Nama : I Nyoman Swasta
Tempat, tanggal lahir : Nusa Penida,31 desember 1940
Status : menikah
Tamatan : SPG
Menurut wawancara yang saya lakukan, beliau bercerita banyak hal tentang perjalanannya dalam menekuni kesenian khususnya karawitan. I nyoman swasta, itu biasa panggilan beliau di rumah, selain itu beliau juga biasa dipanggil pekak bali. I nyoman swasta berasal dari keluarga yang sederhana. kedua orang tuanya berprofesi sebagai petani. hal itu tidak menyurutkan niat beliau untuk menuntut ilmu. Beliau mengatakan pada saat itu sama sekali belum ada sekolah TK,sekolah dasar saja masih sangat sederhana “maklum pada saat itu masih jaman penjajahan” ujar beliau. Pada saat beliau masih duduk dibangku sekolah dasar, di banjar jurang pahit belum memiliki gamelan,akan tetapi di banjar jurang pahit telah ada angklug yang instrumennya masih sangat sederhana (sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya). Pada saat beliau berumur 18 tahun beliau melanjutkan di SPG. Pada saat itulah beliau mulai belajar memainkan alat musik gamelan. Karena ketekunan dan semangat beliau,akhirnya beliau pun berhasil memainkan gamelan. Akan tetapi belum selesai sampai disitu,beliau juga berguru belajar gamelan sampai ke desa pikat klungkung.
Pada saat beliau menyempatkan diri pulang ke kmpung halaman beliau selalu mengajar gamelan drumah. Setelah tamat dari SPG beliau kemudian menjadi guru di sekolah dasar di banjar jurang pahit. Pada saat itu beliau kemudian ditunjuk menjadi seksi kesenian. Beliau selalu bersemangat untuk mengembangkan dan mencari bakat-bakat seniman lainnya. Pada saat itu beliau mengajar megambel dengan menggunakan suatu teknik putar,artinya setiap personil tidak diam disatu tempat saja. Selain gong kebyar beliau juga membentuk sekaa rindik yang langsung dibikin sendiri bersama teman-temannya. Pada tahun 1967 beliau mengakhiri masa lajangnya. Beliau mempunyai 4 (empat) orang anak yakni 2 orang perempuan dan 2 orang laki-laki. saat anak-anaknya masih kecil beliau selalu mengajarkan seni kepada empat orang anaknya. Dari ke empat anaknya hanya satu yang berminat untuk melanjutkan ke sekolah seni yaitu anaknya yang pertama yang bernama I Wayan Andra. I Wayan Andra ini merupakan tamatan ASTI dan sekarang bekerja di taman budaya Art Center.
Sampai umur 54 tahun I nyoman swasta masih tetap eksis menjadi anggota sekaa gong dbanjar jurang pahit. Selain itu beliau juga ikut menjadi anggota sekaa gong disebuah sanggar yang dibentuk oleh para seniman yang bisa meluangkan waktunya untuk megambel di banjar jurang pahit yang diberi nama sanggar “padaliang”. Pada tahun 1995 beliau mengundurkan diri menjadi anggota sekaa gong di banjar dan di sanggar karena beliau sakit. Di sanggar beliau digantikan oleh anak laki-lakinya yang terakhir yang bernama Iketut diftasada yang sekarang menjadi tukang kendang lanang dibanjar jurangpahit. Pada saat pembelian gong semarandana di banjar paibon tutuan di banjar jurang pahit akhirnya beliau dipanggil lagi untuk menjadi anggota sekaa gong semarandana dan sekaa anggklung sampai sekarang.
