Welcome To Our Site...

Fusce sed justo. Vestibulum eget pede. Pellentesque venenatis nisl et nulla. Nulla malesuada tincidunt nunc. Praesent erat diam, sollicitudin nec, egestas a, tempor et, felis. Aliquam ante lectus, vehicula ac, commodo sed, luctus a, turpis. Aliquam vehicula quam porttitor felis. Quisque metus ante, molestie sit amet, adipiscing sed, vulputate scelerisque, arcu. Nunc suscipit sem e.

April 2024
M S S R K J S
 123456
78910111213
14151617181920
21222324252627
282930  

ANSAMBLE GAMELAN JEGOG

Posted By on 12 April 2013

ENSAMBLE GAMELAN JEGOG

            Jegog adalah gamelan kas Kabupaten Jembrana. Sumber suara jegog berasal dari bilah yang terbuat dari bambu yang berbentuk tabung yang langsung berfungsi sebagai resonator. Setiap instrument memiliki 8 bilah bambu dengan nada yang berbeda, yang digantung pada pelawah menggunakan 4 kaki yang terbuat dari kayu. Bentuk tiap instrumen jegog adalah sama, yang membedakan hanya segi ukuran instrumen dan nada yang dimiliki. Semakin rendah nada yang dimiliki maka diameter dan panjang bambu pun semakin besar.

Satu ensamble gamelan jegog terdiri dari 14 buah instrumen. Adapun nama dan fungsi instrumen tersebut sebagai berikut:

  1. satu buah Patus Barangan, berfungsi untuk memulai gending, memberi aba-aba atau memimpin seluruh penabuh, pukulannya mengikuti matra.
  2. dua buah Pengapit Barangan, berfungsi untuk nyandetin Patus Barangan.
  3. satu buah Patus Kancil, berfungsi untuk memberi variasi, pepaketan, oncang-oncangan,bermain polos.
  4. dua buah Pengapit Kancil, berfungsi untuk nyandetin Patus Kancil.
  5. satu buah Patus Suir, berfungsi untuk memberi variasi, pepaketan, oncang-oncangan, bermain polos, menguatkan suasana gending karena nadanya tinggi.
  6. dua buah Pengapit Suir, berfungsi untuk nyandetin Patus Suir.
  7. dua buah Celuluk/Kuntung, berfungsi sebagai pembawa melodi.
  8. dua buah Undir, berfungsi sebagai pembawa melodi, tetapi pukulannya lebih jarang dari Kuntung.
  9. satu buah Jegog, berfungsi sebagai pembawa melodi hanya saja pukulannya lebih jarang dari Undir dan dimaninkan oleh dua orang penabuh.

Untuk mengiringi tari-tarian digunakan bebarapa instrument tambahan seperti:

  1. dua buah kendang
  2. satu buah suling
  3. satu buah tawa-tawa
  4. satu buah ceng-ceng

             Setiap instrumen memiliki 8 bilah nada dengan 2 oktaf nada dimana terdapat 4 nada dalam satu oktafnya kecuali kuntung, undir dan jegog yang hanya terdiri dari satu oktaf saja. oktaf nada setiap instrumen pun berbeda pula, mulai dari suir yang memiliki oktaf nada tertinggi, kemudian kantil 1 oktaf lebih rendah dari suir, kemudian barangan dan kuntung lebih rendah 1 oktaf dari kantil, kemudian undir lebih rendah 1 oktaf dari barangan, kemudian jegog yang memiliki nada terendah. Apabila kita perhatikan laras Jegog itu maka kita akan mendapatkan hal yang sangat unik, kita bertitik tolak pada laras pelog, akan didapatkan susunan jarak nada sebagai berikut.

  1. Dong ke deng adalah pendek.
  2. Deng ke dung adalah panjang, karena melewati satu pamero.
  3. Dung ke ding paling panjang, karena melewati nada dang dan pamero.

Dong, deng, dung, ding merupakan urutan nada Jegog yang biasa diucapkan di Jembrana. Karena keunikannya inilah laras Jegog cenderung disebut laras Pelog.

            Penataan instrumen-instrumen jegog disusun menjadi 4 barisan dengan urutan sebagai berikut:

  1. Barisan pertama terdiri dari 3 instrumen, yaitu 1 buah patus barangan di tengah dan 2 buah pengapit barangan di sisi kanan dan kiri. Patus barangan diletakkan di tengah-tengah dengan maksud agar mudah ketika memberi aba-aba.
  2. Barisan kedua terdiri dari 3 instrumen yaitu, 1 buah patus kancil di tengah dan 2 buah pengapit kancil di sebelah kanan dan kiri.
  3. Barisan ketiga terdiri dari 5 instrumen, yaitu 1buah patus suir di tengah, 2 buah pengapit suir di sebelah kanan dan kiri patus suir, dan 2 buah kuntung di sisi kanan dan kiri.
  4. Barisan terakhir terdiri dari 3 instrumen, yaitu 1 buah jegog di tengah, dan 2 buah undir di sisi kanan dan kiri.

