Salang Cili

Mei 15th, 2018 — 12:08pm

Sumber dari: https://goo.gl/images/ytvPme

Salang cili merupakan salah satu pernak pernik bali yang terbuat dari uang kepeng asli bali. Salang cili biasanya digantung di ujung atau di siku siku atap. Salang cili pada umumnya berbentuk seperti layaknya manusia. Dimana jika di bayangkan saat salang ini terhembuskan oleh angin terlihat salang cili ini menari sesuai dengan alunan angin teraebut. Dimana estetika dari salang cili ini tak bisa ternilai dengan apapun, dikarenakan estetika bersifat kualitas bukan kuantitas. Namun pesan dari salang cili tersebut sangat harmonis dengan hembusn angin tersebut. Maka dari itu, secara tidak sengaja keluarlah kata seperti “menarilah dengan angin”

Comment » | Tak Berkategori

Balaganjur “Bedahulu” Sanggar Rare Angon Bangli

April 7th, 2018 — 12:04pm

YouTube Preview ImageBalaganjur merupakan sebuah barungan gamelan bali yang intonasi lagunya penuh dengan semangat. Dimana balaganjur disajikan pada saat mengiringi Ida Bhatara Melasti, mengiringi upacara mecaru, mengiringi wadah/bade saat pelebon, dll hingga fungsi dari gamelan balaganjur itu sudah berkembang pesat di jaman sekarang sampai adanya audisi balaganjur baik di desa maupun diajang Pesta Kesenian Bali. Didalam balaganjur untuk mengiringi melasti ada yang menggunakan reong 4 dengan ponggang 2, dan ada juga yang menggunakan reong 8 tanpa mengurangi estetika. Ini merupakan salah satu karya balaganjur dari sanggar rare angon yang menggunakan reong 8. Balaganjur ini berjudul bedahulu. Berdasalkan judulnya bedahulu yang artinya beda yang artinya lain, hulu artinya kepala. Dari situ komposer memikirkan bagaimana cara untuk mempersatukan kepala atau pemikiran yang beda didalam satu barungan gamelan agar dapat menyamakan pikiran tersebut. Didalam barungan gamelan yang digunakan dalam balaganjur ini anatara lain:
– gong lanang dan wadon
– 1 kempur
– 1 bende

– 1 kajar

– 1 kempli
– 8 reong (dari nada ndeng hingga ndang tinggi)
– 8 cakep ceng ceng
– 8 buah suling
– 1 pasang kedang lanang dan wadon

tujuan dari gending ini digunakan untuk:
– Melasti
– Nyegara gunung
– Ngening
– Dan banyak kegiatan upacara lainnya.

2 comments » | Karya

Anggapan Seniman Muda tentang Tabuh Petegak

Maret 26th, 2018 — 4:54pm

 

Beberapa pendapat seniman muda tentang tabuh petegak
Menurut hasil wawancara penulis YouTube Preview Image_ada beberapa pendapat seniman muda tentang definisi tabuh petegak.
Menurut I Wayan Ari Widyantara: tabuh petegak merupakan ciri-ciri bahwa suatu pementasan akan dimulai atau bias juga diartikan sebagai kata pengantar untk menandakan acara itu akan mulai. Jika tabuh petegak itu tidak ada, maka pementasan itu mungkin kurang diperhatikan karena hal yang membuat perhatian itu tertuju pada panggung itu tidak ada. Mnurut dia tabuh petegak itu harus ada, karenajika tidak ada tabuh petegak , maka pementasanpun kurang mendapatkan perhatian “yen anak ngoaang tabuh petegak to mincing anake pang teke mebalih” (bahasa Bali). Sama halnya apabia ada sesuhunan mesolahan pasti ada tabuh petegak, sama halnya dengan di Daerah Sanur ada yang disebut dengan petangian bebarongan.
Menurut I Putu Arya Deva Surya Negara: tabu petegak ini sering ali disebut dengan tabuh pembuka, mengawali, dan memulai. Didalam konteks sebuah pertunjukan dari kata petegak, kata dasarnya yaitu tegak merupakan kata pasif. Lalu mendapat imbuhan “pe” supaya menjadi kata aktif atau sifat hingga menjadi petegak. Petegak artinya sifat untuk duduk. Mungkin menurut dia analoginya sewaktu ingin duduk itu ada lagu atau gendingnya. Seperti layaknya mengiringi ritul, jadi untuk mngawali ritual tersebut digunakanlah tabuh petegak ini. Dalam konteks lelambatan sekatian, biasanya diawali dengan gineman instrument tromping. Sebagai tanda jika juru tromping itu rajin, karena sekaa yang ain belum dating jadi si juru terompong yang mengkoordinir temannya._

5 comments » | Tak Berkategori

Baleganjur “Kasmaran”

Maret 12th, 2018 — 11:48pm

Kasmaran

kasmaran merupakan salah satu karya baleganjur dari sanggar Rare Angon Br. Blungbang, Kawan, Bangli. karya ini diciptakan berdasarkan bagaimana kisah percintaan sepasang manusia yang sedang menggebu-gebu. dimana dari karya ini menceritakan banyak tantangan dalam bercintaan, dari hal kecil yang di pandang sebelah mata hingga menimbulkan pertengkaran sampai pahala dari pertengkaran atau ujian percintaan itu selesai dan cinta itulah besemi dengan saling mengisi antara yang pria dan wanita.

disini dapat kita simpulkan bahwa, dengan perbedaan jenis kita harus bisa saling mengerti dan mengisi.

