Pada saat proses latihan I Wayan Widya menggunakan beberapa unsur dalam menggarap Baleganjur ini, ada pun beberapa unsurnya seperti unsur vocal, unsur dari suara instrument. Dalam konteks vocal composer banyak mempergunakan nyanyian suci seperti kidung, tembang dan nyanyian suci yang sering di pergunakan pada saat upacara dewa yadnya. Dari konteks instrument composer menggunakan pola-pola permainan baleganjur yang sederhana dan mengalir seperti air yang merupakan tema pada saat Pesta Kesenian Bali tersebut. I Wayan Widya juga membuat petuding dari instrument baleganjur yang akan di pergunakan, karena dahulu composer mendapatkan pengetahuan tentang melaras gamelan jadi instrument yang di pergunakan dalam baleganjur ini sudah diperhitungkan secara matang dan composer sendiri yang membuat petuding agar para penabuh mampu menyeimbangkan antara suara vocal dan suara instrument, karena dalam garapan tabuh baleganjur ini banyak terdapat unsur vocal di dalamnya. Composer dalam hal ini sangat mengedepankan unsur religius dari ritual yang di angkat dari ide dan mampu mengacu pada tema Pesta Kesenian Bali yaitu Ulun Danu. Dalam proses penggarapan gending I Wayan Widya mengutamakan gending inti yang terlebih dahulu di buat karena pada bagian inti ini lah yang akan banyak mewakili ide yang ingin disampaikan dalam pementasan baleganjur. Kemudian setelah gending intinya selesai dilanjutkan ke gending pejalan atau gending yang menghantarkan ke gending inti. Dalam gending pejalan ini di buat dengan pola sederhana yang memainkan nada secara berurutan namun mampu mewakili keagungan dan menciptakan suasana religius dan suasana saat ritual akan dimulai. Keharmonisan vocal yang dipadukan sehingga suasana seperti terasa dalam Pura dan dalam berlangsungnya ritual Aci Tulak Tunggul tersebut. Setelah gending pejalan dang ending inti maka barulah di buat gending pejalan akhir, yang dimana bagian ini banyak menceritakan kebahagian masyarakat yang berbahagia dan bergembira ketika hasil panennya melimpah dan berhasil. Selain itu ada juga sedikit adegan bercintaan yang menceritakan sepasang petani yang beristirahat dan menggoda istrinya yang sedang membawakan rantangan atau sarapan untuk suaminya. Setelah ketiga bagian gending tersebut selesai maka dilanjutkan dengan latihan gerak yang buatkan oleh pelatih gerak namun dalam hal ini masih di awasi oleh I Wayan Widya karena beliau yang tau pasti bagaimana alur cerita dan bagaimana menempatkan adegan-adegan yang nantinya akan mampu menarik perhatian penonton yang ada di panggung terbuka ardha candra. Pada bagian konsepnya gending ini merupakan garapan baleganjur kreasi yang di buat dengan pola sederhana namun begitu mampu mewakili ide dan tema dalam Pesta Kesenian Bali. Ada pun beberapa konsep dan struktur dari gending baleganjur Aci Tulak Tunggul.
