dari nada tinggi dan rendah. Nada gangsa dalam barungan  gong kebyar menggunakan laras pelog(selisir) dan nada gangsa dalam barungan semar pegulingan dan semarandana menggunakan laras pelog(selisir) dan selendro(tembung).
Dalam memainkan tabuh kreasi yang di kemas secara modern, instrument gangsa menjdi instrument yang paling rumit  untuk dimainkan karena instrument gangsa kaya dengan teknik tetekep dan teknik pukulan yang menarik. Misalnya teknik pukulan ngempyung, yaitu teknik yang memainkan 3(tiga) nada secara bersama-sama.

Adapun beberapa jenis-jenis yang dalam penggolongan gangsa yaitu gangsa guru “pengugal”, gangsa pemade, dan gangsa kantil.

Gangsa Guru “pengugal” atau Giying

Tungguhan gangsa guru sering disebut dengan tungguhan pengenter, penguruh, pengisi tabuh, pemageh, ugal, giying, atau penandan, merupakan salah satu jenis tungghan yang menggunakan bilah. Tungguhan gangsa guru dalam Gong Kebyar Bali Utara menggunakan bentuk bilah belahan penjalin. Tungguhan gangsa guru menggunakan bumbung sebagai resonator, yang jarak bilah dengan bumbungnya setinggi 5,5 cm. Instrument ini dapat dipukul oleh satu orang dengan memakai “pangggul” pada umunya dapat dipukul oleh tangan tangan sedangkan tangan kiri dipakai untuk menutupnya, kecuali orang itu/ pemukulnya kidal (ngedelin) baru alat pemukul itu dipegang oleh tangan kiri ( Mengenal Jenis-Jenis Pukulan dalam Barungan Gamelan Gong Kebyar, Pande Gede Mustika, dkk, 30 Maret 1996;52)

Dalam satu barungan gamelan Gong Kebyar digunakan dua tungguh gangsa guru dengan sistem ngumbang – ngisep dan masing-masing mempunyai fungsi berbeda. Tungguhan gangsa guru ini diletakkan di bagian depan dan bagian belakang dengan cara berjejer. Sesuai dengan pengelompokan tungguahan dalam tulisan ini, jenis tungguahn gangsa guru merupakan salah satuj jenis tungghan yang termasuk kelompok penandan, maka jenis tungguahan gangsa guru selalu di letakkan dibagian depan, yang berfungsi menyajikan bagian gending kawitan, mengatur jalannya gending, mengatur angkihan gending, menggarap gending dengan berbagai ragam, variasi yang menggunakan pola tabuhan polos dan penyandet, memperjelas angsel ( tabuhan khusus ) dan memberikan aba-aba pada gending tertentu seperti kebyar. Sedangakan tungguahan gangsa guru yang diletakkan di bagian belakang berfungsi menyajikan gending dengan berbagai ragam variasinya dan kadang- kadang menyajikan pola tabuh nyandet untuk mengimbangi pola tabuhan polos yang disajikan oleh tungguhan gangsa guru yang diletakkan di bagian depan.

Bentuk tungguhan gangsa guru sama dengan tungguhan gangsa pemade dan gangsa kantil. Perbedaannya terletak pada ukuran pelawah, bilah, dan wilayah nadanya. Bentuk tungguhan gangsa guru yang paling besar di antara jenis tungguhan gangsa yang lain. Salah satu ukuran bilah tungguahan gangsa guru pada barungan gambelan gong kebyar dari desa Busungbiu, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng sebagai berikut :

  • Nada     ( dong) : panjang 36,5 cm, lebar 8,5 cm
  • Nada     ( deng) : panjang 34,7 cm, lebar 8,9 cm
  • Nada     ( dung) : panjang 33,5 cm, lebar 8 cm
  • Nada     ( dang) : panjang 32 cm, lebar 7,9 cm
  • Nada     ( ding) : panjang 32 cm, lebar 7,6 cm
  • Nada     ( dong) : panjang 30,8 cm, lebar 7,5 cm
  • Nada     ( deng) : panjang 29,5 cm, lebar 7,9 cm
  • Nada     ( dung) : panjang 28 cm, lebar 7 cm
  • Nada     ( dang) : panjang 26,4 cm, lebar 6,6 cm
  • Nada     ( ding) : panjang 25,5 cm, lebar 6,8 cm

Adapun beberapa jenis-jenis pukulannya sebagai berikut :

Pukulan Ngoret

Adalah memukul tiga buah nada yang mendapat dua ketukan ditarik dari nada yang rendah kea rah nada yang lebih tinggi.

Pukulan Neliti/Nyelah

Adalah pukulan bersamaan yang dilakukan oleh semua instrument, dimana mempunyai satu motif / satu pola pukulan, kecuali instrument kemong, kempul, suling, dan rebab. Yang lebih penting lagi adalah instrument terompong sama sekali tidak dipakai.

Pukulan Ngantung

Adalah salah satu pukulan gangsa yang didalam satu gatra terdapat empat ketukan. Dimana akan mencari ketukan yang ketiga ada satu tekanan pukulan yang pukulanya ketukan ketiga sehingga pada akhirnya kembali kedalam ketukan ke empat lagi.

