Mar
28
2018
0

GAMELAN BATEL WAYANG DI DESA PERANG

Batel adalah satu barungan gamelan yang jenis instrumennya teridiri dari alat-alat pemangku irama seperti : kempur, kajar, klenang, klentong, dan pemurba irama seperti kendang dan kecek atau cenceng kecil. Di samping itu juga terdapat barungan gamelan batel yang dilengkapi dengan alat-alat pemangku lagu seperti gender wayang dan suling sebagai pemanis melodi, sehingga gamelan semacam ini disebut gamelan batel wayang yang dipakai untuk mengiri pertunjukan wayang kulit maupun wayang wong dan wayang parwa (Bandem, 2013:166,170 dan 267)
Gamelan batel wayang di desa perang di perkirakan muncul pada tahun 80’an konon dahulu gamelan ini dibeli dengan menggunakan uang kepeng asli sebanyak satu karung beras dari sepasang suamin istri (tidak diketahui inisial nama) dari desa darmasaba, dimana di ceritakan oleh narasumber I wayan kontra sang suami dari kedua pasangan ini adalah bebotoh (pejudi) ketika suatu hari si suami ini mengalami kekalahan saat melakukan perjudian sabung ayam (tajen) yang membuatnya kehabisan uang dan dengan tidak berfikir panjang berniat menjual gamelan batel ini, namun sang istri tidak mengijinkan menjual gamelan itu karena begitu sayangnya sang istri terhadap gamelan tersebut hingga terjadi pertengkaran, tetapi akhirnya secara diam-diam sang suami menawarkan gamelan ini kepada masyarakat di desa perang ketika gamelan ini hendak di bawa ke desa perang sang istri akhirnya pasrah dengan keadaan serta mau tidak mau harus mengiklaskan gamelan ini karena sudah pindah hak milik, ketika digusung sampai di perbatasan desa sading sang istri masih mengikuti dan tetap menangis tersedu-sedu hingga akhirnya sang istri mengutarakan keinginannya bahwa ia akan bisa mengiklaskan gamelan ini dengan syarat gamelan ini diberi nama tuntung tangis, konon kata masyarakat di desa perang ketika gamelan ini digunakan untuk mengiringi upacara potong gigi seketika suasana menjadi haru dan tidak sengaja orang-orang yang mendengarkannya meneteskan air mata.
INSTRUMENT GAMELAN BATEL
• Dua buah kendang kecil dengan fungsi sebagai pemurba irama, yaitu instrument yang bertugas memperkaya dan mengatur irama.
• Kecek atau cenceng ricik dengan fungsi yang sama seperti kendang dan juga memberikan motif-motif cecandetan atau angsel.
• Kajar fungsinya sebagai penyangga ritme atau pemegang tempo.
• Klentong fungsinya sebagai penyelah antara gong dan klenang.
• Klenang fungsinya sebagai penyelah antar gong dan klentong
• Gong fungsinya sebagai finalis
• Empat buah gender wayang yaitu dua buah gender besar (pemade) dan dua buah gender kecil (kantilan atau barangan) berfungsi sebagai pembawa lagu.
• Suling yang berfungsi sebagai pembawa hiasan-hiasan lagu, memaniskan melodi.
PERKEMBANGAN GAMELAN BATEL WAYANG DI DESA PERANG
• Batel sudah menjadi keseharian dalam masyarakat di desa perang, tidak hanya untuk hiburan batel juga dipergunakan dalam acara adat seperti dalam acara potong gigi, dan upacara dewa yadnya, megambel batel juga dapat menambah penghasilan bagi para penabuhnya karena pertunjukan wayang bisa dilakukan tiga kali dalam semalam, seke batel ini beri nama seke wayang kulit lukluk (WAKUL) karena dalangnya dari desa sebelah atau lebih tepatnya desa lukluk makanya seke ini sering disebut seke wakul. I Wayan Kontra (narasumber sekaligus penapuh batel) mengatakan di masing-masing daerah memiliki ciri khas dengan dan permainannya masing-masing. Di jaman sekarang gamelan ini sangat sedikit peminatnya karena kurangnya kepedulian dari anak muda jaman sekarang dengan kesenian klasik dan kerasnya pengaruh dari gamelan golongan baru seperti gong kebyar. Kesenian batel tidak pernah lepas dari pertunjukan wayang dengan seorang dalang sebagai peran penting dalam setiap pertunjukan wayang (wawancara tanggal 19 november 2017).

Written by in: Tak Berkategori |
Mar
02
2018
0

Sejarah Gamelan Selonding

Masyarakat Tenganan Banjar Pagringsingan mulai dari usia kecil sampai yang tua menamakan atau menyebutkan gambelan itu ‘’GAMELAN SELONDING’’. Sebutan yang lebih lengkap ialah dengan sebutan : ‘’BHATARA BAGUS SELONDING’’. Di tenganan tepatnya banjar pagringsingan terdapat tiga (3) barungan gamelan selonding yang di tempatkan ditiap-tiap balai patemon ; suatu bangunan yang serupa dengan Balai-Agung yang oleh orang-orang tenganan balai-balai tersebut dinamakan Temu-Kaja, Temu-Tengah, Temu-Kedod. Selain tiga barungan gamelan selonding tersebut ada tiga bilah gambelan yang tidak terpasang , tidak pernah di pukul dan ini lah sesungguhnya yang paling disucikan atau yang paling keramat. Bentuk bangunan gamelan selonding semuanya berupa bilah-bilah yang besar dan kecil. Jumlah semua bilahnya sebanyak 40 (empat puluh) bilah dan terbagi atas 8 tungguh gamelan. Yang 6 tungguh masing-masing terdiri atau terisi 4 bilah dan yang 2 tungguh lagi masing-masing 8 bilah.

Written by in: Tak Berkategori |

Powered by WordPress | Theme: Aeros 2.0 by TheBuckmaker.com