KARYA MUSIK KONTEMPORER “GAMELAN VARIATIONS ON MUSIC FOR PIECES OF WOOD II”

Maret 6th, 2018

YouTube Preview Image

Read the rest of this entry »

Gamelan pegambuhan

Maret 6th, 2018

1.Deskripsi

Barungan atau ansembel ini digunakan untuk mengiringi dramatari gambuh. Gambelan ini juga merupakan sumber dari musik Bali. Data sejarah yang menyebutkan tentang istilah Gambuhan ditem

ukan pada kidung Wangbang Wideya yang menurut Robson karya ini digubah di Bali pada abad ke-16. Pada abad XIV-XIX hubungan Bali dan Jawa lebih intensif. Hubungan yang bertambah erat tersebut tentu mendapat sambutan yang baik dari Dalem Waturenggong yang memerintah Bali pada tahun 1460-1550 Masehi. Zaman itu dianggap sebagai kebangkitan kesenian Bali dan lahir seni pertunju

kan Bali klasik yang bernama Gambuh.

Gambuh merupakan drama tari tertua yang ada di Bali dan menggunakan cerita panji dari jawa timur sebagai lakonnya. Gambuh dipentaskan dengan alunan gambelan gambuh. Gamelan gambuh sebagai dasar dari musik drama tari Bali yang disebut sebagai gamelan meladprana melahirkan 4 (empat) jenis gambelan yang disebut gambelan Semara Aturu (Semar Pegulingan Saih Pitu), gambelan Semara Patangian (Joged Pingitan), gambelan Semara Palinggian (Barong Ket), gambelan Semara Pandirian (Semar Pegulingan Saih Lima atau Plegongan). Lontar Aji Ghurnita dan Prakempa telah memberikan ulasan yang cukup lengkap mengenai gambelan-gambelan ini.

Dahulu kala ansambel ini dipukul atau di pentaskan pada saat sang prabu mengadakan pesta, bertemu dengan pemuka-pemuka masyarakat, kepada sang wiku (pandita), kepada menteri-menteri, kepala menteri adipati, kepada tanda rakryan, hingga sampai dengan masyarakat, pada waktu makan-makan dan minum sang prabu sedang bersenang-senang disertaai suara nyanyian kekidungan, dan dengan bunyi-bunyian (suara gamelan) itu diberi nama Gambuh. Gambuh bercerita tentang riwayat keagungan raja-raja dan segala pengarang-pengarang itu menjadi lakonnya.

2. Sistem laras

Laras adalah sederetan nada yang berurutan dalam satu angkep (oktaf) atau lebih, memiliki frekuensi atau getaran per detik, tinggi-rendah (pitch) dan jarak tertentu. Laras yang umumnya digunakan dalam tetabuhan adalah laras pelog dan selendro. Istilah pelog dan selendro dahulu dikenal sebagai patutan atau atut gong dan gender. Sistem pelog yang memakai 7 (tujuh) nada disebut sebagai patutan atau atut gambang. Berikut adalah gambelan yang memakai laras pelog 7 (tujuh) nada:

  1. Gambelan gambang.
  2. Gambelan selonding
  3. Gambelan semar pegulingan.
  4. Gambelan pegambuhan.
  5. Gambelan caruk.
  6. Gambelan luang.

Jadi berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui laras yang digunakan dalam gambelan pegambuhan adalah laras pelog 7 (tujuh) nada atau laras pelog saih pitu, yang terdiri dari 5 (lima) nada pokok dan 2 (dua) nada pemero.

Dalam gambelan pegambuhan laras pelog bisa diturunkan dalam 5 (lima) patetan atau tetekep, yaitu:

3.Periodisasi

            Gambelan pegambuhan digolongkan ke gambelan golongan madya. Dapat disimpulkan demikian karena merujuk pada ciri-ciri gambelan golongan madya ialah dengan masuknya instrumen kendang ke dalamnya. Di Bali kendang merupakan instrumen baru bila dibandingkan dengan instrumen yang dibuat dari besi dan kerawang. Di dalam gambelan golongan madya, kendang berfungsi sebagai pemurba irama, yaitu untuk mengatur dinamika dan cepat lambatnya suatu lagu. Kendang juga dipergunakan sebagai pembuka atau awal mulainya suatu gending dan memberi tanda untuk berhenti. Selain sebagai pemurba irama, kendang juga menentukan bentuk dari suatu lagu yang dilihat dari pola dasar atau pembendaharaan pukulan kendang itu sendiri.