Gangsa kantil atau disebut tungguhan kantilan merupakan salah satu jenis tungguhan yang menggunakan bilah berbentuk belahan penjalin. Rungguhan kantil menggunakan bumbung sebagai resonatornya, yang diletakkan dalam pelawah. Jarak antara bilah dengan bumbung adalah 4,6 cm. Dalam satu barungan gamelan menggunakan empat tungguh kantil dengan simtem ngumbang- ngisep.

Jenis tungguhan kantil merupakan salah kelompok tungguhan pepayasan, karena dalam sajian gending-gending Gong Kebyar sebagaian besar menggunakan pola tabuhan, antara lain cak magelut, nyelah, oncang-oncangan, norot (norot adeng dan norot gencang) dan pola tabuhan antara lainnya. Setiap pola disajikan oleh dua orang penabuh, yaitu pemolos dan penyadet, yang akhirnya membentuk jalinan. Bentuk tungguhan kantil sama dengan tungguhan gangsa guru dan pemade, perbedaannya teretak ada ukuran pelawah, bilah dan wilayah nadanya relative lebih kecil. Tungguhan katil ini dalam penataannya diletakkan berjajar di belakang tungguhan pemade.

Salah satu ukuran masing-masing bilah tungguhan kantil yang digunakan dalam Gong Kebyar Bali Utara (desa Busungbiu, kecamatan Busungbiu, kabupaten Buleleng ) adalah sebagai berikut

Nada     ( dong) : panjang 22 cm, lebar 6 cm

Nada     ( deng) : panjang 21,5 cm, lebar 5,7 cm

Nada     ( dung) : panjang 20 cm, lebar 6 cm

Nada     ( dang) : panjang 19,5 cm, lebar 6 cm

Nada     ( ding) : panjang 18 cm, lebar 5,7 cm

Nada     ( dong) : panjang 17,5 cm, lebar 5,6 cm

Nada     ( deng) : panjang 16,7 cm, lebar 4,7 cm

Nada     ( dung) : panjang 16,5 cm, lebar 5,7 cm

Nada     ( dang) : panjang 14,5 cm, lebar 5,2 cm

Nada     ( ding) : panjang 14 cm, lebar 5,3 cm

Sumber : Buku tentang laporan penelitian mengenai jenis- jenis pukulan dalam barungan gamelan gong kebyar .

Tentang br.sengguan pasekan di desa Sading

April 28th, 2014

20140309_174831

Saya akan bercerita tentang banjar saya. Saya berbanjar di  banjar sengguan pasekan Sading. Banjar saya ini terletak di desa sading ,mengwi,badung,bali. Desa sading terdiri dari 13 banjar dan 2 kawasan. Banjar saya masuk dalam kawasan dajan bingin.  Banjar sengguan pasekan ini saebenarnya dua banjar dimana di bagi menjadi sengguan dan pasekan. Dan karena di perlukan wantilan di desa saya sehinngga wilayah yang dulu banjar pasekan di ubah menjadi wantilan desa adat Sading. Dan banjar pasekan bergabung dengan banjar sengguan.   Dan saya sendiri masuk di banjar di pasekan. Dari segi bangunan saya lihat banjar saya ini kurang bagus karena masih termasuk bangunan kuno. Tidak seperti banjar-banjar jaman sekarang yang saya lihat dari segi bangunan nya ada tempat pementasan atau panggung. Sedangkan banjar kami tidak memiliki panggung. Dan kalau ada acara seperti acara ulang tahun pemuda kami pasti membuat panggung terlebih dahulu dari meja-meja yang ada di banjar. Kalau saya lihat di banjar saya mulai dari orang –orang  tuanya menurut saya banyak yang bisa di katakana jenius. Tetapi kurang bisa memimpin orang-orang di sekitarnya. Seperti contohnya kakak saya dia memang jenius dalam berkesenian akan tetapi dia tidak bisa mengkordinir orang-orang di sekitarnya untuk mulai menyenangi kesenian tersebut. Dan saya lihat perhatian banjar saya ini dalam kemajuan berkesenian untuk pemuda-pemudi di banjar saya saya sangat kurang.

