TARI CAK

Rabu, Mei 2nd, 2018

Tari cak merupakan salah satu dari tarian rakyat Bali yang merupakan peninggalan kebudayaan Pra Hindu. Pada mulanya Cak merupakan bagian dari Tari Shang Hyang (tari kerawuhan), tugasnya sebagai koor yang menyanyikan lagu-lagu pemujaan untuk mengundang turunya para leluhur (Bhatara-Bhatari) dalam pertunjukan Shang Hyang, dilakukan oleh 100-150 orang penari. Penari Cak, menyanyi dengan menyuarakan suara “ecak, ecak, ecak” yang dibawakan dengan jalinan ritmis maka dari itu, koor tersebut disebut Cak. Penyebutan nama ini disebut dengan istilah “onomatope” atau memberi nama jenis kesenian atau benda-benda lainya berdasarkan peniruan bunyinya contoh : guwak (gagak), meong (kucing), toke (tokek). Ada pandangan menarik yang perlu disimak untuk menjelaskan makna dari kata cak ini. Kata cak diambil dari bunyi cecak, binatang kecil yang suka merayap didinding atau tembok. Masyarakat bali pada umumya percaya bahwa bunyi cecak, terutama yang terdengar di tempat-tempat suci atau terdengar dari dua arah suci yaitu timur dan utara adalah pertanda baik. Dalam kehidupan sehari-hari hingga kini masih banyak masyarakat desa di Bali yang tiba-tiba menghentikan percakapan mereka jika tiba-tiba terdengar bunyi cecak sambil mengatakan “yang suci” sebagai tanda mensyukuri akan datangnya pertanda baik itu. Karena pada awalnya cak merupakan bagian dari pertunjukan tari Sanghyang, dilakukan di tempat-tempat suci seperti pura, bisa jadi bunyi cak disuarakan untuk memohon anugrah dari dewa-dewa yng berstana di tempat suci tersebut. (Dibia, 2017 : 3).  Pertunjukan Shang Hyang dan Cak berfungsi sebagai penolak wabah penyakit. Dipentaskan setiap sasih keenen (bulan ke enam pada kelender Bali), waktu pementasan ditentukan oleh seorang sadeg (orang yang sudah disakralkan).

Kini Cak telah memisahkan diri dari fungsi semula dan menjadi pertunjukan tersendiri dengan mengambil lakon dari Cerita Ramayana. Cak diduga terjadi di Desa Badulu, Gianyar (1935). Pionir yang mendorong seniman di Bedulu untuk melakukan hal ini adalah derasnya arus wisatawan yang datang ke Bali dan Cak menjadi salah satu hiburan yang paling disukai (menurut Beryl De Zoete dan Walter Sepies, dua orang penulis buku “Dance And Drama In Bali”). Hal tersebut menjadikan eksistensi Cak menjadi meningkat (popular). Sehingga, berkembanglah Cak dibeberapa tempat diantaranya :

  1. Desa Bona (1937)
  2. Kemenuh (1938)
  3. Blega
  4. Singapadu
  5. Batubulan Sumerta
  6. Dan daerah lainnya di Bali

Cak merupakan tarian yang sangat sederhana mulai dari teknik, kostum, perlengkapan maupun gerak tarinya. Penarinya terdiri dari ratusan orang laki-laki yang memakai selembar kain (kamben) yang diikatkan di pinggang, tanpa busana pada bagian atas dan memakai 3 titik putih (urna) di kedua pelipis dan kening. Tokoh-tokoh dalam cerita Ramayana menggunakan pakaian tradisional Bali. Dewasa ini kostum dari tokoh-tokoh tersebut sudah mulai dikembangkan dengan memakai gelungan, gelang kana, parba, dll, seperti pakaian wayang yang disesuaikan dengan karakter tokoh-tokohnya. Cak dipentaskan pada sebuah kalangan dimana penarinya duduk melingkar berlapis-lapis dari 5-7 lapis. Alat peneranganya adalah lampu sembe.

Pembendaharaan gerak yang digunakan adalah peniruan gerak-gerak seperti gerak api, angin, pohon nyiur melambai, tepukan tangan, gelombang air laut, meloncat-loncat atau gerak binatang dan sebagainya. Tiap gerak diiringi dengan desis atau sorak yang menggaris bawahi gerakan tersebut. Sedangkan tokoh-tokoh dalam cerita Ramayana, gerak tarinya disesuaikan dengan gerak tari wayang wong dan ada pembendaharaan gerak seperti agem, muring, tandang, tangkep, seledet, cicangan, dan lain sebagainya.