            Dari jumlah personilnya, Jegog merupakan jenis ansamble sedang yang dimainkan oleh 15 orang. Setiap orang memukul 1 instrumen kecuali instrumen jegog, karena ukurannya yang besar mengharuskan instrumen ini dimainkan oleh 2 orang. Cara memainkan gamelan jegog adalah dengan dipukul dengan menggunakan dua buah alat pemukul/panggul yang terbuat dari kayu dengan bentuk memanjang dan pada ujungnya berbentuk bundar menyerupai roda. Khusus pada instrument jegogan, undir, dan barangan yang dipegang oleh tangan kiri, ujung pemukulnya terbuat dari bahan karet. Pemainnnya pun berdiri karena pelawahnya yang tingginya sekitar 1meter. tapi berbeda dengan  instrumen undir dan jegog, ukuran pelawahnya yang memiliki tinggi 1,5meter mengharuskan pemainnya untuk duduk di atas instrumen tersebut.

Kesenian Jegog hanyalah berupa tabuh (barung tabuh) yang fungsi awalnya sebagai hiburan para pekerja bergotong royong membuat atap rumah dari daun pohon rumbia, dalam istilah bali bekerja bergotong royong membuat atap dari daun pohon rumbia disebut “nyucuk”, dalam kegiatan ini beberapa orang lagi menabuh gambelan jegog. Dalam perkembangan selanjutnya Gambelan Jegog juga dipakai sebagai pengiring upacara keagamaan, resepsi pernikahan, jamuan kenegaraan, dan kini sudah dilengkapi dengan drama tarian-tarian yang mengambil inspirasi alam dan budaya lokal seperti yang namanya Tabuh Trungtungan, Tabuh Goak Ngolol, Tabuh Macan Putih dengan tari-tariannya seperti Tari Makepung, Tari Cangak Lemodang, Tari Bambu, sebagai seni pertunjukan wisata.

DAFTAR PUSTAKA

Rai S, I Wayan, 2001. GONG Antologi Pemikiran. Denpasar : Bali Mangsi.

http://www.babadbali.com/seni/gamelan/ga-jegog.htm

Wujud Kebudayaan dalam Kesenian Gamelan Pegambuhan di Bali

Posted By on 9 April 2013

WUJUD KEBUDAYAAN DALAM KESENIAN GAMELAN PEGAMBUHAN

DI BALI

Kebudayaan Bali adalah sebuah sistem pengetahuan dan gagasan pengatur tingkah laku yang menjadi karakter masyarakat Bali. Di antara unsur-unsur Kebudayaan Bali, kesenian menduduki peringkat yang paling menonjol, karena dalam sistem kesenian terkait dengan seluruh unsur yang lain (Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta, PT. Reneka Cipta, (2009: hlm. 164-170).

Berbicara tentang Kesenian Bali, perhatian orang tak pernah dari seni karawitan khusunya gamelan. Hal ini disebabkan karena di Bali hingga saat ini terdapat banyak jenis perangkat gamelan dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks. Salah satunya adalah gamelan Pegambuhan, gamelan yang dikatakan oleh para ahli mempunyai pengaruh yang besar terhadap gamelan-gamelan lainnya yang ada di Bali.

A.    Sekilas Tentang Gamelan Pegambuhan

I Gede Arya Sugiartha dalam bukunya yang berjudul Gamelan Pegambuhan “Tambang Emas” Karawitan Bali (2008), mengutarakan bahwa gamelan Pegambuhan lahir sebagai iringan dramatari Gambuah setidak-tidaknya pada akhir abad ke-15. Gamelan Pegambuhan termasuk ke dalam gamelan golongan madya yang ditandai dengan penggabungan yang harmonis dari beberapa jenis instrumen, dan ini memberikan bentuk yang berbeda dengan perangkat-perangkat gamelan golongan tua yang terdiri dari instrumen-instrumen yang sejenis dan jumlahnya pun tidak banyak (I Gede Arya Sugiarta, Gamelan Pegambuhan “Tambang Emas” Karawitan Bali, Denpasar, Isi Denpasar & Sari Kahyangan (2008)).

instrumen gamelan pegambuhan terdiri dari: instrumen yang sifatnya melodis seperti suling pegambuhan, dan rebab; dan instrumen yang bersifat ritmis seperti kempur, kajar, kelenang, kenyir, gumanak, ricik, kangsi, gentorag, dan sepasang kendang kerumpung (Penggolongan gamelan yaitu masa Bali kuno, Bali madya, dan Bali kuno. Lihat bukunya, I Made Bandem, Panitithalaning Pegambuhan).

