Belajar menari dengan tehnik tradisional
Posted Under: Tak Berkategori
Belajar menari dengan tehnik tradisional
Didalam belajar menari khususnya tari Bali, pada zaman dahulu para seniman tari pada umumnya menggunakan tehnik tradisional yang biasanyan mereka menerapkan tiga jenis tehnik yakni :
- Tehnik Imitasi, yang di maksud dengan tehnik imitasi adalah seseorang guru tari yang cara mengajarkan muridnya dengan cara mencontoh kemudian di suruh menirukan dari belakang.
- Tehnik Koreksi, tehnik ini adalah membenahi atau memperbaiki gerak muridnya yang salah, menuntun, mengarahkan, yangmana dilakukan dengan keras dan tegas.
- Tehnik Moulding, Tehnik ini diterapkan dengan cara merubah bentuk dan tegak pada saat melakukan pelatihan, hingga rupa sesuai dengan bentuk gerak yang di inginkan oleh sang guru. Tehnik ini dikatakan sangat berat karena memerlukan tenaga yang sangat beras dan hanya dapat di lakukan secara perorangan. Semua guru seni tari menggunakan tehnik tradisi ini. Mereka belum sampai pada mengadakan analisa gerak, walaupun mereka mempunyai VOKABULER yang artinya peristilahan yang lengkap tentang semua gerak dari tubuh dan bagian-bagian badan sampai mendetail. Metode yang mereka terapkan bisajuga di sebut “Holistis” atau secara menyeluruh, dan sekaligus dengan lagu iringannya.
Di samping ketiga unsur tehnis tersebut para guru tari tradisional biasanya juga mahir dalam MASAGE/memijat dan mengurut yang tentunya tidak berdasarkan ilmu anatomi dan faal modern, tetapi apa yang mereka dapat pelajari dari gurunya terdahulu di tambah dengan pengalaman mereka sendiri. Mereka melakukan hal itu setelah atau sebelum latihan untuk membuat tubuh sang murid menjadi luwes dan lebih mudah di olah sesuai dengan gerak dan yang di inginkan. Berbeda dengan metode “analitis” yang mengajarkan tehnik menari atas dasar analisa gerak tubuh, yang bersifat obyektif, rupanya metode yang “holistis” itu bersifat sebagai penghubung antara guru dan murid secara langsung menyusupkan “jiwa” yang bertujuan untuk menjiwai tarian itu dari sang guru kepada sang murid. Kepekaan sang murid untuk penyusupan jiwa ini mungkin juga mempersiapkan kepekaan untuk mendapdtkan “Taksu” sebagai seorang senipan seni pertunjukan di kemudian hari. Sudah tentunya keberhasilan seorang guru untuk menyusupkan “Jiwa” ini masih tergantung dari kesungguhan dan kepribadian sang murid dan sang guru itu sendiri. Dalam hal ini perlu juga di perhatikan peran dan kedudukan guru seni tradisional itu sendiri, yang mana peran seorang guru tari dalam masyarakat lebih di tentukan oleh faktor-faktor lain daripada profesinya sebagai guru tari, yang oleh masyarakat di pandang sebagai kejuruan, keahlian tehnis yang sederajat dengan kejuruan-kejuruan lain seperti juru gamel, juru gambar, tukang ukir, dan sebagainya. Guru seni yang mempunyai peran dan kedudukan khas dalam masyarakat, adalah guru Pedalangan. Biasanya beliau tidak suka menyebut dirinya sebagai guru,tetapi hanya sebagai “dalang” karena beliau tidak selalu melakukan kegiatan mengajar.
Belakangan ini, meskipun banyak guru-guru tari yang telah memiliki kemampuan didalam memberikan pelatihan menari akan tetapi metode-metode tersebut di atas tetap terpakai dan bahkan ada pula mempergunakan tongkat kayu sebagai penyangga bahu dari pada anak didiknya, hal itu dapat kita jumpai pada pelatihan menari khususnya bagi anak-anak pemula yang akan mempelajari tari Baris. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa menjadi seorang penari Baris hendaknya memiliki fostur tubuh yang tegap dan bahu yang selalu diangkat agar penampilan atau penyajian tarian tersebut menjadi gagah dan bersemangat di dalam pementasannya. Hal tersebut pula dilakukan untuk membiasakan para penari itu sendiri untuk mengangkat bahunya sewaktu menyajikan tarian tersebut, seperti yang kita saksikan bersama hasil yang di capai dengan metode itu sangat memuaskan. Sebagai kesimpulan, Belajar Menaari Dengan menggunakan Tehnik Tradisional juga dapat melahirkan seniman-seniman tari yang baik dan berbakat. Hal positip yang kita dapati selain menjadikan agem penari itu sendiri adalah membentuk sikap/postur tubuh yang tegap dan sehat karena bilamana seseorang itu akan mengambil atau mempelajari tarian yang lain kemnungkinannya akan berhasil hal itu di karenakan telah terlatihnya tubuh untuk menerima gerak-gerak yang bersifat gagah dan berwibawa seperti tarian Teruna Jaya, Kebyar Duduk, Jauk, Topeng dan tarian-tarian yang lainnya yang harus memiliki penyajian gagah dan tegap. Adapun tehnik-tehnik tradisi yang lainnya adalah mengurut para penari sebelum melakukan tarian tersebut adalah untuk memperlancar peredaran darah dan melemaskan otot-otot yang agak kaku sehingga di dalam menari tidak terjadi kesalahan pada otot-otot yang sering di bilang pemanasan. Melakukan pengurutan itupun yang biasanya para guru tari tersebut menggunakan minyak kelapa murni, hal itu dikarenakan minyak kelapa tidak mudah kering dan dapat melicinkan pada bagian-bagian tubuh yang hendak di urut agar sewaktu pengurutan tidak menimbulkan lecet pada kulit. Oleh karena itu sebagian besar pelatih/guru tari yang mengajar dengan cara/tehnik tradisional yang pada umumnya mengerti tentang ilmu mengurut tubuh, hal itu dikarenakan seringnya hal tersebut di lakukan sewaktu akan mengajar sebuah tarian.