Cak memiliki jenis-jenis ritme yang dipakai dalam pementasanya dimana masing-masing jenis ritme itu memiliki fungsi yang berbeda. Jenis-jenis ritme itu dikelompokan sebagai berikut :

  1. Tabuh Cak Telu (Tiga)
  1. Cak telu dasar (polos)
  2. Cak telu penyangsih
  3. Cak telu pengilit.
  1. Tabuh Cak Lima
  1. Cak lima dasar (polos)
  2. Cak lima penyangsih
  3. Cak lima pengilit
  1. Tabuh Cak Nem (Enan) atau Cak Penyangsot
  2. Tabuh Cak Pitu (Tujuh) atau Cak Ocel
  3. Tabuh Cak Besik (Satu) atau Cak Pengerempen
  4. Tabuh Cak Ngandang (Gandul). Dilakukan oleh penari tokoh tertentu seperti Rawana dan Meganada.

Semua jenis-jenis ritme itu diikat oleh sebuah melodi yang diadopsi dari lagu-lagu pagongan, dengan bentuk ostinato (matranya terdiri dari 8 ketukan dalam setiap pengulangan). Disamping motif motif ritme diatas, Cak juga mempergunakan tembang (Chanting) seperti wirama (dipetik dari kekawin Ramayana), lagu-lagu rakyat (gending-gending Shang Hyang), dll.

Cak menggunakan Bahasa Kawi dan bahasa Bali dalam pementasanya yang digunakan oleh para tokoh seperti Rama, Rahwana, Meganada, Laksamana dan lain-lain sedangkan bahasa Bali digunakan oleh tokoh panakawan. Bahasa Bali juga berfungsi  sebagai penerjemah bahasa Kawi yang diucapkan oleh para tokoh lainya.

Dalam perkembanganya, timbul Cak versi baru gubahan dari Bapak Sardono Winanto, Kusuma, di Teges Kanginan dan Bapak I Wayan Dibia S.ST, di ASTI Denpasar. Dasar dari kreasi kedua tokoh tersebut bukan melihat tari Cak sebagai barang statis tetapi bergerak dalam satu ruangan dengan tempo dan ritme tertentu. Dalam Cak versi baru gubahan Bapak I Wayan Dibia S.ST, lebih mempertahankan nilai-nilai tradisionalnya  dan gerakannya lebih aktif yang dibuat dengan berbagai design seperti, design lantai maupun design atas. Cak ini mengambil cerita Kuntir yang merupakan bagian dari cerita Ramayana.

 

 

PUSTAKAAN :

Bandem, I Made, 1983, Ensiklopedi Tari Bali, Denpasar, Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Denpasar Bali.

Dibia, I Wayan, 2017, Kecak Dari Ritual Ke Teatrikal, Yigyakarta, Penerbit Kepel Press.

 

 