Gamelan Pegambuhan oleh para ahli karawitan Bali umumnya disebut gamelan berlaras pelog 7 nada. Ketujuh nada tersebut yaitu: dong, deng, deung, dung, dang, daing, dan ding. Dari ketujuh nada tersebut dapat diturunkan  beberapa nada fungsional yang dikenal dengan istilah tetekep. Dalam suling Pegambuhan dikenal lima macam jenis tetekep yaitu tetekep selisir, tetekep tembung, tetekep sundaren, tetekep baro, dan tetekep lebeng. Variasi dalam tetekep merupakan hal yang esensial dalam gamelan Pegambuhan. setiap tetekep memiliki karakter masing-masing sebagai bahan acuan pembentukan kesan musikal yang ingin ditampilkan, terutama dalam mengiringi dramatari (I Gede Arya Sugiarta, Gamelan Pegambuhan “Tambang Emas” Karawitan Bali, Denpasar, Isi Denpasar & Sari Kahyangan (2008: hlm. 50-63)).

Berdasarkan struktur bentuk, gending Pegambuhan terdiri dari tiga bagian pokok yaitu kawitan, pengawak, dan pengecet. Struktur ini biasanya disebut dengan Jajar Pageh. Kawitan artinya awal merupakan bagian awal dari sebuah lagu. Bagian ini terdiri dari gineman dan pemalpal. Pengawak berarti badan merupakan bagian inti dari sebuah lagu. Kemudian pengecet yaitu bagian akhir dari sebuah lagu (I Gede Arya Sugiarta, Gamelan Pegambuhan “Tambang Emas” Karawitan Bali, Denpasar, Isi Denpasar & Sari Kahyangan (2008: hlm. 64)

Dalam pertunjukan dramatari gambuh, lagu Pegambuhan dikategorikan menjadi dua bagian pokok yaitu lagu pategak dan lagu iringan tari. Beberapa lagu petegak misalnya Tabuh gari, Langsing Tuban, Sumambang Bali dan sebagainya. Lagu iringan tari misalnya perong cendong untuk iringan condiong, Subandar untuk irigan Kakan-kakan, Semambang Bali untuk iringan Putri, Sekar Gadung untuk iringan arya, Bapang Gede untuk iringan Demang-Tumenggung dan sebagainya.

B.    Wujud Sistem Budaya, Sistem Sosial, Dan Kebudayaan Fisik Dalam Gamelan Pegambuhan

Sebelumnya telah kita pelajari tentang tiga wujud kebudayaan dan unsur-unsur kebudayaan yang diuraikan oleh koentjaraningrat dalam bukunya yang berjudul “Ilmu Antropologi”, dalam buku itu juga diungkap bahwa wujud kebudayaan dengan unsur-unsur kebudayaan memiliki keterkaitan, dikatakan tiap-tiap unsur kebudayaan menjelma dalam tiga wujud kebudayaan tersebut. Dengan demikian kami mencoba untuk menguraikan kesenian ke dalam tiga wujud kebudayaan tersebut.

Kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan yang sifatnya universal dapat diuraikan ke dalam sub-subunsurnya, yaitu seni rupa, seni sastra, seni pertunjukan dan sebagainya (Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta,  PT. Reneka Cipta, (2009: hlm. 150-170)). Gamelan Pegambuhan adalah salah satu bagian dari seni pertunjukan yang ada di Bali, tentu akan ada ide gagasan sebagai wujud sitem budaya, aktivitas sosial sebagai wujud sistem sosial dan peralatan fisik yang menjadi bukti fisik mengenai gamelan Pegambuhan ini. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini kami akan menguraikan lebih rinci masing-masing wujud kebudayaan dalam gambelan Pegambuhan.

 1.       Wujud Sistem Budaya Dalam Gamelan Pegambuhan

Sistem budaya berwujud sebagai ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan sebagainya. Sifatnya abstrak, tidak dapat diraba atau difoto. Lokasinya ada dalam alam pikiran masyarakat tempat budaya itu hidup.

