KARYA MUSIK KONTEMPORER “GAMELAN VARIATIONS ON MUSIC FOR PIECES OF WOOD II”

Maret 6th, 2018

YouTube Preview Image

DESKRIPSI KARYA KONTEMPORER

“GAMELAN VARIATIONS ON MUSIC FOR PIECES OF WOOD II”

Pierre-Emmanuel Levesque atau yang kerap disapa Pierre adalah seorang musisi dari Moncton, Kanada yang kini berusia 42 tahun. Pierre belajar gitar sejak berusia 9 tahun, dan ia melanjutkan pendidikannya di universitas De Montreal, tamat S-1 dengan jurusan gitar klasik, dan S-2 komposisi. Pierre bekerja sebagai programer komputer. Dia datang ke Bali untuk mencoba ide barunya yang terinspirasi dari karya seorang yang disebut komposer kehidupan terbesar di Amerika, seorang pemikir paling orisinil pada zaman kita yaitu Steve Riech dengan karyanya yang berjudul Music For Pieces Of Wood.

Karya tersebut merupakan sebuah komposisi musik sederhana yang ia buat untuk mengetes idenya. Music For Pieces Of Wood menggunakan papan kayu sebagai sumber bunyi. Papan kayu tersebut memiliki ukuran yang bervariasi. Pierre ingin membuat komposisi baru dengan menggunakan struktur, pola ritme yang sama, diibaratkan seperti lima batang bunga dengan warna yang berbeda. Pada tahun 2015 ia menciptkan versi angklung, tetapi ia ingin membuat versi gamelan lainnya, oleh sebab itu Pierre datang ke Bali khususnya di sanggar Ceraken Batuyang untuk menuangkan idenya ke beberapa instrumen gamelan Bali.

Ada beberapa variasi atau versi yang dibuat pada tahun 2017 yaitu: gender wayang, semar pegulingan, gong kebyar, dan selonding. Di setiap versi yang di buat oleh Pierre, ada 9 (sembilan) musisi selain pada gamelan selonding yang hanya menggunakan 3 (tiga) musisi dan pada gamelan gender wayang menggunakan 5 (lima) orang musisi. Di Hari Ulang Tahun Sanggar Ceraken pada tanggal 25 Desember 2017, kami berkesempatan untuk dapat menyaksikan karya dari Pierre-Emmanuel Levesque versi angklung dan gender wayang.

Pada versi angklung dibawakan oleh 9 (sembilan) orang musisi, 4 (empat) orang bermain pemade, 4 (empat) orang lainnya bermain kantil dan 1 (satu) orang bermain kajar. Versi gender wayang dibawakan oleh 5 (lima) orang musisi, 1 (satu) orang bermain kajar, 2 (dua) orang bermain gender pemade, dan 2 (dua) orang bermain gender barangan. Kami sangat tertarik pada versi gender wayang karena memerlukan lebih sedikit musisi, dan memiliki tingkat kerumitan yang lebih tinggi dari versi angklung.

ANALISA

Sumber inspirasi

Gamelan Variations On Music For Pieces Of Wood II ini tercipta karena komposer sering mendengar karya dari Steve Riech saat bekerja sebagai programer komputer dan saat bermain gamelan angklung di universitas De Montreal, kanada. Ketertarikan kepada Music For Pieces Of Wood yang merupakan karya dari Steve Riech tersebut terjadi karena kesederhanaan komposisi karya tersebut. Memiliki pola ritme yang sederhana yaitu ta ta ta – ta ta – ta – ta ta, atau 3 – 2 – 1 – 2. Ritme pada Music for pieces of wood hanya menggunakan satu nada pada masing-masing instrumen (Suara dari papan kayu), berangkat dari hal tersebut komposer mencoba mengeksplorasi idenya dengan menggunakan lebih dari satu nada dalam setiap instrumennya.

Pemilihan instrumen

Kegemarannya memainkan gender wayang membuat komposer tertarik untuk menuangkan ide barunya dalam barungan atau ansambel gamelan tersebut. Di universitas De Montreal tidak memiliki gamelan gender wayang oleh sebab itu komposer datang ke Bali khususnya di sanggar Ceraken Batuyang untuk menuangkan idenya ke beberapa instrumen gamelan Bali dan salah satu instrumen gamelan tersebut adalah gender wayang.

Dilihat dari tingkat kerumitan, gender wayang memiliki tingkat kerumitan yang lebih tinggi, karena harus membagi keseimbangan pikiran ketika memainkan gending atau lagu dengan dua tangan sekaligus (tangan kanan dan kiri). Dalam versi ini komposer menggunakan 1 (satu) barung gender wayang yang terdiri dari 2 (dua) tungguh gender pemade, 2 (dua) tungguh gender barangan, dan 1 (satu) buah kajar. Saat proses pembuatan karya versi gender wayang komposer menggunakan 5 (lima) orang musisi. 2 (dua) orang bermain gender pemade, 2 (dua) orang bermain gender barangan dan 1 (satu) orang bermain kajar. Penggunaan lima orang musisi menjadikan komposisi pada versi gender wayang menjadi lebih kuat, menyatu dan memiliki tingkat kerumitan yang lebih tinggi.