TEKNOLOGI DAN EKONOMI YANG MEMBAWA PROBLEMATIKA KESENIAN DI DESA ADAT SEMINYAK

Kamis, Maret 8th, 2018

 Kebudayaan pada umumnya dicermati oleh masyarakat sebagai tingkah laku dan pola hidup yang berisikan nilai, norma, pengertian, ilmu pengetahuan, rerigius, struktur sosial dan nilai lainnya sebagai wujud intelektual sehingga menjadi identitas atau ciri khas suatu masyarakat dan kemudian diteruskan secara turun temurun dari satu generasi kegenerasi lain. Beraneka ragam kebudayaan dapat kita jumpai didunia, seperti salah satunya kebudayaan Bali. Berbagai jenis kebudayaan hadir dalam kehidupan masyarakat Bali. Jenis kebudayaan tersebut biasanya berupa hasil dari kesepakatan masyarakat Bali berupa rumah adat, pakaian adat, tarian tradisional, musik tradisional, upacara dan adat istiadat. Dalam adat istiadat disetiap daerah di Bali, pasti memiliki unsur-unsur kebudayaannya masing-masing yang berbeda dari daerah lainya. Salah satu contonya adalah Desa Adat Seminyak dengan unsur-unsur kebudayaanya meliputi bahasa yaitu bahasa Bali, kepercayaan Agama Hindu, teknologi, ekonomi, kesenian, pengetahuan dan organisasi.
Dari ketujuh unsur tersebut, hal yang menarik adalah Desa Adat Seminyak hadir dengan perbedaan kehadiran teknologi dan ekonominya, dimana kedua unsur tersebut merubah paradigma atau sudut pandang pemikiran masyarakatnya. Ironisnya, kedua unsur tersebut justru menghasilkan suatu masalah pada salah satu unsur lainnya, yaitu kesenian di Seminyak. Dengan adanya kemajuan pesat dari segi pengetahuan dan teknologi di Seminyak, yang mempermudah ruang gerak masyarakat untuk memperoleh informasi-informasi dari berbagai media didunia. Hal tersebut menyababkan pola pikir dan sudut pandang masyarakat Seminyak semakin maju sehingga, kehidupan masyarakat sangat terbantu bahkan sistem ekonomi mulai melonjak naik akibat dampak pariwisata yang selalu di expose menggunakan bantuan teknologi. Jika melihat struktur pariwisata, tidak hanya persoalan alam yang dikomoditi, dijual atau diberi harga, namun sesungguhnya jenis kesenian juga merupakan suatu hal yang dapat pula dikomoditikan sebagai tawaran untuk meningkatkan perkembangan dalam bidang pariwisata. Dengan kapasitas dan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat Seminyak, tingkat kesenian di Seminyak seharusnya semakin berkembang. Struktur kesenianya pun juga seharusnya mampu melonjak dan menyamai desa lain yang ada di Bali. Jika dilihat secara realita kesenian Desa Adat Seminyak justru tidak mengalami perkembangan yang signifikan.
Hal ini merupakan dampak negatif dari pengaruh globalisasi di Desa Adat Seminyak. Perkembangan ekonomi masyarakat di Seminyak, dewasa ini tergolong mapan dan sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Hampir sebagian besar masyarakat dan juga anak-anak di Seminyak terjebak dalam pengaruh dan tawaran teknologi yang menggiurkan. Menggiurkan dalam artian kemudahan mengakses apapun dengan menggunakan teknologi, contohya masyarakat dapat berinteraksi dengan banyak orang tanpa harus keluar rumah melalui dunia maya atau media sosial, begitu juga anak-anak yang terjebak dalam asiknya bermain game online yang menyebabkan mereka terlalu asik dengan dunia mereka sendiri dan enggan untuk ikut dalam kegiatan-kegiatan sosial. Hal tersebut dikarenakan peyalahgunaan perkembangan teknologi dan penggunaanya yang terlalu berlebihan. Karena perkembangan teknologi dan ekonomi yang mapan, semua hal menjadi serba praktis dan semua hal dinilai dengan uang. Hal ini menyebabkan kesadaran akan pentingnya interaksi sosial mulai berkurang sehingga, masyarakat enggan melakukan sesuatu hal yang merepotkan dan lebih memillih cara praktis. Akibatnya, interaksi sosial semakin jarang terjadi dikalangan masyarakat. Interaksi sosial yang dimaksudkan adalah kegiatan-kegiatan sosial seperti pesraman untuk pelatihan menabuh dan menari bagi anak-anak atau kegiatan-kegiatan untuk mengembangkan dan pelestarian kesenian mulai berkurang karena mayoritas masyarakat Seminyak lebih terpacu untuk mengikuti perkembangan zaman dengan gaya hidup glamour tetapi tidak menghiraukan dampak negatif yang akan terjadi dimasa yang mendatang. Hal ini yang menyebabkan terpuruknya kesenian di Desa Adat Seminyak. Fenomena tersebut menjadikan dasar pemikiran untuk melakukan pengkajian mengenai unsur-unsur kebudayaan di Seminyak agar dapat mengetahui perkembangan ataupun kemunduran dari unsur-unsur kebudayaan tersebut sehingga, dapat menginspirasi para pembaca khususnya masyarakat Seminyak agar semua unsur-unsur kebudayaan itu diperhatikan kembali dan masalah dari terpuruknya kesenian di Seminyak dapat diatasi.