Dalam gamelan Pegambuhan, sistem budaya ini dapat berwujud ide-ide gending sebagai perbedaharaan komposer dalam menciptakan (berkarya), gending-gending gamelan pegambuhan yang telah ada, aturan-aturan (pakem) yang berkaitan dengan komposisi gending gamelan pegambuhan, nilai-nilai dan fungsi sosial gambelan Pegambuhan bagi masyarakat itu sendiri dan sebagainya. hal itu ada dalam benak seke gambuh dan khususnya para tokoh-tokoh gamelan Pegambuhan.

 2.       Wujud Sistem Sosial Dalam Gamelan Pegambuhan

Sistem Sosial berwujud sebagai tindakan berpola dari manusia itu sendiri, terdiri dari aktuvitas-aktivitas berinteraksi, berhubungan, dan bergaul satu sama lain dari detik ke detik, dari hari ke hari, dari tahun ke tahun, selalu menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.

Dalam kaitannya dengan gamelan Pegambuhan, sistem sosial dapat berwujud serangkaian aktivitas-aktivitas berinteraksi antara seniman-seniman gamelan Pegambuhan mulai dari proses penuangan gending melalui latihan secara rutin, pementasan-pementasan dramatari gambuh dimana sudah tentu gamelan pegambuhan sebagai iringannya, penyiaran-penyiaran melalui televisi atau radio, segala bentuk respon penonton segabai bentuk apresiasi, dan aktivitas-aktivitas manusia lainnya yang berkaitan dengan gamelan pegambuhan.

Dewasa ini, beberapa sekehe gambuh yang masih aktif seperti Gambuh Pedungan,  Gambuh Batuan, Gambuh Tumbak Bayuh, Gambuh Karang Gede Nusa Penida, dan Gambuh Isi Denpasar sering diundang oleh pemerintah dalam rangka memeriahkan Pesta Kesenian Bali (PKB) yang diadakan setiap tahun pada bulan Juni dan Juli di Taman Budaya Denpasar.

 3.       Kebudayaan Fisik Dalam Gamelan Pegambuhan

Kebudayaan fisik berupa seluruh hasil  fisik dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia  dalam masyarakat. Sifatnya paling kongkret dan berupa benda-benda yang dapat diraba dan dilihat.

Dalam kaitannya dengan gamelan pegambuhan, kebudayaan fisik berwujud alat-alat sarana dan prasana terkait dengan pertujukan gamelan pegambuhan seperti semua instrumen gamelan pegambuhan (suling pegambuhan, rebab, kempur, kajar, kelenang, kenyir, gumanak, ricik, kangsi, gentorag, dan sepasang kendang kerumpung), ruang untuk pertunjukan dramatari gambuh sperti panggung dan sebagainya. Selain itu, ada benda-benda yang dibuat untuk tujuan dokumentasi gending gamelan pegambuhan dan pementasan dramatari yang berupa kaset, vcd, dvd dan sebagainya. Ada juga buku-buku yang berupa kumpulan gending-gending pegambuhan dan buku karangan para peneliti mengenai gamelan gambuh yang ditujukan sebagai sarana pendidikan kesenian dan sebagai upaya dalam rangka  melestarikan gamelan Pegambuhan.

Peranan Gamelan dalam Kehidupan Masyarakat Bali

Posted By on 9 April 2013

PERANAN GAMELAN DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT HINDU DI BALI

PENDAHULUAN

Kebudayaan Bali adalah sebuah sistem pengetahuan atau gagasan yang digunakan sebagai pengatur tingkah laku, yang hidup dan berkembang dari generasi ke genereasi, dipelajari, dipraktekkan, dihayati, dan dibanggakan. Kesenian merupakan fokus dari kebudayaan Bali, karena dalam sistem kesenian terkait seluruh unsur yang lain seperti sistem religi, sistem pengetahuan, bahasa, sistem kemasyarakatan, sistem mata pencaharian, dan teknologi (Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, 2009. Hal. 165).

Di pulau Dewata ini, kesenian tidak hanya digunakan sebagai hiburan saja, melainkan juga sebagai sarana dan pelengkap peristiwa-peristiwa ritual yang bersifat keagamaan, kebersamaan suatu komunitas, dan penunjang faktor ekonomi bagi sebagian masyarakatnya. gamelan hidup dengan subur karena dimantapkan dan dipelihara melalui dukungan sistem sosial yang berintikan lembaga-lembaga tradisional, seperti desa adat, banjar, dan berbagai jenis sekaa (organisasi profesi) (I Gede Arya Sugiartha, Gamelan Pegambuhan…: 2008. hal. 1-2).

