BANJAR TATASAN KAJA

Kata Banjar sudah sering didengar di Bali khusunya, dimana Banjar adalah tempat yang dapat memudahkan berkumpulnya warga atau kelompok tertentu dalam ruang lingkup tempat tinggal yang berdekatan, akan tetapi tidak dipungkiri juga warga yang tempat tinggalnya jauh dari Banjarnya tetap mebanjar disana karena dari keturunannya memang mebanjar disana atau dalam bahasa balinya (Wed). Bale Banjar merupakan salah satu media yang digunakan untuk menyatukan berbagai macam lapisan masyarakat, banyak hal yang dapat dilakukan di banjar karena banjar umpakan rumah kedua yang dimiliki seluruh warga banjar tersebut.

Seperti Banjar Tatasan Kaja, kata Tatasan bermakna jelas (Tatas) mengapa menjadi Tatasan Kaja karena ada banjar yang bernama Tatasan Kelod, yang dimana dulunya memang ada kesamaan dalam cerita kehidupan masyarakatnya. Sebagaimana Banjar-banjar yang ada di Bali pasti ada Kelihan Banjarnya yang dimana Kelihan banjar disini bermakna Kelih (kakak) sebagai orang yang dituakan di setiap banjar, demikian juga di Banjar Tatasan Kaja mempunyai satu kelihan banjar yang bertugas mengatur dan mengetuai setiap acara yang akan dilakukan di banjar ataupun menyangkut nama banjar di dalam maupun di luar lingkup wilayah banjar Tatasan Kaja.

Banyak kelompok atau organisasi lagi yang terbentuk di dalam banjar Tatasan Kaja dimana organisasi-organisasi tersebut adalah mengatasnamakan banjar dan milik banjar Tatasan Kaja, antara lain :

Tempekan      : tempekan adalah pembagian lahan tempat tinggal agar dapat dikelompokan. Di banjar Tatasan Kaja memiliki 5 tempekan, yang diberi nama Tempek satu (1), Tempek dua (2), dan seterusnya hingga Tempek lima (5). Akan tetapi ada keunikan mengenai Tempek untuk di Banjar Tatasan Kaja, terutamanya Tempek lima (5), Tempek 5 berada jauh di sebelah utara  banjar Tatasan Kaja, tepatnya di Gang Dewi Kunti, walaupun banyak warga yang bukan warga asli Denpasar yang ikut di banjar Tatasan Kaja seperti di luar kota, ada dari buleleng, Bangli, Karangasem, dll yang juga ada di setiap Tempekan, lain halnya di Tempek 5, disini berkumpul warga yang berasal dari Karangasem saja, terkadang mereka jarang terlihat di Banjar Tatasan Kaja yang berada di jalan Ratna, karena mereka sudah membuat wantilan atau bisa dibilang bale banjar Tatasan Kaja yang kedua, di tengah Gangnya Tempek 5 mempunyai banjarnya sendiri, akan tetapi mereka tetap warga banjar Tatasan Kaja. Di setiap Tempek ada yang disebut Sinoman yaitu pimpinan dari setiap Tempekan, disini tugas kesinoman tiada lain mengatur dan selalu memberitahukan terhadap anggotanya apapun yang akan di lakukan oleh banjar, seperti contohnya akan mengadakan rapat, kesinomanlah yang bertugas untuk mengantarkan surat pemberitahuan tersebut.

STT (Sekeha Truna-Truni): STT disini tiada lain adalah Pemuda Banjar Tatasan Kaja yang bernama ST. Panca Kumara, yang berumur minimal 17 hingga dia menikah, bagi pemuda yang sudah berumur 17 tahun wajib untuk ikut dalam organisasi STT tersebut, dia ikut dalam pemuda hinga dia sudah menikah, jika dia sudah menikah baru diperbolehkan untuk selesai dalam STT. Peraturan di banjar Tatasan Kaja lumayan ketat, jika ada salah satu pemuda/i yang sudah berumur 17 tahun dan tidak mau ikut dalam STT. Maka dia akan tidak di pedulikan disaat dia menikah nanti, karena STT. Ini wajib hukumnya karena banyak manfaatnya, selain untuk tahu dan mengenal warga sebanjarnya, STT. Juga melakukan banyak sekali kegiatan, yang dimana pasti kegiatan yang positif, di banjar Tatasan Kaja STT. Panca Kumara sudah banyak sekali mempunyai prestasi dalam setiap kegiatannya antara lain di bidang seni, ST. Panca Kumara mempunyai sekehe Baleganjur yang bernama TATSAKA, sudah banyak kegiatan yang dilakukan seperti ngayah dan lomba, sekehe Tatsaka pernah mendapatkan penyaji terbaik dalam ajang parade baleganjur tingkat Kota di puputan pada bulan mei 2011, selain itu baru-baru ini pemuda ST. Panca Kumara ikut dalam parade Ogoh-ogoh di Kodya, dan masuk dalam 5 besar di kecamatan Denpasar Utara, dan mementaskan framentari pada saat malam pangrupukan, dan yang pasti ST. Panca Kumara mempunyai banyak kegiatan yang selalu berasaskan kekeluargaan dan yang membuat nama banjarnya baik di mata masyarakat.

PKK (                                                                                                                             

Banjar Tatasan Kaja memiliki minat seni yang cukup tinggi, beberapa Sekehe yang ada di banjar Tatasan Kaja, antara lain :

Sekehe Gong anak-anak bernama Sunari Gita Kumara, sangat mengundang minat anak-anak untuk belajar megambel, yang dimana sudah banyak regenerasi dari sekehe gong anak-anak tersebut,  sekehe gong anak-anak pernah ikut dalam parade gong kebyar anak-anak yang diselenggarakan oleh Kodya yang bertempat di puputan sebanyak 2 kali, yaitu pada tahun 2009, dan tahun 20011, selain itu sekehe ging anak-anak juga berfungsi untuk mengiringi setiap upacara yang berada di ruang lingkup banjar pada khususnya dan Desa Tonja pada umumnya.

Sekehe Gong Dewasa bernama Padma Mudra, disini dari remaja hingga dewasa dapat ikut dalam sekehe gong Padma Mudra, biasanya setelah ikut di sekehe gong anak-anak, dipilih lagi agar dapat ikut lagi di sekehe gong dewasa ini,

Sekehe Shanti Ratna Sari, disini adalah perkumpulan Pesantian yang dimana juga ada sekehe geguntangan masuk didalamnya, ibu-ibu dan bapak-bapak mendominan di sekehe shanti ini, walaupun tidak dipungkiri ada juga anak-anak atau remaja yang juga ikut atau menggemari dalam pesantian tersebut.

Sekehe Angklung, di banjar Tatasan Kaja mempunyai berbagai macam instrumen gambelan, seperti gong kebyar, baleganjur, dan juga angklung, angklung disini berfungsi untuk mengiringi jika ada salah seorang warga banjar di Tatasan Kaja meninggal dunia, sekehe Angklung wajib untuk mengiringinya, tidak hanya orang-orang yang sudah tua saja dapat memainkannya, sekarang sudah mulai para pemuda untuk memainkannya agar ada regenerasi berikutnya.

            Demikianlah sekilas tentang Banjar Tatasan Kaja desa Tonja, Kec. Denpasar Utara.

Juli 10, 2014 · Posted in Tak Berkategori  
    

Comments

Comments are closed.