 

ANTROPOLOGI BUDAYA

Antropologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang manusia secara menyeleluruh berbagai jenis manusia tetapi juga mempelajari semua aspek daripada manusia dan pengalaman-pengalamannya. Sedangkan kebudayaan adalah suatu kebiasaan, pola-pola pemikiran atau kelakuan yang dimiliki bersama oleh suatu kelompok masyarakat, di peroleh dengan proses belajar, memiliki batas-batas yang disesuaikan dengan keadaan masyarakatnya dan dapat berubah seiring dengan berjalanya waktu. Maka dari keterangan tersebut menyimulkan bahwa, antropologi budaya merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang seluruh aspek yang dimiliki manusia termasuk kebudayaan yang dimiliki manusia tetapi dalam antropologi budaya, ia membatasi dirinya hanya sebagai ilmu yang mempelajari aspek-aspek kebudayaan yang dimiliki manusia. Diddalam antropologi budaya terdapat suatu paham yang memelajari tentang unsur-unsur kebudayaan yang akan dibahas di sub bab berikutnya yang wilayah observasinya di Desa Adat Seminyak.

DESA ADAT SEMINYAK DAN UNSUR-UNSUR KEBUDAYAANYA

Seminyak merupakan sebuah desa yang menjadi destinasi pariwisata yang banyak didatangi oleh wisatawan local maupun domestic. Desa Adat Seminyak terletak di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, Indonsia. keindahan alam berupa pantai seminyak yang Seminyak yang berasal dari kata “Sami” dan “Nyak” yang artinya semua mau atau kekompakan dan solidaritas masyarakat Seminyak yang tinggi dalam pembagunan dan kegiatan sosial di Desa Adat Seminyak. Mayoritas masyarakat Seminyak saat ini adalah pengusaha dibidang jasa pariwisata seperti, mengkelola villa, restauran, resort, spa, transportasi untuk wisatawan. Jelas terlihat pergeseran yang terjadi dalam proses mata pencaharian masyarakat di Seminyak yang dahulunya sebagian besar profesinya adalah sebagai petani dan nelayan.

TEORI EVOLUSI BARU

Pada tahun1930-1an Leslie A. White “menyerang” aliran Boas yang menekankan pada sejarah local yang mendetail dan “mendewakan” teori evolusi sari Morgan dan Tylor. Pandangn White segera diberi nama “aliran evolusi baru”. Ia sendiri menolak julukan tersebut dan menekankana bahwa pendekatanya tidak menimpang jauh dari apa yang dikemukakan dari abad ke-19. White berpendapat bahwa dia tidak menambahkan apapun yang baru pada pendekatan Morgan dan Tylor, teori-teorinya lebih menditail, terutama karena lebih banyak yang diperolehnya. Apa yang White tambahkan pada pendekatan evplusi klasik, adalah suatu konsep mengenai kebudayaan yang dianggap sebagai suatu sistem penggarapan energi atau kekuatan (energy capturing). Menurut “hukum dasarnya” tentang evolusi kebudayaan White mengatakan sebagai berikut : factor-faktor lain tetap saja, namun kebudayaan berkembang bila kadar energi yang tersedia pada setiap orang (per capita) dalam setiap tahun bertambahatau bila efiensi dari cara-cara energy meningkat. Dengan kata lain, suatu teknologi yang lebih maju memberi kepada manusia energi yang lebih banyak ( energi manusia, hewan, matahari dan sebagainya)dan hasilnya adalah kebudayaan manusia berkembang dan berubah. (Ihromi, 1990 : 64). Menggunakan pendekatan White tersebut, penulis akan mengkaji Desa Adat Seminyak dengan unsur budaya berupa teknologi yang secara gambling jelas terlihat perubahanya dan sangat berpengaruh pada unsur-unsur kebudayaan lainya seperti ekonomi dan kesenian.