30
2018
ACI TULAK TUNGGUL SEBAGAI SEBUAH IDE GARAPAN BALEGANJUR
Pura taman ayun merupakan representasi Tri Hita Karana yang di samping memiliki tugas utama sebagai pemujaan, air kolamnya juga merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat mengwi yakni sebagai irigasi sawah.sebagai wujud menjaga keharmonisan di bumi ini maka dilakukan sebuah prosesi ritual atau aci pada anggara kliwon, wuku medangsia (setiap 210 hari sekali). Aci ini di lengkapi dengan sebuah tarian wali dengan nama Tari Baris Keraras, dimana tari baris keraras ini menggunakan pakian sebagai berikut yaitu celana, baju loreng (poleng), dan gelungan. Keunikan dari kostumnya yaitu kegulangan terbuat dari pelepah pisang yang dihiasi dengan satai lilit dan kekuwung dari kulit babi, awir dari keraras, badong dan gelang kana dari urutan babi, serta hiasan muka dari kapur yang dibasahi selain itu keunikan tarian baris ini tidak menggunakan iringan gamelan melainkan hanya menggunakan vocal yang langsung di nyanyikan sambil menari oleh seorang penari. Cerita singkat di adakannya tarian aci ini yaitu kono dahulu timbul sebuah masalahan yakni bendungan atau tanggul yang ada di telaga taman ayun mengalami jebol, setelah di perbaiki lagi mengalami kejebolan, melihat hal tersebut raja mengwi Cokorda Nyohman Mayun memohon kehadapan Bhatara di puncak bukit pengelengan dengan melakukan tapa bratha yang sangat teguh, maka dalam yoganya datanglah orang-orang laki yang berpenampilan aneh yakni memakai pakian daun pisang kering (keraras) lalu salah seorang berkata menanyakan apa tujuan dari kedatangan raja mengwi ke tempat ini, setelah itu raja mengwi menjelaskan dengan kejujuran dan di berikanlah petunjuk yaitu dikatakan bendungan itu kuat namun belum ada dasar “pedagingan” hingga terjadilah seperti sekarang ini. Nantinya aka nada suatu pertanda “padagingan” itu akan terbukti yakni adanya manusia yang tenggelam, setelah itu lakukanlah upacara Pamrayascita Bhumi dan persembahkan tarian seperti yang di saksikan dalam tapa yoga ini. Jika hal tersebut sudah dilakukan maka tanggul akan kuat dan kokoh, air mengalir dan sawah ada mendapatkan aliran air dari telaga akan menjadi suburserta terhindar dari hama.
Kemudian berangkat dari Ide tersebut I Wayan Widya selaku composer mulai mencatat atau membuat bantang gending dari baleganjur Aci Tulak Tunggul ini, dan selanjutnya mulai melakukan proses latihan.
17
2018
Pengaruh gaya bali selatan terhadap gaya bali utara
Dilihat dari daerah kelahirannya terdapat berbagai macam gaya. Gaya-Gaya tersebut masing-masing memiliki cirri khas serta karakter tersendiri yang membedakan satu dengan yang lainnya. Kuatnya karakter yang dimiliki masing-masing gaya tersebut, terkadang mampu menunjukan identitas wilayah kelahirannya. Di Bali terdapat berbagai macam gaya karawitan di mana masing-masing memiliki karateristik serta identitas yang sangat kuat. Keberadaan gaya-gaya tersebut sangat eksis di masyarakat dan memiliki arti yang sangat penting sebagai sebuah identitas, sehingga kalangan masyarakat dan seniman khususnya dapat dengan mudah mengenali sebuah gaya music dengan memperhatikan idiom-idiom dari masing-masing gaya tersebut. Aspek fisik (pelawah) dari barungan gamelan, ornamentasi (ukiran), merupakan idiom non-musikal yang dapat mencerminkan identitas kedaerahan, sedangkan bentuk music pengungkapan dan pengolahan musikalitas serta expresi penyajiannya menjadi idiom musical yang mudah dikenal. Dewasa ini, sisi lain perkembangan seni karawitan Bali adalah sulitnya mengidentifikasikan gaya-gaya karawitan. Keberadaan gaya-gaya yang sebelumnya eksis dan mengakar dimasyarakat serta menjadi identitas personal dan regional menjadi kabur, bahkan ada di antaranya terancam punah karena mulai di tinggalkan oleh masyarakat pendukungnya. Hal ini terjadi karena semata-mata gaya tersebut dianggap kurang kompetitif dan tidak mampu bersaing pada event-event festival atau parade yang di gelar oleh pemerintah. Fenomena yang terjadi diwilayah Bali Utara adalah merupakan salah satu contoh yang sangat menarik untuk di ungkapkan karena untuk dapat meraih prestasi dalam festival, para seniman dan pemerintah meninggalkan gaya Kakebyaran yang sebelumnya begitu kuat mengakar dengan beralih ke gaya kekebyaran Bali Selatan. Beralihnya seniman-seniman Bali Utara ke gaya Bali Selatan karena apa dimiliki dianggap masih sangat tradisional dan apa yang muncul serta berkembang di Bali Selatan dianggap lebih modern dan lebih dapat diterima di masyarakat.