Dan saya juga ikut dalam suatu organisasi muda-mudi di banjar saya. Nama organisasi muda-mudi saya adalah DEB( dwi eka bhakti). Di dalam organisasi ini saya lihat dari waktu ke waktu pemimpinnya memang kurang tegas dalam memimpin organisasi ini. Atau mungkin menurut saya di organisasi ini dalam perekrutan anggotanya terlalu muda. Karena di banjar saya kalau sudah tamat SMP langsung di rekrut sebagai anggota pemuda. Dan menurut saya itu tidak benar karena orang yang baru tamat SMP itu masih labil dan tidak seperti orang yang sudah kuliah yang sudah mantap dengan kepribadiannya masing-masing. Saya tidak tau juga darimana asal mula tentang masalah perekrutan anggota pemuda ini. Karena kalau saya dengar-dengar dari orang tua saya. Perekrutan pemuda pas zamannya di lihat dari kepribadian yang sudah mantap dari masing-masing calon pemuda itu sendiri. Dan dalam kepemimpipinan ketua-ketua pemuda yang saya lihat kurang tegas.  Mungki karena menurut saya mungkin kalau dia terlalu tegas dia akan di jauhi oleh temen-temannya sendiri. Dan di dalam hari raya pengerupukkan dan penyepian pemuda kami ini biasa membuat ogoh-ogoh untuk menyambut hari raya tersebut. Dan saya bisa di katakan berperan penting dalam kegiatan di hari raya pengerupukan dan hari raya nyepi ini. Karena selain kakak saya dan saya tidak ada yang begitu ahli dalam mencipta tabuh-tabuh untuk pengerupukan. Biasanya pada waktu pengerupukan itu hanya orang-orang tua saja yang memainkan gamelan untuk hari raya pengerupuikan itu. Dan seiring berjalannya waktu semua banjar di desa Sading mulai menggunakan pemuda nya untuk megambel pas pengerupukan tersebut. Nah dari situlah kakak saya yang bernama I Wayan Punia di suruh untuk mengajarkan pemuda-pemuda di banjar saya untuk megambel pas hari raya pengerupukan tersebut. Dia berhasil menuangkan dua tabuh pada waktu itu. Dan saya muali kagum dengan kaka saya ini karena kemampuannya dalam mencipta gending sungguh hebat dia langsung menciptakan gending-gending beleganjur pada saat latihan tersebut.  Akan rasa kagum itu mualai memudar karena yang saya lihat kakak saya ini tidak lancar perkuliahannya. Dan saya tidak menyalahkan nya akan hal itu karena mungkin karena keadaan keluarga kakak saya ini cukup tidak stabil di dalam perekonomiannya. Mungkin karena dia sibuk mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan kuliahnya pun menjadi terlantar. Dan juga yang  saya lihat dari proses menuangkan gending tersebut saya lihat kakak saya ini tidak memiliki jiwa pemimpin. Dia sepertinya kurang tegas dalam memberikan mater-materi tabuh. Contoh pada waktu dia sedang menuangkan gendingnya ada pemuda yang sedang bercanda dia membiarkan nya dan dia tidak menegurnya sama sekali. Sehingga jadinya dia yang setres sendiri melihat kelakuan pemuda yang bercanda di saat semua serius mencari gending. Dan saya pun merasa sangat kesal melihat kelakuan pemuda yang seperti itu. Saya pun beragan-angan jika saya nanti di suruh melatih mereka tidak akan saya biarkan bercanda di saat semuanya serius mencari tabuh.  Saya kadang merasa kasihan dengan kakak saya dan saya mencoba  memberi  nasehat pada teman-teman saya supaya jangan terlalu kelewat batas kalau bercanda. Tetapi ada yang mendengarkan  dan  ada juga yang tidak. Dan saya tidak berani menasehati teman saya terlalu keras karena saya saya tau posisi saya pada waktu itu bukan sebagai pelatih melainkan pemuda yang di latih juga oleh kakak saya. Nah setelah dua tahun terus membuat gending di banjar akhirnya kakak saya menemukan jodohnhya dan akhirnya menikah. Nah pada waktu kakak saya menikah saya berfikir keras karena setelah dia menikah otomatis dia pension jadi pemuda dan pasti saya yang akan di tunjuk untuk melatih beleganjur di banjar. Pada pertama saya melatih di banjar saya sudah mempunyai keinginan untuk kabur dan tidak melatih mereka karena apa yang saya beritahu kepada mereka tidak pernah di dengarkan. Dan samapai-sampai saya tidak mau ke banjar untuk melatih mereka. Tetapi akhirnya mereka menelpon saya dan meminta maaf atas kelakuan mereka yang terlalu kelewat batas saat bercanda. Dan akhirnya saya mau melatih mereka juga dan mereka mulai bisa mendengarkan apa yang saya katakan. Nah dari situ saya mulai merubah sikap pemuda saya di saat latian beleganjur supaya lebih menghormati orang membuat gending  atau pelatih seni. Pada awalnya saya menggunakan gending beleganjur kelas saya pada waktu di kokar dan saya variasikan sedikit dengan gending saya sendiri. Nah dari saya mendapat tugas melatih pemuda di banjar ini saya mulai mempunyai keinginan merubah pandangan dari teman-teman saya bahwa pelatih seni itu harus di hormati walaupun umurnya lebih kecil dari pada yang di latihnya. Karena menurut saya biarpun orang itu lebih kecil umurnya dari kita belum tentu ilmunya lebih rendah dari kita. Dan lagi satu  menurut saya kalau orang seni itu tidak di hormati atas apa yang telah dia perbuat  maka sifat orang seni yang awalnya lembut akan bisa berubah menjadi sangat keras. Dan nyatanya sekarang teman-teman saya mulai bisa menghargai pelatih seni yang datang ke banjar saya untuk melatih mereka.