Sejarah Perkembangan Gong Semarandana diBanjar Jurang Pahit
Pada awalnya di banjar jurang pahit hanya memiliki 1(satu) barungan gong kebyar saja. Kemudian pada tahun 2007 seorang tokoh karawitan yang bernama I Ketut Arta dwita berinisiatif untuk membeli barungan gong semarandana. Tujuan dari beliau untuk membeli gong semaradana karena beliau menganggap barungan ini masih langka khususnya untuk daerah nusa penida bahkan klungkung. Selain itu barungan gong semarandana juga multi fungsi yakni bisa dipakai untuk gong kebyar dan angklung. Kemudian pada pertengahan tahun 2007 beliau mengemukakan pendapatnya dihadapan sekaa krama banjar Jurang Pahit. Akan tetapi warga masyarakat banjar Jurang Pahit tidak setuju dengan pendapat beliau. Warga menganggap hal tersebut hanya menghambur-hamburkan uang saja dan satu barungan gong kebyar dianggap sudah cukup.
Setelah berselang beberapa bulan akhirnya beliau mencoba untuk mengemukakan pendapatnya dihadapan salah satu krama paibon yang terdapat di banjar jurang pahit yakni paibon kawitan tutuan. Beliau menganggap krama tutuan mampu untuk membeli sebuah barungan gong semarandana karena jumlah krama atau warganya yang berkisar 90 orang yakni 65 % dari jumlah penduduk banjar Jurang Pahit. Dengan segala pertimbangan akhirnya krama paibon tutuan menyetujui pendapat beliau dan dibentuklah panitia khusus untuk menangani hal tersebut. Kemudian pada awal tahun 2008 krama paibon tutuan resmi membeli satu barungan gong semarandana.
Semenjak itu krama paibon tutuan membentuk sekaa gong yang dberi nama gita semarandana. Adapun personil sekaa gong gita semarandana tidak hanya dari kaum laki-laki saja akan tetapi ada juga dari kaum ibu-ibu yang juga pernah ikut pentas diajang parade gong kebyar wanita pada pesta kesenian bali tahun 2007.selain itu juga dbentuk sekaa angklung dimana personilnya merupakan sekaa gong kebyar yang ada di banjar jurangpahit.
Selain untuk mengiringi upacara keagamaan di pura paibon,gong semarandana juga dipergunakan ngayah dpura pura puseh Mastulan yang merupakan pura puseh banjar jurang pahit.
Pada batu bertulis yang ada di Blanjong ada kalimat yang mengatakan bahwa Sri Krisna Warmadewa (Raja Pertama di Bali) menaklukkan Nusa dan Sua, tidak diketahui dimana yang disebut Sua itu. Prasasti itu bertahun 915 M. Pada zaman kuna di Nusapenida penguasa pertama bergelar Dukuh Jumpungan seorang Hindu berstatus seorang pangeran yang kemudian menjadi Dukuh atau Pendeta. Beliau disebut juga Betara Sakti Ring Nusa. Setelah Dukuh Jumpungan, yang menjadi Raja adalah Ratu Sawang yang bergelar Sri Aji Dalem Sawang. Beliau kemudian mempersunting cucu dari Dukuh Jumpungan yang bernama Dyah Ranggini. Dari keturunan Dukuh Jumpungan yang menjadi penguasa adalah Ratu Mecaling, yang menjadi Ratu di Bumi Nusa, sehingga dengan demikian berwenang memungut pajak di seluruh Nusa. Yang menjadi raja setelah Dalem Sawang adalah Aji Dukut dengan gelar Sri Aji Dalem Dukut. Dari sumber sejarah Bali disebutkan bahwa Dale mini adalah Putra dari Asta Sura Ratna Bumi Banten atau Sri topulung,yang menjadi Raja di Bali. Kemudian Dalem Dukut dikalahkan oleh kyayi Jelantik dari Blahbatuh sebagai utusan Dalem Waturenggong di Gelgel, dengan demikian dapat disebutkan bahwa Dukuh Jumpungan , Sri Aji Dalem Sawang, Ratu Mecaling, Sri Aji Dalem Dukut atau di sebut juga Dalem Bungkut atau Dalem Miukut adalah Raja atau penguasa Nusa pada jaman kuna.