Dalam mendiskusikan kesenian Bali, perhatian orang tak pernah lepas dari seni karawitan khususnya gamelan Bali. Hal ini desebabkan karena di Bali hingga saat ini terdapat banyak jenis perangkat gamelan dari yang paling kecil dan sederhana, hingga yang paling besar dan kompleks. Hal ini membuktikan adanya keragaman ciri, gaya, dan fungsi, juga membuktikan adanya kreatifitas masyarakat yang terus-menerus sejak masa lampau. Berdasarkan periode perkembangan budaya, para ahli menggolongkan gamelan Bali menjadi tiga kelompok yaitu: (1) Gamelan golongan tua, terdiri dari Gambang, Saron, Selonding Kayu, Gong Beri, Gong Luwang, Selonding Besi, Angklung Kelentangan, dan Gender Wayang. (2) Gamelan golongan madya, terdiri dari Pegambuhan, Smar Pegulingan, Pelegongan, Bebarongan, Joged Pingitan, Gong Gede, dan Bebonangan. (3) gamelan golongan muda, terdiri dari Pearjaan, Gong Kebyar, Pejangeran, Angklung Berbilah Tujuh, Joged Bumbung, Gong Suling, Genta Pinara Pitu, Smarandana, dan Bumbang (I Gede Arya Sugiartha, Gamelan Pegambuhan…: 2008. hal. 3).

Beragamnya barungan gamelan yang dimiliki Bali merupakan sumber inspirasi bagi kreator-kreator seni yang tak akan pernah ada habisnya. Karya-karya musik gamelan yang dibuat oleh seniman-seniman  Bali  maupun  seniman  asing  yang menggunakan  perangkat dari  gamelan Bali merupakan cermin bahwa musik Gamelan Bali bisa dibilang bersifat universal. Di dalam hal ini gamelan Bali juga memiliki ajaran moralitas dan banyak mempertimbangkan kondisi setempat, yang di Bali kaprahnya disebut dengan desa kala patra.

RUMUSAN MASALAH

Seperti yang diuraikan di atas, gamelan telah menjadi tradisi yang sejalan dengan berbagai aspek kehidupan (agama, sosial, ekonomi, budaya, pariwisata, dan lingkungan)  secara terpadu dan akrab, merefleksikan cita-cita bersama masyarakat Hindu di Bali. Terkait dengan hal itu, muncul pertanyaan-pertanyaan yang perlu dibahas sebagai berikut:

  1. Apakah fungsi gamelan dalam konteks upacara ritual keagamaan di Bali.
  2. Apakah pengaruh gamelan terhadap sistem sosial di Bali.
  3. Adakah peranan gamelan dalam konteks hubungan manusia dengan alam.
  4. Adakah peranan gamelan dalam perkembangan pariwisata di Bali.
  5. Adakah pengaruh berkembangnya gamelan terhadap sistem perekonomian masyarakat Bali.

PEMBAHASAN

Gamelan tak dapat dipisahkan dari konsep hidup orang Bali yaitu konsepsi Tri Hita Karana. Terkait dengan konsepsi Tri Hita Karana, yaitu tiga penyebab kesejahteraan materi dan rohani manusia, maka kesejahteraan adalah hasil integrasi dari hubungan harmoni dari tiga variable yakni hubungan harmoni antara hidup manusia dengan Tuhan (Parhyangan), hubungan harmoni antara hidup  manusia dengan sesamanya (Pawongan), hubungan harmoni antara hidup manusia dengan alam sekitarnya (Palemahan). Gamelan Bali pada kenyataannya sampai saat ini masih difungsikan sebagai pengiring prosesi. Gamelan ini, bila dikaitkan dalam konsep Tri Hita Karana dapat dilihat dari sudut fungsi yang di dalamnya berhubungan dengan konteks upacara ritual Keagamaan (Parhyangan), konteks sosial (Pawongan) dan konteks lingkungan (Palemahan). (Suwecaputra, ”Gamelan Bali Dalam Konteks….”, (http://blog.isi-dps.ac.id/suwecaputra/gamelan-bali-dalam-konteks-tri-hita-karana) 2012)

