Archive for November, 2013

SEJARAH GAMELAN DI BANJAR PULUGAMBANG PEGUYANGAN

Posted in Tulisan on November 19th, 2013 by adityapratama

Gamelan di Bali sangatlah populer, khususnya gamelan gong kebyar yang muncul pada permulaan abad ke-XX, pertama kali diperkirakan muncul di daerah Bali Utara tepatnya sekitar tahun 1915 di Desa Jagaraga. Gong Kebyar sangatlah pleksibel dan mudah di pelajari oleh semua orang. Gong Kebyar juga mudah di jumpai, baik di banjar – banjar hingga ke-Kota yang terdapat di Pulau Bali bahkan sampai keluar Negeri. Sampai saat ini, Gong Kebyar di Bali berkembang sangat pesat, dan penggemarnya yaitu dari anak-anak, dewasa, orang tua, hingga digemari oleh kaum wanita yaitu Ibu PKK. Gong Kebyar di masing-masing daerah juga mempunyai karakter / ciri khas tertentu. Cirinya dapat dibedakan yaitu pada pola gending dan pukulan kendangnya. Sehingga Gong Kebyar di Bali dapat dikatakan sangat unik dan indah.

Gong Kebyar adalah sebuah barungan baru. Sesuai dengan nama yang diberikan kepada barungan ini (Kebyar  yang bermakna cepat, tiba-tiba dan keras) gamelan ini menghasilkan musik-musik keras dan dinamis. Gamelan ini dipakai untuk mengiringi tari-tarian atau memainkan tabuh-tabuhan instrumental. Secara fisik Gong Kebyar adalah pengembangan kemudian dari Gong gede dengan pengurangan peranan, atau pengurangan beberapa buah instrumennya. Misalnya saja peranan trompong dalam Gong Gebyar dikurangi, bahkan pada tabuh-tabuh tertentu tidak dipakai sama sekali, gangsa jongkoknya yang berbilah 5 dirubah menjadi gangsa gantung berbilah 9 atau 10 . cengceng kopyak yang terdiri dari 4 sampai 6 pasang dirubah menjadi 1 atau 2 set cengceng kecil. Kendang yang semula dimainkan dengan memakai panggul diganti dengan pukulan tangan.

 

 

Perkembangan gong kebyar di Banjar Pulugambang tepatnya berada di kelurahan Peguyangan Denpasar Utara sangat lah menarik, mengapa demikian? Dikarenakan asal usul gamelan yang sekarang berada di banjar pulugambang dahulunya adalah Gong gede yang berbilah 5. Asal usul gamelan gong gede inilah yang menjadi tanda tanya. Mengapa demikian? Dikarenakan menurut tiga sumber yang saya tanyakan tentang asal usul gamelan gong gede dulu yang sekarang sudah menjadi barungan gong kebyar, dua sumber menyatakan tidak tahu, dan satu sumber lagi mengatakan bahwa gamelan gong gede yang berada di banjar pulugambang dahulu adalah bukan milik banjar, melainkan milik pribadi dari beberapa warga banjar pulugambang. Beberapa anggota banjar ada yang memiliki ceng ceng kopyak, ada yang memiliki gangsa dan lain sebagaiya. Itu di gabung menjadi satu sebelum akhirnya gamelan ini di serahkan ke banjar. asal usul ini lah yang sangat menarik bagi saya.

Menurut cerita narasumber, kurang lebih sekitar tahun 1950, ketika anggota banjar menyerahkan gamelan ini kebanjar, barungan gamelan ini tidaklah lengkap, ketika gamelan gong gede ini di serahkan kebanjar, masih ada sebagian instrument yang kurang. Karena untuk kebutuhan upacara agama, banjar mendapatkan sumbangan untuk membeli instrument yang kurang tersebut dari keuntungan pemotongan padi disawah yang dimana sebagian keuntungannya di sisihkan untuk membeli gamelan yang kurang.

Gamelan gong gede ini pada waktu sudah dimiliki banjar, bilah – bilah gamelan ini pernah di curi dan ditanam di areal persawahan. Serantak warga banjar pun mencari gamelan ini. warga banjar menggunakan pancung (tombak) untuk menusuk nusuk tanah yang berada di salah satu petak areal persawahan tersebut. Dan akihirnya ditemukan kembali bilah bilah yang di curi tersebut. Sejak itu lah didirikan sekee gong yang di beri nama sekee gong Dharma Sawitra.

Sekitar tahun 1980-an sekee gong di Banjar Pulugambang mengikuti festival dan melawan sekee gong di gladag. Menurut cerita narasumber yang pada saat festival itu dilakukan di sanur tepatnya di bet ngandang, sekee gong banjar pulugambang yang bernama sekee gong Dharma Sawitra dikalahkan oleh gladag. Saat itu kordinator atau Pembina di banjar Pulugambang adalah Pak  Gede sudama.

 

Dan tidak beberapa lama setelah festival tersebut, gamelan gong gede ini di lebur dan di jadikan gong kebyar. Sebagian anggota banjar mencari kayu dan di ukir dibanjar untuk dijadikan pelawahnya. Anggota banjar menyumbangkan dana ke banjar untuk memperbaiki gamelan di banjar. Dan mereka mencarinya dari hasil penggalian dana dari hasil paceklik (pemotongan padi) dan di bantu oleh sumbangan Pemerintah Daerah Provinsi Bali dan Kota Denpasar.

Pada tahun 2002 sekee gong Dharma sawitra Banjar Pulugambang terpilih untuk mewakili kodya  Denpasar  di katagori  gong kebyar dewasa dalam ajang Pesta Keseinan Bali. Ketika itu sekee gong Dharma Sawitra mendapatkan terbaik ke dua setelah  kabupaten Gianyar.

Pada tanggal 15 September 2013 gamelan banjar Pulugambang di prada ulang karena prada yang terdahulu sudah agak memudar. Dan mendapatkan sumbangan dana dari hasil bazaar yang di adakan di banjar pulugambang

.
STRUKTUR GAMELAN DI BANJAR PULUGAMBANG SAAT INI.

  • Kendang lanang
  • Kendang wadon
  • Gangsa polos 2 tungguh
  • Gangsa sangsih 2 tungguh
  • Kantil polos 2 tungguh
  • Kantil sangsih 2 tungguh
  • Ugal 2 tungguh
  • Jublag 2 tungguh
  • Penyacah 2 tungguh
  • Jegog 2 tungguh
  • Terompong
  • Riong
  • Gong lanang
  • Gong wadon
  • Kempur
  • Bebende
  • Kajar
  • Kempli
  • Ceng-ceng ricik
  • Ceng-ceng kopyak 8 cakep

 

 

 

Fungsi gamelan di banjar Pulugambang sendiri adalah untuk mengiringi upacara agama dan untuk mengiringi pementasan atau mengiringi tari-tarian pada saat acara tertentu.

Dan sampai detik ini gamelan di banjar pulugambang masih terawat secara maximal sehingga suara gamelan ini sangat lah bagus menurut pengelingsir di banjar pulugambang.

 

 

Wawancara tanggal 25 oktober 2012

Narasumber :

  • I Made Wenten
  • Nyoman Witana
  • I Ketut Yasa