4.Jenis instrumen, nada instrumen dan gending-gending gambelan pegambuhan

4.1.jenis instrumen atau klasifikasi nama diri dari alat-alat musik Bali secara organologi yang terdapat dalam gamelan pegambuhan adalah sebagai berikut:

  1. Kelas idiophone

Alat pukul: kempul, kajar, gumanak, klenang, kenyir.

Alat saling berbenturan: gecek atau ricik.

Alat genta: genta orag.

  1. Kelas aerophone meliputi alat seruling: suling pegambuhan.
  2. Kelas kordophone meliputi alat biola: rebab.
  3. Kelas membranophone meliputi alat gendrang membran ganda: kendang krumpung.

4.2.Di berbagai daerah kesatuan alat ini sudah semakin berkurang formatnya. Pada umumnya instrumen pegambuhan terdiri dari:

  1. Dua pasang suling pegambuhan atau lebih (suling terbesar untuk semua ukuran suling di Bali).
  2. Satu buah rebab atau lebih.
  3. Sepasang kendang krumpungan lanang-wadon.
  4. Sebuah kajar.
  5. Sebuah klenang.
  6. Sebuah kempul, berfungsi sebagai gong.
  7. Sebuah kangsi.
  8. Tiga buah gumanak.
  9. Sebuah genta orag.
  10. Satu pangkon gecek.
  11. Sebuah kenyir.

4.3.Gending gambuh lebih bersifat gending-gending yang ditarikan daripada gending instrumental. Setiap peran, atau tokoh dari drama tari gambuh memiliki gending atau melodinya tersendiri sesuai dengan perwatakannya. Berikut gending-gending pegambuhan:

  1. Tabuh gari.
  2. Sumambang.
  3. Subandar.
  4. Lengker.
  5. Bapang selisir.
  6. Bapang gede.
  7. Sekar gadung.
  8. Perong condong.

Dalam gambelan pegambuhan terdapat 2 (dua) macam komposisi gending, yaitu:

  1. Gending alus, yaitu golongan tabuh telu dan tabuh epat biasanya digunakan untuk mengiringi karakter manis atau alus dan juga untuk mengiringi tari-tari putri.
  2. Gending keras atau gending gangsaran, yaitu golongan tabuh pisan yang digunakan untuk mengiringi karakter keras atau putra alus dalam adegan dramatis.

 

TATA LETAK GAMBELAN PEGAMBUHAN STYLE BATUAN

 

 
17
16

 

15

 

14

 

13

 

12

 

11

 

 10
2
1
9
8
7
6
5
4
3

 

Keterangan:

  1. Kendang wadon (krumpung).
  2. Kendang lanang (wadon).
  3. Suling gambuh.
  4. Suling gambuh.
  5. Suling gambuh.
  6. Suling gambuh.
  7. Suling gambuh.
  8. Suling gambuh.
  9. Rebab.
  10. Kempul.
  11. Genta orag.
  12. Klenang.
  13. Kenyir.
  14. Gumanak.
  15. Gumanak.
  16. Kajar.
  17. Gecek/ kecek.

KEPUSTAKAAN:

Ariasa, I WM. 1984 / 1985. Pengetahuan Karawitan Bali, Denpasar: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan Proyek Pengembangan Kesenian Bali.

Bandem, I Made. 1986. Prakempa Sebuah Lontar Gamelan Bali, Denpasar: Akademi Seni Tari      Indonesia Denpasar.

Bandem, I Made. 2013. Gamelan Bali Di Atas Panggung Sejarah, Denpasar: Bp Stikom Bali

Dibya, I Wayan. 1977/1973. Pengantar Karawitan Bali, Denpasar: Proyek Peningkatan/Pengembangan ASTI Denpasar.

Halo dunia!

Februari 28th, 2018

Selamat Datang di Blog Institut Seni Indonesia Denpasar. Ini adalah post pertama anda. Edit atau hapus, kemudian mulailah blogging!