A.       Gamelan dalam Konteks Upacara Ritual Keagamaan (Parhyangan)

Gamelan Bali dalam konteks Parahyangan berfungsi mengiringi upacara ritual Hindu. Misalnya pada upacara Manusia Yadnya yaitu dalam upacara Mesangih (Mepandes). Gamelan Gender Wayang selalu digunakan untuk mengiringi proses upacara tersebut. Demikian juga dengan gamelan Gambang, biasanya dimainkan pada saat upacara Pitra Yadnya. Di samping gamelan gambang, juga terdapat jenis gamelan Baleganjur. Gamelan Baleganjur ini kalau kita lihat dari proses upacara Dewa Yadnya biasanya dimainkan pada  upacara Melasti. Kalau kita lihat dari proses upacara Pitra Yadnya, gamelan Baleganjur ini digunakan untuk mengiringi petulangan dalam prosesi Pengutangan bagi umat Hindu. Demikian juga halnya dengan gamelan Gong Kebyar yang kini sangat populer pada kehidupan masyarakat Bali. Selain sebagai sarana hiburan, gamelan yang tergolong baru ini juga bisa digunakan dalam mengiringi prosesi upacara Dewa Yadnya. Misalnya pada saat odalan di Pura, Gong Kebyar bisa digunakan  untuk mengiringi tari-tari wali seperti tari Topeng, tari Baris Gede, tari Rejang Dewa dan lain sebagainya. Sungguh banyak fungsi Gong Kebyar dalam kehidupan ini bila kita kaitkan dalam konteks Parhyangan.

B.     Gamelan Dalam Konteks Sosial (Pawongan)

Manusia mempunyai sifat sebagai makhluk sosial yaitu saling membutuhkan antar sesama dan manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia selalu ketergantungan dengan orang lain jika ditinjau sebagai makhluk sosial. Hubungan pawongan di sini menyangkut tentang sosial masyarakat, yang di dalamnya termuat gamelan Bali dengan berbagai fungsi kegiatannya. Salah satunya yaitu penumbuh rasa kebersamaan. Dalam memainkan gamelan, seorang penabuh dituntut keterampilannya dan mampu mengadakan koordinasi dengan penabuh lainnya, kemudian dilakukan pemahaman terhadap rasa kebersamaan dan gotong royong untuk tercapainya    penampilan yang sempurna (I Wayan Suharta, et. al., “Laporan Penelitian Gending-Gending…”. 1995).   Dengan adanya rasa kebersamaan maka akan tumbuh pula rasa persatuan. Dengan demikian, Gamelan juga berfungsi sebagai pemersatu suatu komunitas.

Gamelan Bali selalu berkembang dari zaman ke zaman melaui proses ide kreatif manusia yang selalu mempunyai sifat selalu ingin untuk mencoba. Sesuai dengan konsep pawongan, antar manusia juga bisa saling mengisi ilmu melalui gambelan Bali yang kaprahnya dilakukan oleh seniman-seniman karawitan Bali. Di sana antara manusia satu dengan yang lainnya akan saling mengisi dan menambah wawasan. Kayanya Bali akan jenis-jenis gamelan ini membuat orang asing untuk ikut serta mempelajari salah satu dari jenis gamelan Bali tersebut. Para seniman karawitan Bali bisa juga memperoleh keuntungan melalui gambelan Bali tersebut. Misalnya dalam proses mengajar orang asing, di sana akan mendekatkan hubungan kita antara manusia dengan manusia lainnya. Dengan gamelan kalau dilihat dari konteks pawongan, kita akan bisa mencari teman baru yang datang dari berbagai daerah atau negara. Sangat banyak fungsi gambelan Bali kalau kita lihat dalam konteks pawongan.

C.    Gamelan Dalam Konteks Lingkungan (Palemahan)

Kalau dilihat dari konteks palemahan, gamelan Bali dapat digunakan sebagai musik prosesi pada upacara yang ada hubungannya dalam alam semesta dan lingkungan sekitarnya. Misalnya gamelan Gong  Kebyar dan Baleganjur digunakan pada saat upacara mecaru.

D.    Gamelan Dalam Konteks Pariwisata

Bali adalah pulau yang kecil yang menjadi tujuan para wisatawan domestik maupun internasional. Dalam konteks pariwisata peran gamelan Bali sangatlah penting. Gamelan Bali bisa dipakai untuk penyajian sebuah seni pertunjukkan yang akan dipentaskan kepada wisatawan-wisatawan tersebut. Ada pula wisatawan yang datang ke Bali sengaja untuk melihat pertunjukan pementasan gamelan Bali dan sengaja datang untuk belajar bermain gamelan Bali.

E.     Gamelan Dalam Konteks Ekonomi

Seperti yang diuraikan pada poin D di atas, bahwa gamelan mempunyai peran yang sangat vital dalam perkembangan pariwisata di Bali. Hal itu membawa dampak yang luar biasa pada  perekonomian  negara  khususnya  bagi  masyarakat  Bali  sendiri,  yaitu pendapatan perkapita negara yang semula rendah menjadi tinggi akibat berkembangnya pariwisata.