Di zaman modern, sering kali terjadi kesulitan dalam mempertahankan keberlanjutan sebuah tradisi karena ada anggapan bahwa hal-hal yang berbau tradisi dianggap menghambat jalannya proses modernisasi. Untuk itu, sebagai upaya pencapaian status modern serta dapat dikatakan ada ditatanan tersebut, struktur dan nilai-nilai tradisional secara total haru harus di ganti dengan seperangkat struktur dan nilai-nilai modern (surwasono dan Alvin Y So,2000 : 23).
Proses modernisasi dalam seni karawitan Bali menyebabkan terjadinya perubahan dalam berbagai aspek bauk aspek musical dan non-musikal. Pada salah satu bentuknya yaitu komposisi tabuh lelambatan telah mengalami berbagai perubahan yang mengarah perwujudan komposisi lelambataan kreasi baru yang bernuansa modern. Terjadinya perubahan berpengaruh terhadap penampillan gaya-gaya lelambatan yang tersebar di seluruh Bali. Tingginya intensitas kegiatan lomba yang terjadi di Bali, menimbulkan keinginan yang kuat dari para seniman untuk menampilkan gaya-gaya terbaik. Adanya keinginan ini terkadang para seniman meninggalkan gaya-gaya yang di miliki sebelumnya dan mengacu ke gaya yang lain yang terlah muncul sebagai karya-karya terbaik sebelumnya. Tingginya otoritas yang dimiliki seniman karawitan dalam bekarya seni, hal ini dimanfaatkan untuk memberikn sentuhan-sentuhan kreasi dalam komposisi lelambatan. Dari sentuhan-sentuhan tersebut seorang seniman ingin menonjolkan atau menguatkan personalitasnya sebagai seniman. Kuatnya pengaruh yang di miliki seorang seniman, gaya-gaya individu yang di ciptakan terkadang mampu memberikan perubahan terhadap gaya-gaya kedaerahan yang sebelumnya telah mengakar sangat kuat. Mengemukanya gaya-gaya individu tersebut memberikan dampak yang sangat signifikan dalam perkembangan dunia seni Karawitan Bali. Secara positif hak tersebut tentunya akan memperkaya khasanah seni Karawitan Bali, namu pada sisi lainnya semakin semaraknya muncul gaya individual tersebut gaya-gaya kolektif yang merupakan identitas kedaerahan mulai memudar. Sebagai fenomena umum yang terjadi dalam perkembangan seni Karawitan Bali, pergeseran gaya-gaya ini juga di alami oleh komposisi lelambatan gaya Badung. Berkembangnya daya kreatifitas para seniman, gaya lelambatan yang sebelumnya yang sudah mengakar akhirnya mengalami perubahan karena mengikuti arah perkembangan jaman.