Struktur lagu

Pada versi angklung dalam satu instrumen hanya ada 1 (satu) pola permainan, pada gender wayang 1 (satu) orang musisi memainkan 2 (dua) pola permainan yang berbeda dengan menggunakan dua tangan (kanan dan kiri) pada satu instrumen. Terdiri dari 5 (lima) bagian yaitu bagian IA, IB, bagian IIA, IIB, dan bagian III. Pada masing-masing bagian terdapat pengurangan ketukan dalam satu pola. Bagian I terdiri dari 6 (enam) ketuk, bagian II terdiri dari 4 (empat) ketuk, sedangkan bagian III terdiri dari 3 (tiga) ketuk. Dalam satu barung gender wayang tersebut dibagi menjadi 2 (dua) kelompok yaitu kelompok 1 (satu) dan kelompok 2 (dua). Masing-masing kelempok terdiri dari 1 (satu) tungguh gender pemade dan 1 (satu) tungguh gender barangan.

Pada versi ini terdapat 1 (satu) pola ritme, dengan penempatan dan nada yang berbeda pada tangan kanan dan kiri. Perbedaan penempatan satu pola ritme tersebut akan membangun kerapatan atau interlocking pada masing-masing instrumen. Pola yang dimainkan pertama oleh tangan kiri kelompok 1 (satu) disebut fondasi atau landasan. Fondasi ini berfungsi sebagai pijakan bagi pola-pola lain yang akan masuk. Dalam satu pola ritme utuh dimasing-masing bagian, pola tersebut dimulai dengan menambahkan satu persatu ritme yang sudah dipecah, kemudian memainkannya secara berulang-ulang atau bebas (sesuai intuisi musisi) sampai akhirnya menjadi satu pola utuh.

Dan jika setiap pola pada kelompok 1 (satu) dan 2 (dua) sudah dimainkan, pada bagian IB dan IIB, pola ritme yang yang membentuk kerapatan karena perbedaan waktu penempatan tersebut akan berubah menjadi bersama atau menjadi satu pola ritme lagi, tetapi dengan nada yang berbeda antara tangan kanan dan kiri masing-masing kelompok. Dan hal ini dibuat hanya pada bagian I dan II. Sedangkan pada bagian III jika semua kelompok sudah memainkan polanya masing-masing, pada pola terakhir yang dimainkan oleh kelompok dua pada tangan kanan, musisi menghitung empat kali pola tersebut dimainkan, kemudian semua musisi berhenti bermain dan lagu selesai.

Pemilihan nada

Pemilihan nada pada setiap pola diatur sedemikian rupa dibuat sesuai intuisi dari komposer, dengan syarat pada bagian IB dan IIB tidak boleh ada nada yang tidak cocok atau tidak sesuai (dissonance) dipukul secara bersamaan, contohnya: nada 1,2,3,4,5 nada yang tidak cocok adalah 3 dan 4. Dan walaupun terjadi dissonance nada berikutnya harus cocok (consonance). Nada consonance yang dimaksud adalah oktaf atau harmoni, contoh nada: 1, 2, 3, 4, 5, 1`, 2`, 3`, 4`, 5` nada yang cocok adalah 1 dan 1` (oktaf), atau nada 2 dan 5, nada 1 dan 3 (harmoni).

Bentuk lagu

Di Bali suatu karya musik umumnya dibuat dengan makna yang terdapat di dalam atau di masing-masing bagian karya tersebut. Berbeda dengan Gamelan Variations On Music For Pieces Of Wood II ini yang memiliki sifat murni musik untuk musik. Dengan menonjolkan proses sebagai hal yang utama, komposer ingin membuat suatu karya yang mengkerucut dalam komposisinya. Berikut adalah penjelasan pada masing masing bagian dalam karya Gamelan variations on music for pieces of wood II.