TEKNOLOGI DI DESA ADAT SEMINYAK

Teknologi mulai masuk pertama kali di Desa Adat Seminyak dengan menggunakan pariwiasata sebagai pondasinya, dimulai dari tahun 1971, yang pada saat itu Hotel Dhyana Pura hadir sebagai salah satu kemudahan sistem komputerisasi dalam pengembangan mata pencaharian di Desa Adat Seminyak yang dahulunya mata pencaharian dominan masyarakat seminyak bertani, kini begitu masuknya teknologi awal berupa pemahaman komputer di hotel Dhyana Pura, banyak masyarakat yang mulai belajar untuk menggunakanya, sehingga secara perlahan-lahan kehidupan masyarakat Desa Adat Seminyak mulai kearah yang lebih modern. Pada tahun 1999 kemunculan Hand Phone menjadi salah satu sarana yang wajib dimiliki oleh masyarakat Seminyak, karena melalui Hand Phone dan Fax, mereka menyadari kemudahan dalam berkomunikasi dalam berbisnis. Pada tahun 2005 perkembangan dari Hand Phone sangat terlihat perkembanganya di Seminyak, yaitu dengan kemunculah Hand Phone bercamera. Kemunculan tersebut disambut dengan baik oleh masyarakat seminyak sehiinga hamper sebagian besar masyarakaat seminyak memiliki perangkat teknologi ini karena gaya hidup yang selalu mengikuti perkembangan zaman yang terus menuju ke era modernisasi. Masyarakat menyadari dengan hadirnya Hand Phone berkamera, fungsinya lebih menarik dari Hand Phone sebelumnya yaitu mempermudah kebutuhan dalam pesan gambar dan tak jarang juga digunakan sebagai sarana dokumentasi. Pada tahun 2007 perkebangan teknologi begitu pesat yaitu munculnya teknologi Hand Phone dengan jangkauan internet didalamnya dan muncul media sosial yang yang bisa diakses melalui Hand Phone. Masyarakat sangat antusias dalam menyambut perkembangan teknologi itu dan dengan waktu singkat, sebagian besar masyarakat sudah memanfaatkan dam memiliki teknologi tersebut seperti Facebook, kemunculan internet, madia sosial yang mudah diakses melalui Hand Phone merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh masyarakat, sehinga suatu media sosial seperti Facebook menjadi sangat popular dalam waktu singkat dikalangan masyarakat Seminyak terutama anak muda dan tak jarang masyarakat Seminyak menggunakanya sebagai media bisnis dan untuk mengekspose berbagai hal yang berhubungan dengan pariwisata seperti mengekspose keindahan alam pantai seminyak dalam media sosial, sehingga dapat menari minat wisatawan untuk datang dan berwisata ke Seminyak. Selanjutnya pada tahun 2011 muncul lagi suatu media sosial yang lebih menarik dari facebook yaitu Instagram yang sangat cepat populer dikalangn masyarakat Seminyak. Fungsinya juga untuk membantu media bisnis dengan mempromosikan pariwisata melalui Instagram yang dilakukan dengan cara meng ekspose gambar-gambar dan sekaligus memberikan keterangan yang menarik untuk mempromosikan pariwisata dan menarik lebih banyak minat wisatawan untuk berwisata ke Seminyak. Begitu pula pada tahun2016 hingga saat kini, tentuya disetiap Desa pasti ada organisasi-organisai para pemimpin dan perangkat Desa. Kemajuan teknollogi pada tahun tersebut diatas sangat membantu masyarakat dalam bidang berkomunikasi dengan organisai-organisasi karena kemunculan Whatsapp. Didalam Whatsapp kemudahan berkomunikasi itu ditunjukan degan akses group yang dapat memuat suatu organisasi dan banyak akun didalamnya sehingga jika masyarakat ingin menyampaikan sesuatu mereka hanya cukup memberi informasi sekalli saja dalam group Whatsapp terssebut dan informasi dapat diketahui oleh semua orang dalam suatu organisasi yang tergabung pada group tersebut tanpa harus menghubunginya satu persatu. Maka dari itu kemajuan teknologi ini sangat dinantikan dan akan disambu dengan baik oleh masyarakat karena dapat dibantu untuk mempermudah segala aktifitas dan mengingat juga teknologi yang membantu masyarakat di Seminyak dalam pengembangan bisnisnya.
Kemajuan teknologi sangat berperan besar dalam kelangsungan kehidupan masyarakat di Seminyak. Dengan perkembangan teknologi juga berpengaruh pada keadaan ekonomi masyarakat Seminyak yang semakin meningkat. Karena kemajuan ekonomi yang dialami masyarakat seminyak yang kini ekonomi masyarakatnya tergolog mapan maka dibentuklah suatu lembaga desa yaitu LPD oleh desa adat seminyak pada tahun 1998 yang bertujuan untuk mengelola keuangan dan penghasilan Desa, mengelola keuangan dan ekonomi masyarakatnya sehingga masyarakat seminyak dapat hidup dengan sejahtera. Dalam kinerjanya, LPD juga sangat dibantu dengan hadirnya teknologi sehingga terlihat beberapa perkembangan teknologi dari awal terbentuknya LPD Desa Adat Seminyak hingga kini. Pada awal terbentuknya LPD desa adat seminyak, sudah menggunakan teknologi pada kinerjanya tetapi belum seperti saat ini. Teknologi komputerisasi digunakan hanya untuk mengelola data transaksi dari nasabah dan percetakan buku tabungan masih dengan cara manual yaitu dengan cara tulis tangan. Pada tahun 2009 perkembangan teknologi mulai terlihat dengan diterapkan fungsi komputerisasi dengan maksimal dari segala aspek yang dilakukan oleh LPD mulai dari pengolahan data keuangan, pengelolaan data transaksi nasabah, percetakan buku tabungan, pengolahan data dengan menggunakan server terpusat sehingga data dapat tersimpan dengan aman dan lain-lainya. Pada tahun ini juga diterapkan teknologi CCTV di lpd guna sebagai pengamana internal dan eksterlal. Internal dimaksudkan untuk pengamanan jika kemungkinan ada pegawai yang curang dan eksternal dimaksudkan sebagai keamanan dari ancaman di luar LPD. Pada tahun 2010 juga terlihat perkembangan teknologinya yaitu penggunaan teknologi sidik jari untuk mendisiplinkan para pegawai dan teknologi mesin penghitung uang serta dilengkappi dengan sinar ultrafiolet sehinga penghitungan uang bisa lebih cepat, tepat dan terbukti keaslian dari uang tersebut dengan bantuan sinar ultrafiolet. Dan yang terakhir pada tahun 2017 hingga kini perkembangan teknologi yang dipakai sangat menarik dan modern yaitu penerapan sistem computer M-Banking pada lpd seminyak yang mempermudah masyarakat melakukan transaksi dan pengecekan saldo tabungan dimanapun, kapanpun yang dapat diakses menggunakan Hand Phone. Kian pesat perkembangan teknologi yang digunakan oleh LPD seminyak sehinga dapat mempermudah kinerjanya dan membawa pengaruh besar pada kesejahteraan masyarakat di Seminyak. Dengan bantuan LPd yang didukung oleh kemajuan teknologi mengakibatkan pesarnya kemajuan ekonomi masyarakat di Seminyak. Secara rinci akan dibahas perkembangan ekomomi masyarakat di Desa Adat Seminyak yang dapat dikatakan secara kebetulan merupakan awal mula perkembangan teknologi juga yang dimulai pada tahun 1971.