[cc]
17
2018
Sejarah, Bentuk dan Fungsi tabuh serta tari Legong Raja Cina
Legong raja cina merupakan sebuah akulturasi budaya antara budaya bali dan budaya cina. Untuk mengingat hubungan antara Bali dan Cina jadi dibuatlah kesenian-kesenian seperti salah satunya kesenian Legong. Menurut Agung Raka Saba (alm) ayahanda dari I Gusti Ngurah Serama Semadi (narasumber) mengatakan dahulu sudah pernah ada Legong Raja Cina namun keberadaanya tidak pernah dijelaskan secara pasti oleh Agung Raka Saba. Menurut penafsiran I Gusti Ngurah Serama Semadi Legong Raja Cina itu ada sekitar tahun 30’an, kenapa ia menafsirkan seperti itu? Karena pada waktu itu penarinya sudah ada tiga orang, kalau tidak tiga orang maka tidak akan bisa menarikan Legong Raja Cina “ujar Gusti Ngurah Serama Semadi”. Itu pun tafsiran setelah rekontruksi berjalan. Di ceritakan oleh Gusti Ngurah Serama Semadi sebelum rekontruksi berjalan, Agung Raka Saba (alm) mengatakan ada Legong yang belum direkontruksi atau belum bisa dibangun kembali yaitu Legong Raja Cina dan Legong Bramara pada tahun 2000 ketika itu ayahanda dari Gusti Ngurah Serama Semadi masih ada dan Gusti Ngurah Serama Semadi menawarkan untuk direkontruksi namun saying ketika akan direkontruksi Agung Raka Saba meninggal dunia, hingga akhirnya rekontruksi tidak bisa dilaksanakan. Tetapi Gusti Ngurah Serama Semadi tetap berkeinginan agar Legong Raja Cina bisa bangkit kembali. Kemudian Gusti Ngurah Serama Semadi melakukan penelitian terlebih dahulu ia mencari informasi dengan mewawancarai beberapa seniman seperti I Gusti Ngurah Padang (salah satu seniman dan mantan guru SMKI), Bapak Sue dari pejeng (guru di SMKI) dan banyak lagi termasuk bapak Sinti namun saying tidak ada yang mengetahui tentang Legong Bramara dan Legong Raja Cina. Karena Gusti Ngurah Serama Semadi berambisi agar Legong ini bisa bangun kembali akhirnya ada sebuah acara pengukuhan seorang Frofesor bapak Sedana sekitar tahun 2005, ketika itu Gusti Ngurah Serama Semadi diundang dan bertemu dengan I Wayan Berata (seorang tokoh besar senima karawitan). Ia menanyak kepada bapak Wayan Berata apakah memiliki gending Legong Raja Cina? Kemudian bapak Wayan Berata mengatakan bahwa ia memiliki buku atau catatan gending Legong Raja Cina, dahulu ia diberikan buku oleh seorang seniman yang bernama Agung Griya. Setelah mendapat informasi itu diutuslah anak dari Gusti Ngurah Serama Semadi yaitu Agung Jaya Kesuma untuk mengambil buku tersebut kerumah bapak I Wayan Berata. Gendingnya diberikan dalam bentuk Foto Copyan tulis tangan yang kemudian dipelajari. Gending yang diberikan bapak I Wayan Berata hanya berisi bagian pengawak dan pengecet, kemudian bagian yang lainnya dibuatkan ulang oleh Gusti Ngurah Serama Semadi. Setelah itu Gusti Ngurah Serama Semadi mulai memikirkan tokoh-tokoh yang akan dimasukan ke dalam cerita dari tari legong ini, sempat juga ia bertanya pada bapak Frof. Dibya dan bapak Frof. Bandem namun beliau tidak memberikan informasi hanya disuruh untuk membangun saja terlebih dahulu. Ketika Gusti Ngurah Serama Semadi mencari ceritanya ia teringat dengan perkatan ayahandanya yang pernah mengatakan kalau Raja Bali dan Orang cina itu menikah, nah itu lah yang kemudian dijadikan pedoman dalam cerintanya. Selanjutnya ia melakukan analisis terhadap cerita serta memikirkan peran dan bagaiman cara memasukan ke dalam gerak tari. Kemudian ia mengadakan latihan untuk tari dan untuk bagian pembuatan gending penambahan dari pengawak. Setelah itu barulah Legong Raja Cina bisa dipentaskan di Pesta Kesenian Bali (PKB) ketika itu pementasan Legong Raja Cina mendapat banyak simpati dan masukan-masukan baik dari penikmat seni maupun pengamat seni, dari sanalah akhirnya Legong Raja Cina ini kembali di perbaiki atau dilakukan penyempurnaan baik lagi hingga lahirlah Legong Raja Cina seperti sekarang ini. Setelah melakukan rekontruksi Gusti Ngurah Serama Semadi baru bisa memaknai untuk apa sebenarnya orang membuat Legong Raja Cina? Keinginan pencipta dulu adalah untuk menghormati, menghargai dan memaknai nilai akulturasi budaya Bali dan Cina yang kemudian di wujudkan dalam bentuk Barong Landung dimana sebutan lainnya yaitu Jero Wayan (untuk barong landung pria) dan Jero Luh (untuk barong landung wanita). Contoh lainnya seperti uang kepeng dimana uang kepeng yang ada di bali tidak bisa ditemukan di Cina karena kemungkinan itu uang kepeng yang hanya dibuat diBali. Makanya adalah akulturasi budaya untuk mengadakan rekontruksi, tujuan rekontruksi tiada lain agar kita bisa memaknai setiap budaya yang ada seperti di Cina kita harus bisa memaknai gerak-gerak orang Cina, gerak barong landung, semua itu dikumpulkan dan dijadikan dasar untuk merekontruksi.