Dewasa ini, gamelan telah menjadi lahan kerja bagi seniman-seniman Bali. Dalam acara-acara perlombaan gamelan maupun parade gamelan yang bergengsi seperti yang ada dalam rangkaian acara Pesta Kesenian Bali (PKB), setiap peserta selalu berusaha menunjukan penampilan yang lebih baik dari peserta lainnya dengan berbagai upaya. Salah satu upayanya adalah dengan mencari komposer-komposer yang berpengalaman dan memiliki popularitas tinggi dengan bayaran yang tinggi. Hal tersebut menyebabkan banyak bermunculan seniman-seniman profesional yang menyediakan jasa pembuatan tabuh.

 PENUTUP

Gamelan Bali adalah salah satu budaya yang diwariskan melalui tradisi secara turun-temurun yang keberadaannya tidak dapat dipisahkan dengan berbagai aspek kehidupan mulai dari aspek sosial, ekonomi, agama, pariwisata dan lingkungan. Banyaknya fungsi dan peranan yang dimiliki gamelan dalam menunjang kehidupan masyarakat pendukungnya menyebabkan gamelan terus berkembang di tengah perkembangan jaman. Fungsi dalam konteks keagamaan misalnya, gamelan digunakan untuk mengiringi pelaksanaan bebagai upacara Yadnya. Begitu juga dalam konteks sosial, memainkan gamelan dapat menumbuhkan rasa kebersamaan yang mempererat persatuan dan kesatuan suatu komunitas. Dalam konteks Pariwisata, gamelan menjadi salah satu daya tarik wisatawan asing maupun lokal dalam upaya memajukan pariwisata Bali. Dan dalam konteks ekonomi, dewasa ini gamelan telah menjadi lahan kerja bagi kalangan seniman karawitan  dengan menawarkan jasa pelatihan dan penuangan gending. Kuantitas fungsi dari gamelan ini lah yang menyebabkan gamelan telah menjadi bagian hidup masyarakat Hindu di Bali dan selalu di lestarikan sebagai tradisi dan Budaya yang adi luhung.

Tentang Saya

Posted By on 9 April 2013

Putu Bayu Angga Adi Putra,

Telp. : 087863221311

Saya biasa dipanggil Bayu atau Angga. Saya lahir di Negara pada tanggal 27 Desember 1991. Ayah saya adalah seorang petani yang bernama Suarnita dan ibu saya bernama ni Putu Ginantri. Saya anak pertama diantara tiga saudara. Saat  SD, SMP, SMK saya tinggal bersama keluarga di alamat jalan Gatot Subroto Gang 1 no 2, lingkungan Tinyeb, kelurahan Banjar tengah, Kecamatan Negara, Jembrana-Bali. SD saya di SDN 2 Kelurahan Tengah, Lulus tahun 2004. SMP saya di SMPN 2 Negara, Lulus tahun 2007. kemudian SMK di SMKN 1 Negara jurusan Akuntansi dan lulus pada tahuh 2010. Setelah lulus SMK saya melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Kini saya sedang mengambil kuliah Program Sarjana (S1) Jurusan Karawitan di Institut Seni Indonesia Denpasar.

Saya besar dalam keluarga dan lingkungan yang aktif dalam berkesenian khususnya Gamelan. Hal itu menbuat saya menjadi orang yang sangat mencintai Gamelan. Pertama kali saya belajar gamelan ketika saya duduk di bangku kelas 2 SMP. Awalnya niat saya hanya untuk sekedar mengikuti kegiatan Ekstrakurikuler, tapi semakin lama saya semakin menikmati dan rasa tertarik saya semakin dalam akan baleganjur. Saya semakin serius ketika saya terpilih sebagai tim inti ketika sekolah mengadakan seleksi penabuh yang akan dipersiapkan untuk mewakili Kabupaten Jembrana dalam Lomba Baleganjur Tingkat Provinsi Bali tahun 2006 dalam rangka Peringatan Hari Sumpah Pemuda. Sungguh bangga namun takut karena beban yang saya pikul terasa cukup berat. Itu kali pertama saya tampil di panggung pementasan. Melihat duta Kabupaten lainnya dengan skill dan penampilan yang luar biasa membuat saya merasa rendah diri. Saya sadar bahwa saya belumlah apa-apa. saya harus banyak belajar, saya pun bertekad untuk meningkatkan kemampuan saya.  Dan pPerlahan-lahan usaha saya mulai menunjukkan hasil, saya selalu terpilih sebagai tim inti duta Kabupaten Jembrana, biarpun yang ditunjuk adalah sekolah lain. Berbagai ajang perlombaan dan parade mulai dari tingkat kecamatan hingga tingkat provinsi pernah saya ikuti. diantaranya Lomba Baleganjur Tingkat SMP se-Bali dalam rangka peringatan hari Sumpah Pemuda tahun 2006, parade baleganjur pada Pesta Kesenian Bali tahun 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2012. Parade Gong Kebyar Remaja pada Pesta Kesenian Bali tahun 2010, Parade Semarpegulingan pada Pesta Kesenian Bali tahun 2012.