YouTube Preview Image

2 comments » | Tak Berkategori

Sejarah Senjata Belida di Bangli

Maret 11th, 2018 — 1:39pm

a. RITUAL YANG DILAKSANKAN

Puri Agung Bangli, Kabupaten Bangli menggelar ritual pamelaspas dan passupati salah satu senjata pusaka peninggalan kerajaan Bangli yang berupa Belida. Setelah upacara pamlaspasan dan pasupati ini, Ida Bhatara Pasupati nyejer selama sehari di Puri Rum. Keesokan harinya dilaksanakanlah serangkaian tradisi mapeed, Ida Bhatara Pasupati akan diiring dan turut nyejer serangkaian piodalan di Pura Kehen Bangli selama tiga hari mendatang. Setelah mesineb rencananya Ida Bhatara Pasupati akan dipendak , untuk selanjutnya disineb kembali di Puri Rum, Puri Agung Bangli. Memohon taksu di Pura Kehen, memohon kepada Beliau agar diberikan perlindungan serta kemakmuran. 

b. SEJARAH BELIDA

Belida dibuat oleh internal puri namun mendatangkan pande emas, yakni Pande Diksa dari Kelurahan Cempaga, Kecamatan Bangli. “Belida berlapis emas, jadi kami meminta bantuan seorang pande”.

Belida terbuat dari kayu merbau. Bentuknya semacam alat tenun dengan ukuran sekitar 1 (satu) meter dihiasi dengan emas seberat 75 (tujuh puluh lima) gram.

Diakui pengerjaan tidak terlalu lama, hanya satu bulan. Agung Ardanatha yang juga mantan anggota DPRD Bangli, mengaatkan, pemlaspasan ini bertujuan untuk penyucian dan menjaga kesakralan senjata pusaka tersebut. “Pasupati merupakan proses sakralisasi benda-benda sebagai permohonan yang ditunjukan kepada Sang Hyang Pasupati”, jelasnya.

Setelah upacara pamlaspasan dan pasupati ini, Ida Bhatara Pasupati nyejer selama sehari di Puri Rum. Keesokan harinya dilaksanakanlah serangkaian tradisi mapeed, Ida Bhatara Pasupati akan diiring dan turut nyejer serangkaian piodalan di Pura Kehen Bangli selama tiga hari mendatang. Setelah mesineb rencananya Ida Bhatara Pasupati akan dipendak , untuk selanjutnya disineb kembali di Puri Rum, Puri Agung Bangli. Memohon taksu di Pura Kehen, memohon kepada Beliau agar diberikan perlindungan serta kemakmuran.

c. YANG MENGGUNAKAN SENJATA BELIDA

Pasemeton Puri Agung Bangli adalah Puri Denpasar, Puri Soka Dawanan, Puri Soka Kanginan, Puri Kilian, Puri Kawan Tanggu, Puri Siyulan, Puri Kelodan serta Puri Penida. Berdasarkan cerita turun-menurun, Belida atau semajam alat tenun ini diperoleh Ratu Bangli yang bergelar Dewa Ayu Den Bencingah, setelah mendapat wahyu saat beryoga di Pura Kehen Bangli untuk mengusir musuh sekitar tahun 1700-an silam.

Saat itu, kerajaan Bangli sempat diserang dan diduduki oleh musuh dari kerajaan musuh. Namun berkat wahyu yang diterima Raja Bangli setelah bersemedi di Pura Kehen , dalam hitungan sehari hanya dengan menggunakan senjata Belida tersebut, Raja bersama pasukan berhasil menguasai dan merebut kembali kerajaan Bangli hingga sekarang.

d.  WAHYU YANG DITERIMA RAJA BANGLI     

Wahyu yang diterima Raja Bangli saat itu, Bangli tidak akan kalah selama bukit Bangli tidak runtuh dan menimpa Pura Kehen Bangli. Oleh karena itu, senjata pusaka tersebut sangat disucikan dan disakralkan hingga sekarang oleh krama adat Puri Agung Bangli dan disungsung dengan gelar Ida Bhatara Pasupati

Diyakini keberadaan pusaka tersebut akan bisa membawa kebaikan dan sebagai tonggak untuk menjaga keamanan dan kenyamanan masyarakat Bangli pada umumnya.

4 comments » | Tak Berkategori

Back to top