EKONOMI DI DESA ADAT SEMINYAK

 

Keadaan ekonomi di Desa Adat Seminyak sangat dipengaruhi oleh pariwisatanya. Awal masuknya pariwisata di seminyak adalah tahun 1971 yaitu hadirnya hotel Dhyana Pura di seminyak. Sebelumnya mata pencaharian dominan masyarakat di Semiinyak hanyalah sebagai petani. Dan ketika pariwisata masuk ke Seminyak tahun 1971, mata pencaharian beberapa masyarakat berangsur-angsur beralih kebidang pariwisata dengan menjadi pedagang acungan pada awalnya tetapi masih ada yang memilih mata pencahariaan menjadi petani. Pada saat itu sumber daya manusia di Seminyak masiih tergolong sedikit dan Desa Adat Seminyak belum berani mengambil tindakan untuk mengelola pariwisatanya karena sumber daya manusia yang terbatas. Dan pada tahun 1990 Desa Adat Seminyak baru mau mengambil tindakan untuk mengelola ekonominya dan pariwisata pada saat itu mulai diperhatikan. Mata pencaharian dari masyarakatnya juga sudah beralih total dari bertani ke pariwisata pada tahun ini. Karena itu untuk mengelola desa hal pertama yang dilakukan yaitu dibentuknya LPD seminyak sebagai lembaga yang akan mengelola keuangan Desa dan masyarakat pada tahun 1998. Karena peralihan mata pencaharian, masih banyak masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan karena minimnya tingkat pendidikan masyarakat seminyak. Hal ini menyebabkan pemerintah desa mengambil tindakan untuk menbuat lembaga yaitu BAPEDES yang bertugas untuk bergerak dibidang distribusi dalam pengelolaan pariwisata di Desa Adat Seminyak pada tahun 2002. Dengan terbentuknya lembaga BAPEDES di Seminyak maka munculah program Seminyak Clean yaitu dengan membentuk usaha kebersihan di Desa adat seminyak pada taahn 2002, membentuk warung-warung pantai dan pedagang acung mulai diperhatikan tahun 2008. Disamping program itu bertujuan untuk memperhatikan pariwisata di Seminyak alasan lain juga untuk membentuk lapangan pekerjaan untuk masyarakat Desa adat seminyak. Dan pada tahun 2012 Warung-warung pantai tersebut direnovasi dan menjadi seperti saat ini dan membawa pengaruh besar pada usaha pariwisata, dan ekonomi masyarakat Seminyak. Dengan dibantu dengan perkembangan teknologi, menyebabkan keadaan ekonomi masyarakat semakin maju karena dengan perkembangan teknologi yang pesat sangat membantu masyarakat untuk memperoleh informasi dan berkomunisasi dalam mempromosikan dan mengembangkan usaha pariwisatanya sehingga saat ini keadaan ekonomi masyarakat menjadi mapan.

