This post was written by primaaditya on Juli 11, 2014
Posted Under: Tak Berkategori

Tugas CV

Perkenalkan nama saya I KADEK PRIMA ADITYA PUTRA , bisa dipanggil PRIMA. saya kelahiran dari klungkung, 23 maret 1995. Saya anak kedua dari pasangan I Made Arta dan I Wayan Sudarti. Saya punya kakak perempuan namanya Ni Putu Nita Purnama Sari. Dimana dengan dengan keluarga yang sederhana ini atas kerja keras bapak dan ibu, saya bisa melaksanakan pendidikan dari SD hingga sampe sekarang ini melanjutkan perguruan tinggi di Institut Seni Indonesia Denpasar. begitu pula dengan kakak saya dia bisa melakukan pendidikan dari SD hingga sampai sekarang yang bulan Agustus ini lagi di wisuda oleh pendidikan tinggi ilmu keperawatan di stikes wira medika PPNI Bali. Perjuangan orang tua saya sangat dikagumi bisa menyekolahkan anaknya di bidang tertentu. Saya bersekolah di SD Negeri 1 Kutampi, Nusa Penida, Klungkung. Dari SD memang keseharian saya di asat bapak ada latian di banjar saya selalu ikut bukannya ikut menggambel tapi hanya memdengarkan lagunya saja. Dari inilah saya bisa cepat nangkap lagu karena keseharian saya mengikuti bapak latian walaupun tidak ikut menggambel tapi hanya mendengarkan sampai ngantuk dan sampai tertidur di banjar. Hingga sampai saya SMP selalu tidak terlepas dari namanya menggambel. Dulu saya setelah SD saya melanjutkan pendidikan di SMP negeri 1 Nusa Penida. Saya pernah ikut lomba baleganjur tingkat SMP, pernah dapat juara 2 dari delapan (8) peserta. Saya pun senang dengan kerja keras saya dengan teman – teman akhirnya mendapat hasil yang cukup memuaskan. Tidak sia – sia kami latian setiap hari karena sudah mendapatkan hasil yang memuaskan untuk sekolah, teman – teman, saya, dan penikmat seni yang ada di masyarakat khususnya. Kemudian setelah saya tamat SMP, saya melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Nusa Penida, Klungkung. Dimana di SMA ini saya pernah ikut serta dalam Organisasi Siswa Intar Sekolah (OSIS). Di samping menjadi anggota OSIS saya juga aktif dalam extra kulikuler Tabuh. Bahkan pernah membina Tabuh di SMA saya sendiri pada saat mengikuti pawai (karnaval) tingkat SD sampai SMA. Di SMA kami pernah dapat juara 1 lomba baleganjur tingkat SD sampai SMA se-kecamatan nusa penida, klungkung. Disinilah saya dengan kawan-kawan kami merasa bangga dengan usaha yang begitu luar biasa dan akhirnya membawa hasil yang sangat memuaskan bahkan dari masyarakat juga yang menilai kita bahwa SMA kami sangat luar biasa. Disamping itu, saya juga punya hobby. Hobby saya adalah mendengarkan dan memainkan music Bali khususnya seni music karawitan yaitu menggambel. Dimana dengan hobby saya ini, saya bisa menuangkan inspirasi atau imajinasi saya untuk berkarya dalam bidang seni karawitan instrumental. Dimana karawitan instrumental ini sendiri merupakan music tradisi yang menggunakan alat sebagai sumber bunyi. Dengan membandingkan hobby ini, setelah tamat SMA saya melanjutkan pendidikan di ISI Denpasar. kenapa saya lebih memilih untuk melanjutkan pendidikan di ISI Denpasar ini ? karena bukan hanya praktek saja yang kita harus ketahui tetapi teori juga yang perlu saya ketahui untuk mendukung sarana untuk saya melakukan praktek. Tanpa teori kita tidak bisa melakukan praktek. Maka dari itu, saya lebih memilih untuk melanjutkan pendidikan di ISI Denpasar supaya saya tahu banyak tentang teori dan praktek karawitan Bali khususnya. Disamping hobby ini, saya juga punya pengalaman. Pada tahun 2007 saya di cari oleh panitia pelaksana lomba Gong Kebyar Anak-anak untuk mewakili kecamatan nusa penida di Balai Budaya Semarapura, Klungkung. Waktu ini saya masih kelas 1 SMP. Dimana dengan dicarinya saya ini, saya memiliki kesempatan untuk menuangkan inspirasi dan exspresi saya dalam menabuh. Latian pun telah dimulai dari bulan april sampai dengan bulan juli menjelang lomba. Hari pertama saya malu dan grogi karena satu pun saya belum kenal dengan teman-teman yang diajak ikut latian. Setelah beberapa hari berlalu saya akhirnya banyak kenal dengan teman-teman di sana walaupun ada yang masih belum kenal asal usulnya dari mana. Latian pun berlanjut hingga sudah lewat beberapa bulan. Saya sangat senang dengan mengikuti lantian ini, di samping ini saya juga banyak punya teman dan kenal juga dengan Pembina-pembina yang ada di nusa penida. Keseharian saya sangat tersalur dengan hobby saya. Di sini saya merasa senang, bangga dengan diri sendiri karena telah berhasil menyalurkan keseharian saya dengan hobby saya sebagai  penabuh Gong Kebyar anak-anak tahun 2007. Tempat saya latian dari rumah lumayan jauh kira-kira 5kilo perjalanan dari rumah. Saya latian diantar sama bapak karena waktu itu saya belum bisa bawa motor sendiri dan pulangnya diantar sama teman yang saya ajak latian. Ini pun terus berlanjut sampai bulan juli menjelang lomba. Setelah beberapa hari kemudian lomba sudah dekat di ambang mata saya sangat rajin dan berusaha untuk menmyelesaikan lagu yang sudah diberikan oleh pembinannya. Adapun materi yang di perlombakan yaitu :