Sejarah Nusa ini saya dapatkan dari buku yang berjudul Sejarah Nusa dan Pura Dalem Ped karangan Drs. Wayan Putera Patra.
Di kabupaten klungkung, tepatnya di kecamatan Nusapenida terdapat suatu banjar yaitu banjar Jurangpahit, Desa Kutampi yang merupakan tempat kelahiran saya. Tidak ada yang tahu asal mula banjar ini tp menurut tokoh adat, banjar ini ada jauh sebelum zaman penjajahan. Di banjar Jurang pahit ini hampir tidak memiliki kesenian khas. di banjar ini terdapat suatu organisasi yang dsebut dengan sekehe yang sudah ada sejak dulu yang merupakan warisan dari nenek moyang. Jadi istilahnya kami ini hanya mewarisinya saja. Adapun tujuan dari organisasi ini adalah untuk memudahkan segala bentuk aktivitas dari masing – masing anggota sekehe itu sendiri misalnya pada saat salah seorang dari anggota sekehe mengadakan suatu upacara pernikahan ataupun upacara lainnya. Organisasi ini merupakan sekumpulan orang – orang yang sudah berkeluarga yang tentunya dengan suatu pertimbangan – pertimbangan tertentu dari anggota lainnya. Sedangkan bagi masyarakat yang belum menikah khususnya yang dari umur 17 tahun juga membentuk suatu organisasi yang di sebut sekehe truna yang bernama ST.eka satya laksana dharma atau disingkat eksala dharma. ST eksala dharma ini berdiri sejak tahun 1982 tepatnya tanggal 22 juni. Sampai tahun 2010 tercatat jumlah anggotanya adalah 125 orang. Dalam perjalanannya baik sekehe banjar atau sekehe truna telah memileki cukup banyak prestasi baik dtingkat kabupaten maupun propensi,diantaranya yakni pada tahun 2001 banjar jurang pahit dpercaya sebagai duta kabupaten klungkung untuk mengikuti lomba gong kebyar dewasa yang pada waktu itu mendapatkan juara favorit. Kemudian pada tahun 2003 kembali dpercaya sebagai duta kabupaten klungkung untuk mengikuti lomba gong kebyar anak – anak. Pada tahun 2007 banjar jurang pahit menjadi duta kecamatan Nusapenida untuk mengikuti lomba sekehe truna tingkat kabupaten dan mendapat juara 1(satu) yang akhirnya dpilih menjadi duta kabupaten klungkung untuk mengikuti lomba sekehe truna dtingkat propensi dan berhasil mendapat nomer 4(empat). Pada thun 2007 banjar jurangpahit jg dpercaya sebagai duta kabupaten klungkung parade gong kebyar wanita.
kalau dlihat dari letak nya banjar ini berada di sebelah utara pulau nusapenida yaitu kira – kira 3 km dari pusat kota nusapenida. Sama halnya seperti banjar – banjar lainnya di Bali,Banjar jurang pahit juga memiliki pura dalem,puseh,serta kuburan. Khususnya untuk sekehe truna adapun kegiatan rutin yang dilakukan misalnya pembuatan ogoh – ogoh setiap perayaan nyepi. Kedepannya di harapkan baik sekehe banjar maupun sekehe truna di harapkan lebih meningkatkan eksistensi dan kreativitasnya kecamatan,kabupaten bahkan yang lebih tinggi dari itu.
Identitas
Nama : I Nyoman Kartiasa
Nim : 201002045
Jurusan : Seni Karawitan
Fakultas : Seni Pertunjukan
Alamat : Batuaji, Gang keprok, Batubulan, Gianyar
Tempat/Tgl : Br. Jurang pekik, DS. Kutampi, Nusa panida, Klungkung/ 25-11-1985
Telepon : 081936023088
Hobby : Main musik, Football
Jnis kelamin : Laki – Laki
Agama : Hindu
Status : Belum nikah