KESENIAN DI DESA ADAT SEMINYAK

Jika dilihat pada unsur kesenian, teori evolusi baru tidak dapat digunakan karena dalam perkembangan teknologi & ekonomi yang dalam hal ini dillihat dalam perspektif negative, justru perkembanganya membawa dampak statis pada kesenian. Hal tersebut terlihat jelas pada situasi di Desa Adat Seminyak. Anak-anak muda diseminyak lebih cenderung memanfaatkan teknologi seperti bermain game online secara berlebihan dan hanya asik pada dunianya sendiri, ketimbang melakukan aktifitas sosial seperti belajar menari atau megambel di banjar sehingga kesenian di Seminyak menjadi terpuruk. Hal itu sangat terlihat dari kondisi sekeha gong yang ada di Seminyak. Anggota dari sekeha itu sudah digolongkan berumur dan sudah seharusnya dilakukan regenerasi ke generasi berikutnya. Karena kelakuan anak muda di Seminyak kini lebih cenderung ke teknologi dan tidak mau memperhatikan aspek kesenian dan dampak yang akan terjadi, maka akan terjadi kesenjangan dan tidak ada regenerasi yang akan meneruskan sekeha itu. Mungkin ada tetappi hanya orang-orang yang tidak professional dan hanya mengatasnamakan saja ituk didalam sekeha tersebut. Jika dilihat dari segi ekonomi, pengaruh dari ekonomi yang mapan adalah masyarakat mulai menjadi malas dan sisi kreatif berkurang karena dengan ekonomi yang mapan menyebabkan pandangan masyarakat menjadi berubah yaitu, semua hal dinilai dengan uang dan dengan uang semua hal dapat di beli. Factor-faktor inilah yang menyebabkan kesenian diseminyak menjadi tidak berkembang dan tetap statis. Padahal seharusnya dengan kapasitas dan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat Seminyak dan dengan bantuan teknologi senhingga memudahkan masyarakat dalam mecari informasi dari berbagai media, tingkat kesenian di Seminyak seharusnya semakin berkembang dan struktur kesenianya pun juga seharusnya mampu melonjak dan menyamai desa lain yang ada di Bali. Tetapi jika dilihat secara realita kesenian Desa Adat Seminyak justru tidak mengalami perkembangan yang signifikan.

 

KESIMPULAN

Sejarah perkembangan ekonomi di Desa Adat Seminyak terlihat jelas pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat di Seminyak. Dengan adanya kemajuan pesat dari segi pengetahuan dan teknologi di Seminyak, yang mempermudah ruang gerak masyarakat untuk memperoleh informasi-informasi dari berbagai media didunia. Hal tersebut menyababkan pola pikir dan sudut pandang masyarakat Seminyak semakin maju sehingga, kehidupan masyarakat sangat terbantu bahkan sistem ekonomi mulai melonjak naik akibat dampak pariwisata yang selalu di expose menggunakan bantuan teknologi. Tetapi ironisnya kedua unsur tersebut membawa pengaruh buruk terhadap salah satu unsur kebudayaan di Seminyak yaitu kesenian yang tidak berkembang dengan signifikan.

 

PUSTAKAAN

Eka Ilikita, Desa Adat Seminyak, Kelurahan Seminyak, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Tahun Caka 1920.
Ihromi, T.O 1990, Pokok-Pokok Antropologi Budaya, Jakarta, PT Gramedia.

NARASUMBER
I Gede Surya Udayana S.Skom
I Wayan Mara

Halo dunia!

Kamis, Februari 22nd, 2018

Selamat Datang di Blog Institut Seni Indonesia Denpasar. Ini adalah post pertama anda. Edit atau hapus, kemudian mulailah blogging!