Berikut keterangan yang harus dipahami sebelum membaca notasi di bawah:

  1. Karya ini menggunakan 1 barung gender wayang yang terdiri dari 2 tungguh gender pemade dan 2 tungguh gender barangan.
  2. Gender tersebut dikelompokkan menjadi 2 yaitu kelompok 1 dan 2 yang masing-masing kelompok terdiri dari 1 tungguh gender pemade dan 1 tungguh gender barangan.
  3. Angka 1-5 pada pojok kiri atas sampai bawah pada tabel adalah nada pada instrumen gender wayang. Sedangkan angka yang berisi tanda titik (.) adalah nada yang oktafnya lebih tinggi satu tingkat dari angka yang tidak berisi tanda titik (.).
  4. Tanda A adalah pola pukulan gender pada kelompok 1 yang menggunakan tangan kiri.
  5. Tanda C adalah pola pukulan gender pada kelompok 1 yang menggunakan tangan kanan.
  6. Tanda B adalah pola pukulan gender pada kelompok 2 yang menggunakan tangan kiri.
  7. Tanda D adalah pola pukulan gender pada kelompok 2 yang menggunakan tangan kanan.
  8. Sedangkan angka pada bagian belakang tanda B, C, dan D menunjukkan urutan masuknya pola pukulan.
  9. Pada notasi di bawah, 2 kali kotak adalah 1 kali pukulan kajar.
  10. Kajar dimulai pada kotak pertama setelah kotak nada.

 

Bagian I A

Pada bagian I A ini terdiri dari 6 (enam) ketuk dalam setiap barisnya. Dalam setiap baris terdapat 4 (empat) kotak yang kosong (tidak dikenai pola). Setiap bagian hanya menggunakan 1 (satu) pola ritme yang sama. Dalam bagian IA pola pada landasan merupakan pokok. Hanya penempatan dan nadanya yang berbeda sehingga terdengar memiliki pola ritme yang banyak.

5.   D2 D4   D5           D7  
4. D8             D1   D3    
3.   C1   C3 C7 D6 C8          
2.               C2 C4   C5  
1.   B2     B4   B5         C6
5       B1       B6     B3  
4 A               B8     B7
3   A     A              
2     A     A       A    
1               A     A  

 

 Bagian I B

Dalam pola I B semua pola yang berbeda penempatanya tersebut mengalami perubahan tempat sehingga semua pola tersebut menjadi bersama dengan pola landasan tetapi tetap dengan nada yang berbeda.

5.   D2 D4   D5           D7  
4. D8             D1   D3    
3. C8         D6   C1   C3 C7  
2.   C2 C4   C5              
1. B5       C6   B2     B4  
5   B6     B3         B1    
4 A   B8     B7            
3   A     A              
2     A     A       A    
1               A     A  

 

Bagian II A

Pada bagian II A terjadi pengurangan 2 (dua) ketukan pada setiap baris. Sehingga pada setiap baris terdiri dari 4 (empat) ketuk.

5.   D4         D2  
4.       D3   D1    
3. D5   C3          
2.   C2           C1
1. B3     C4 C5    
5     B4         B2
4       B5   B1    
3 A              
2   A       A    
1       A     A  

 

Bagian II B

Pada setiap pola B, baik I B dan II B semua pola yang berbeda penempatannya akan menjadi sama dengan landasan.

5.   D4         D2  
4.       D3   D1    
3. D5           C3  
2.       C1   C2    
1. C4 C5         B3  
5 B4         B2    
4   B5   B1        
3 A              
2   A       A    
1       A     A  

 

 

Bagian III

Pada bagian III terjadi pengurangan ketukan dari pola II sebanyak 1 (satu) ketukan, sehingga dalam pola ini terdari 3 (tiga) ketukan. Dalam bagian ini terjadi semacam ilusi yang timbul karena pengurangan ketukan yang terjadi pada setiap bagiannya sehingga pada bagian ini tempo akan terasa mengalami perubahan kecepatan menjadi lebih cepat dari tempo sebelumnya, padahal tempo pada bagian ini masih tetap sama dengan tempo sebelumnya.

5. D4          
4.       D3 D2  
3. C2 D1       C1
2.       C4    
1.     C3      
5   B2       B4
4     B1   B3  
3 A          
2   A   A    
1         A  

 

Dengan ciri-ciri tersebut karya ini dapat disebut sebagai karya kontemporer. Kontemporer. Menurut Yasraf Amir Pilian kontemporer adalah seni yang dibuat lebih kepada masa kini atau bersifat modern. Secara etimologi atau sejarah katanya terdiri dari dua kata yaitu co dan tempo. Dimana co bermakna bersama dan tempo artinya waktu. Sehingga secara harfiah seni kontemporer bisa diartikan seni yang berjalan sebagai refleksi waktu yang sedang dilakoni.

Karya ini dapat disebut sebagai karya musik kontemporer karena memenuhi beberapa ciri-ciri musik kontemporer yaitu:

  1. Notasi musik hanya dapat dimengerti oleh pemusik dan komposer karena notasinya ditulis dengan simbol atau tanda.
  2. Memiliki improvisasi yang bervariasi mengikuti keinginan dari pemusik.

 

Narasumber:

  • Pierre-Emmanuel Levesque

 

Comments are closed.