  1. Tabuh telu batur sari.
  2. Tari wirayuda serta tabuhnya.
  3. Tabuh kreasi jagra parwata. Dan
  4. Tari margapati serta tabuhnya.

Itulah beberapa materi yang diperlombakan di tingkat kecamatan. Pembina kami sangat berusaha dimana caranya supaya kami mendapat juara pertama dari empat (4) kecamatan yang ada di Klungkung termasuk kecamatan nusa penida. Saya dengan teman-teman sangat berusaha sehingga empat materi tersebut sudah kami kuasai hingga pembinanya memberikan  gerak-gerakan (exspresi) dalam menabuh pada saat lagunya sebelum dan sesudah mulai. Hari lomba pun telah tiba. Satu minggu menjelang lomba, kami mengadakan uji coba Gong Kebyar di br.Gelagah, Kutampi atas, Nusa Penida, Klungkung yang akan dibawakan lomba di Balai Budaya Semarapura, Klungkung. Uji coba pun berlangsung beberapa jam. Setelah itu besoknya menjelang kami berangkat ke klungkung kami, Pembina, serta panitia mengadakan persembahyangan bersama. Adapun pura-pura di Nusa Penida yang kami tuju yaitu : pura penataran dalem Ped, pura puseh, pura puncak mundi, pura persinggahan dan terakhir di pura dalem br.Gelagah. itulah beberapa pura yang kami

tuju. Esok harinya kami kumpul bersama dib r.Gelagah dan berangkat bersama naik truk dan ada naik pick_up. Sampain di pelabuhan kami naik perahu dengan senang hati sama teman-teman sambil melihat pemandangan di laut. Setelah beberapa menit kami sampai di pelabuhan kusamba dan langsung naik bus menuju ke sanggraha dekat balai budaya klungkung. Walaupun kondisi sedikit sakit tapi saya sangat berusaha demi Nusa Penida. Hari hanya (H) pun sudah tiba. Dari jam 3 sore kami sudah siap-siap berhias untuk lomba karena jam 8 malam acara lomba Gong Kebyar Anak-anak sudah mulai sampai selesai. Musuh yang kami lawan adalah br.jumpai, kecamatan banjarangkan, klungkung. Sekaa Gong kami memiliki nama yaitu “GITHA KUMARA SANTHI” githa itu adalah nyanyian, kumara itu adalah anak-anak, dan santhi itu adalah perdamaian. Sesudah kami berhias kami langsung menuju balai budaya. Setelah perlombaan di mulai kami beserta Pembina melakukan doa bersama agar perlombaan berjalan sesuai dengan harapan. Saya sendiri merasa sangat senang, tenang dalam lomba waktu itu menghadapi banjarangkan. Sesudah berlangsung saya sendiri merasa senang karena telah berhasil menyajikan empat (4) materi tersebut dengan sukses dan lancar. Kami semua berteriak dan mengeluarkan air mata kebahagiaan. Dengan susah payah kami latian selama beberapa bulan akhirnya bisa membawakan hasil yang sangat memuaskan, bisa membanggakan masyarakat Nusa Penida kami juga merasa bangga dan orang tua kami kushusnya. Akhirnya sekaa Gong “Githa Kumara Santhi” mendapat juara pertama (1) di tingkat kecamatan yang ada di Klungkung. Kami semua merasa senang. Dan akhirnya bisa mewakili duta kabupaten Klungkung sebagai penabuh Gong Kebyar Anak-anak di PKB ke-XXX tahun 2008. Itulah pengalaman tentang saya sebagai penabuh Gong Kebyar Anak-anak yang mewakili kecamatan Nusa Penida dan mewakili duta kebaupaten Klungkung. Pengalaman ini tidak akan saya lupakan melainkan saya akan mengenangnya seumur hidup saya karena dengan pengalaman ini saya bisa menjadi yang sekarang ini yang bisa melanjutkan pendidikan di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar yang tercinta ini.