17
2018
Perkembangan gaya kekebyaran bali selatan
Di Bali terdapat berbagai macam gaya karawitan di mana masing-masing memiliki karateristik serta identitas yang sangat kuat. Keberadaan gaya-gaya tersebut sangat eksis di masyarakat dan memiliki arti yang sangat penting sebagai sebuah identitas, sehingga kalangan masyarakat dan seniman khususnya dapat dengan mudah mengenali sebuah gaya music dengan memperhatikan idiom-idiom dari masing-masing gaya tersebut. Aspek fisik (pelawah) dari barungan gamelan, ornamentasi (ukiran), merupakan idiom non-musikal yang dapat mencerminkan identitas kedaerahan, sedangkan bentuk music pengungkapan dan pengolahan musikalitas serta expresi penyajiannya menjadi idiom musical yang mudah dikenal. Dewasa ini, sisi lain perkembangan seni karawitan Bali adalah sulitnya mengidentifikasikan gaya-gaya karawitan. Keberadaan gaya-gaya yang sebelumnya eksis dan mengakar dimasyarakat serta menjadi identitas personal dan regional menjadi kabur, bahkan ada di antaranya terancam punah karena mulai di tinggalkan oleh masyarakat pendukungnya. Tingginya intensitas kegiatan lomba yang terjadi di Bali, menimbulkan keinginan yang kuat dari para seniman untuk menampilkan gaya-gaya terbaik. Adanya keinginan ini terkadang para seniman meninggalkan gaya-gaya yang di miliki sebelumnya dan mengacu ke gaya yang lain yang terlah muncul sebagai karya-karya terbaik sebelumnya. Tingginya otoritas yang dimiliki seniman karawitan dalam bekarya seni, hal ini dimanfaatkan untuk memberikn sentuhan-sentuhan kreasi dalam komposisi lelambatan. Dari sentuhan-sentuhan tersebut seorang seniman ingin menonjolkan atau menguatkan personalitasnya sebagai seniman. Kuatnya pengaruh yang di miliki seorang seniman, gaya-gaya individu yang di ciptakan terkadang mampu memberikan perubahan terhadap gaya-gaya kedaerahan yang sebelumnya telah mengakar sangat kuat. Mengemukanya gaya-gaya individu tersebut memberikan dampak yang sangat signifikan dalam perkembangan dunia seni Karawitan Bali. Secara positif hak tersebut tentunya akan memperkaya khasanah seni Karawitan Bali, namu pada sisi lainnya semakin semaraknya muncul gaya individual tersebut gaya-gaya kolektif yang merupakan identitas kedaerahan mulai memudar. Sebagai fenomena umum yang terjadi dalam perkembangan seni Karawitan Bali, pergeseran gaya-gaya ini juga di alami oleh komposisi lelambatan gaya Badung. Berkembangnya daya kreatifitas para seniman, gaya lelambatan yang sebelumnya yang sudah mengakar akhirnya mengalami perubahan karena mengikuti arah perkembangan jaman. Terkait dengan perubahan gaya yang terjadi pada tabuh lelambatan gaya Badung, hal tersebut dilihat dari perkembangan yang terjadi tabuh-tabuh lelambatan yang digarap dan disajikan oleh para seniman-seniman Badung event Festival Gong Kebyar.