Masih tentang pengalaman berkesenian saya, ada banyak pengalaman lainnya yang menyenangkan dan tentunya sangat berkesan bagi saya. salah satunya ketika saya ikut serta dalam kontingen kabupaten Jembrana dalam acara Pawai Budaya rangkaian perayaan Hut. Kota Malang pada tahun 2011. saya begitu menikmatinya, mulai dari perjalanan dengan pemandangan alam yang memanjakan mata, menikmati fasilitas mewah dan menginap di Hotel Mewah. membuat saya berfikir bahwa saya orang yang beruntung menjadi seniman. Tapi sakitnya baru terasa ketika pawai berlangsung, berjalan sejauh 7 kilometer dari lapangan malang hingga stadion kanjuruhan Malang sambil memainkan baleganjur di bawah teriknya sinar matahari, tenggorokan kering, kaki babak, kilit gosong, lengkap sudah penderitaanku. cukup untuk membuat saya kapok. tapi itulah hidup, ada suka dan ada pula duka yang kita rasakan.

Saya orang yang taat beragama. berkesenian adalah salah satu jalan saya untuk mendekatkan diri dengan tuhan. salah satunya dengan ngayah. melalui ngayah kita dapat mengabdikan diri kepada tuhan. terkahir ngayah yang saya lakukan yaitu di pura Ulun Danu Batur dan Pura Besakih bersama Rombongan ISI Denpasar. Bangga rasanya dapat mengabdikan diri kepada tuhan sebagai bagian dari ISI Denpasar.

Selain berekesenian, masih banyak hal-hal lain yang saya gemari, salah satunya menggambar. saya sudah memiliki hobi menggambar sebelum saya mengenal gamelan. saya pernah meraih juara 3 dalam lomba melukis tingkat SD se-Kabupaten Jembrana.

Bagi saya kesehatan itu mutlak. olahraga adalah hal wajib. sepak bola dan jogging adalah cabang olah raga yang paling saya gemari. Saya masuk kedalam SSB (Sekolah Sepak Bola) Putra Remaja ketika saya berusia 9 tahun. Tapi Sayang niat saya menekuni olah raga Sepak Bola hanya samapi di Bangku Kelas 2 SMP. ketertarikan saya sudah beralih ke Gamelan. tapi hingga kini saya masih tetap melakukan olah raga sepak bola. hanya sekedar menjaga kebugaran tubuh.

Sebagai lulusan Jurusan Akuntansi di SMK N 1 Negara saya memiliki kempampuan di bidang administrasi Bisnis. Kenapa Akuntansi? Sebenarnya itu hanya kebetulan saja. Sedikitpun saya tidak punya rencana untuk mengambil jurusan akuntansi. Kebetulan saja, pembagian jurusan dilakukan berdasarkan Nilai Ujian Nasional. Gak peduli masuk dalam jurusan apa, dapat melanjutkan ke Sekolah Negeri saja sudah syukur. Tetapi ada banyak manfaatnya juga. Kini saya mahir mengoprasikan komputer, saya juga memiliki barbagai pengalaman kerja kantor. Mulai dari bidang pembukuan koperasi penjualan, Bidang Administrasi pengadaan Buku penunjang pelajaran SD, SMP, dan SMA pada CV Arya Rajasa. Dan pengalaman kerja paling berharga dan menyenangkan ketika saya melakukan Praktek Kerja Industri di Dinas Pendidikan, Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kabupaten Jembrana, pada Bidang Pemuda dan Olah raga sebagai operator komputer.

Tidak hanya itu, lahir di keluarga petani membuat saya biasa mengerjakan pekerjaan yang tergolong kasar. Mulai dari mencangkul sawah, menanam padi, menyabit padi, menyabit rumput untuk pakan sapi, memikul beban berat dan lain-lain. Saya tidak pernah merasa gengsi untuk mengerjakan perkerjaan seperti itu. Karna adalah mata pencaharian ayah saya, sumber penghidupan keluarga saya yang menjadikan saya hingga seperti sekarang.

Itulah sekilas tentang riwayat hidup saya. Pengalaman adalah guru yang terbaik. Belajar dari pengalaman-pengalaman tersebut, kini saya telah memilih jalan hidup saya. Saya tahu apa yang harus saya lakukan untuk meraih semua yang saya cita-citakan.

Terimakasih.