Musik yang mengiringi wayang kulit Bali disebut gender wayang. Teknik permainan dari pada gambelan ini adalah sangat elaborate, intricate, pholyponic, melodie, dan bermacam-macam sistim ketekan atau interlocking figuration yang dipergunakan.
Masing-masing instrument berlaras Selendro dan memakai 10 (sepuluh) keys. Urutan nada dalam gender wayang adalah sebagai berikut: dong, deng, dung, dang, ding, dong, deng, dung, dang, ding.
Biasanya dalam pertunjukan Ramayana 4 (empat) gender di atas ditambah lagi dengan kendang, kempur, ceng-ceng, klenang, kajar, dan beberapa rhythmic lainnya.
Bentuk:
Di dalam pertunjukan wayang kulit yang lengkap biasanya memakai 10 (sepuluh) jenis motif gending. Adapun semua gending2 itu dapat dijadikan dua kelompok, yaitu: gending-gending petegak dan gending-gending petegak yang mengikuti sebetan wayang (tetangkisan).
Gending-gending tersebut adalah:
- Petegak
Didalam gending-gending petegak ini terdiri dari jenis-jenis komposisi Kuna dan Baru, seperti gending Sekati Sekar Gendot, Sekar Sungsang dan lain-lain.
- Pamungkah
Gending ini sangat panjang, biasanya dari 45 menit sampai 60 menit dan terdiri dari bermacam-macam gending seprti:
Gending Brayut, Tulang Lindung, Jojor, Omang-omangmdan lain-lainnya.
Pamungkah ini mengiringi Dalang didalam melakukan hal-hal sebagai berikut:
- Persembahyangan dan selamatan
- Pemukulan kropak dengan sebuah cepala, yang terletak di sebalah kiri Dalang untuk menyimpan wayang, kemudian tutup kropak ini dipindahkan juga tempat memupuk wayang yang akan dipaki.
- Kemudian Dalang memulai pertunjukan dengan sebuah kayon/gunungan yang menandakan pertunjukan sudah dimulai dan kemudian gunungan itu ditancapkan di pertengahan kelir.
- Dalang menaruh wayang disebelah kanan dan kiri gunungan tergantung dari pada tokohnya sendiri-sendiri. Wayang yang berwatak baik disebelah kanan dan sebaliknya. Dan semua wayang yang dimainkan kurang lebih berjumlah 100 (seratus) buah dan Dalang disini sudah mulai doa dan mantra-mantra untuk keselamatan di dalam pertunjukan. Setelah semua wayang dicabut (kecuali kayon) dan sudah diletakkan teratur, maka dalang lagi memberi aba-aba kepada gambelan dengan cepala untuk memainkan satu lagu untuk mencabut kayon.
- Petakilan
Biasanya pada pertunjukan lengkap ada dua macam gending petangkilan yaitu gending Alas Arum dan Rundah. Gending Alas Arum ini untuk wayang berwatak halus dan Gending Rundah untuk wayang yang berwatak keras. Lagu-lagu ini biasanya dipakai setelah gunungan dicabut dan ini adalah marupakan narrative yang pertama dari dalang itu sendiri.
- Pengalang Ratu
Gending ini adalah merupakan pendahuluan dan pengenalan masing-masing karakter di dalam pewayangan dan selalu dipakai sebelum dialog dimulai.
- Angkat-angkatan
Gending-gending ini berbentuk ostinato, terdiri dari empat atau delapan ketuk. Banyak sincopatie yang dipakai dan untuk mengiringi adegan sibuk seperti keberangkatan laskar, perjalanan dan sebagainya.
- Rebong
Gending rebong yang terkenal sebagai expresi romantis di dalam pewayangan terdiri dari dua bagian yaitu:
- Tenang, liris: bagian ini untuk mengiringi adegan romantic.
- Hidup: merupakan kelanjutan dari gending diatas yang biasa disebut dengan Pengecet Rebong dan dipakai untuk mengiringi adegan romantis dari para panakawan.
- Tangis
Gending ini yang bentuknya tenang liris biasanya digaris baawahi dengan sesendon untuk mengiringi suasana sedih.
- Tunjang
Gending-gending ini berkarakter keras dan dipakai untuk mengiringi para raksasa.
- Batel
Lagu ini berbentuk ostinato yang terdiri dari dua nada. Suasana sangat semangat dan dipakai untuk mengiringi adegan perang.
- Panyudamalan
Gending ini sangat intricate yang dimainkan setelah permainan wayang.
Dirangkum dari buku yang berjudul “Pengantar Karawitan Bali” oleh I Wayan Dibia S.T.T
Tahun 1977/1978