Reyong adalah salah satu instrumen yang berbentuk pencon/bermoncol. Umumnya reyong dibuat dari bahan kerawang (campuran timah murni dan tembaga) namun ada juga yang dibuat dari bahan besi atau pelat. Warna pencon reyong umumnya berwarna keemasan tergantung bahan yang digunakan untuk membuat reyong tersebut. .
Satu pencon reyong hanya dapat menghasilkan satu nada saja, sehingga pada sebuah instrumen gamelan, satu tungguh reyong terdapat beberapa pencon reyong menyesuaikan dengan banyak nada yang digunakan oleh instrumen gamelan tersebut. Tinggi rendahnya nada yang dihasilkan sebuah pencon reyong ditentukan oleh besar kecil pencon dan cembung cekungnya pencon reyong. Semakin besar pencon reyong maka semakin rendah nada yang dihasilkan, dan semakin cembung pencon reyong maka semakin rendah nada yang dihasilkan
Pada gong kebyar, satu tungguh reyong menggunakan dua belas pencon reyong dengan wilayah nada 3 oktaf, dengan susunan nada dari nada ndeng, ndung, ndang, nding, ndong, ndeng, ndung, ndang, nding, ndong, ndeng, dan ndung. Dua belas pencon reyong tersebut diletakan pada sebuah penyangga yang biasa disebut “Pelawah”. Semua pencon reyong tersebut diikat dengan tali pada lubang “gegorok” (lubang yang ada pada bagian bawah pencon). Penempatan nada-nada reyong berjejer dari nada rendah ke nada tinggi (dari kiri ke kanan), sesuai dengan ukurannya besar ke kecil (nirus).
Pelawah dibuat dari bahan kayu yang dirangkai berbentuk memanjang menyerupai balok dengan kaki yaitu pada samping kiri, kanan, dan tengah. Pada bagian atas diisi sekat-sekat yang lebarnya disesuaikan dengan ukuran pencon masing-masing nada untuk meletakkan reyong agar tidak berpindah-pindah ketika dimainkan. Tinggi pelawah disesuaikan supaya dapat dimainkan dengan senyaman mungkin, pada umumnya tinggi pelawan sekitar +40cm.
Penyangga dibuat sedemikian indah dari segi bentuk, dan warna. Sisi kanan dan kiri yang langsung menjadi bagian kaki dibuat dengan menyerupai gapura melengkung dari bagian tengah hingga bagian atas, sama seperti kaki pada bagian samping, kaki tengah dibuat dengan bentuk gapura juga. Diukir dengan ukiran-ukiran khas bali misalnya motif wajah rangda. Pada bagian depan juga diukir dengan ukiran bunga. Ukiran-ukiran diwarna sedemikian indah, kebanyakan menggunakan cat prada (cat warna emas) dengan cat dasar warna merah.
Reyong dimainkan dengan cara dipukul menggunakan teknik khusus permainan reyong. Pada gong kebyar, Reyong dimainkan oleh empat orang penabuh masing-masing mempergunakan dua buah panggul pada tangan kanan dan kiri. Setiap pemain reyong memiliki wilayah nadanya masing-masing sesuai dengan teknik pukulan yang dimainkan.
Instrumen reyong dimainkan dengan cara di pukul oleh empat orang pemain dengan menggunakan dua buah panggul yang di pegang dengan tangan kanan dan kiri. Nada pada instrument ini terdiri dari nada ndeng, ndung, ndang, nding, ndong, ndeng, ndung, ndang, nding, ndong, ndeng, ndung.
Keempat orang pemain ini dinamakan :
– Penyorag
– Pengenter
– Penyelah
– Pemetit
Adapun jenis pukulannya adalah
Pukulan Ngeremteb
Salah satu pukulan reyong yang lebih mendominasi pada pukulan ritme ketimbang mementingkan nada. Nada yang ditimbulkan dapat berbeda antara nada yang satu dengan nada yang lainnya. Suara yang ditimbulkan adalah suara mati dan suara hidup atau yang sering disebut dengan nada ngelumbar.
Pukulan nerumpuk
Salah satu teknik dalam permainan reyong dengan cara memukul satu pencon atau satu nada dengan tangan kanan dan kiri secara beruntun. Teknik nerumpuk ini bias dilakukan oleh ke empat pemain reyong.
Pukulan norot
Salah satu nama dari teknik pukulan instrument reyong yang dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
Norot cepat (gencang) adalah teknik ini dilakukan oleh salah satu pemain reyong yang disebut dengan penyorag dengan memukul pencon menggunakan tangan kanan dan tangan kiri yang memukul sambil menutup dan dengan pelaksanaan yang bergantian namun yang lebih dominan adalah pukulan pada tangan kanan.
Norot pelan (adeng) adalah pukulan tangan kanan dan tangan kiri salah satu pemain (penyorag) yang memukul sambil menutup/nekes dimana pelaksanaanya bergantian.
Pukulan memanjing
Pukulan pada permukaan reyong yang sering disebut dengan “lambe” dengan memukul memakai tangan kanan dan kiri secara bergantian pada saat akan melakukan aksen atau angsel-angsel.
Pukulan ngubit
Ubit-ubitan adalah sebuah teknik bermain gambelan yang dihasilkan oleh perpaduan antara pukulan polos dan sangsih yang menimbulkan suara yang saling berkaitan. Pukulan ini biasanya juga disebut dengan istilah inter loking. bapak Dr. I Made Bandem menyebutkan bahwa ada beberapa jenis ubit-ubitan.
Pukulan beburu
Pola salah satu pukulan reyong yang membuat suatu pukulan yang saling berkejar-kejaran dengan nada yang beruntun kenada yang lebih tinggi. Pukulan beburu pada instrument reyong adalah memukul empat buah nada yang berbeda di pukul oleh dua orang pemain menggunakan tangan kanan dan kiri.pukulan tangan kiri penyorag drngan tangan kanan pengenter bertemu sekali dalam waktu yang bersamaan, sedangkan tangan kanan penyorag dan tangan kiri pengenter bertemu sekali tetapi tidak dalam aktu bersamaan.
Sumber : buku Mengenal Jenis-jenis Pukulan Dalam barungan Gambelan Gong Kebyar, oleh : Pande Gede Mustika, SSKar , I Nyoman Sudiana, SSKar , I Ketut Partha, SSKar , Hal : 67 – 72