Tugas banjar

Banjar saya namanya banjar Celuk. Banjar saya sudah berdiri dari tahun 1870-an hingga sekarang masih belum ada rehabilitasi. Banjar saya bagian dari desa kutampi kaler, dusun telaga, kecamatan nusa penida, kabupaten klungkung. Banjar saya ini mayoritas ber agama Hindu tidak ada satupun agama lain yang berada di sekitar banjar saya ini. Banjar saya ini terdiri dari 50 KK, dimana dengan 50 kk ini terdiri dari dua padharman (kawitan) yaitu Arya Nyuhaya dan Tangkas Kori Agung serta pura Dalem yang dimiliki oleh masyarakat banjar saya. Dari masing-masing kepala keluarga terdiri dari bapak,ibu,anak-anak dan lansia yang tinggal dalam 1 pekarangan rumah.banjar saya ini pekerjaan mayoritas penduduknya yang laki-laki tukang ukir batu paras dan yang perempuan membuat minyak dari dari kelapa dan peternak babi dan  Lansia disana pekerjaannya kebayakan petani. Banjar saya sudah mulai berkembang dari segi pendidikan, dulunya mereka kebanyakan sekolah sampai SD, sekarang berlomba-lomba sekolah sampai ke perguruan tinggi. Penghasilan dari tiap-tiap kepala keluarga perharinya yaitu Rp100.000.00 perharinya. Penduduk banjar saya ini 10% dari penduduknya tinggal merantau ( transmigrasi) ke pulau Sumatra dan Sulawesi, ada juga yang tinggal di daerah Denpasar. Namun ada acara seperti piodalan dan acara ngaben semua pulang berbondong-bondong.  Banjar saya ini sudah  memiliki Gong kebyar  tetapi belum lengkap seperti gong cuman ada satu , untuk sementara gangsa dan kantilan cuman ada masing-masing dua dan yang satunya lagi penyacang sampai sekarang masih belum direncanakan untuk membelinya karena jumblah sekaa yang ada di banjar saya belum mencapai perlengkapan untuk mengisi semua jumblah instrument gamelan Gong Kebyar, penduduk disana antosias ingin belajar megambel dari orang dewasa hingga anak-anak. Salah satunya saya sekarang sebagai penduduk banjar celuk bangga menjadi mahasiswa di institute seni indonesia jurusan karawitan yang sekarang mengajarkan menggambel penduduk disana dari yang dewasa hingga anak-anak tanpa membutuhkan imbalan yang di berikan. saya sangat senang karena dapat berbagi ilmu saya dapat dikampus maupun di luar kampus  ke mereka yang membutuhkan. Di banjar saya juga terbentuk perkumpulan sekaa truna-truni yang dimana perkumpulan atau sekaa di banjar saya memiliki nama JATAYU yang artinya jati luwih ( rahayu ). Jumblah sekaa truna-truni di banjar saya ada 30 orang. Sekaa truna-truni saya memiliki sedikit peraturan (awig-awig) yaitu bahwa setiap penampahan Galungan kami semua kumpul di banjar untuk melakukan kerja bakti di pura-pura yang ada di banjar kami dan melakukan persembahyangan bersama serta mengumpulkan uang atau kenan-kenan sebesar 30 ribu setiap 6bulan sekali tepat pada hari raya Galungan. Pada rahina purnama sekaa truna-truni kami juga melakukan persembahyangan bersama khusus hanya di pura dalem saja dan pada rahina tilem sekaa truna-truni kami melakukan kerja bakti khusus hanya di banjar dan di perempatan pura melanting. Sekaa truna-truni khususnya di banjar saya bahwa anak-anak yang sudah SMP atau sudah mencapai umur 14-15 tahun itu wajib masuk sekaa truna-truni. Mengapa demikian? Karena mungkin di banjar saya jumblah penduduknya terlalu sedikit oleh karena itu maka anak-anak yang sudah SMP atau sudah mencapai umur 14-15 tahun itu diwajibkan masuk sekaa truna-truni supaya jumblah sekaa truna-truni kami menjadi lumayan bertambah banyak karena di saat awal membentuk sekaa truna-truni kami itu jumblahnya agak sedikit makanya supaya bertambah banyak maka didirikan peraturan atau awig-awig yang sudah ditentukan hingga berlaku sampai sekarang. Di  samping itu di banjar saya juga memiliki kekreatifaan sekaa truna-truni dibidang membuat ogoh-ogoh dan pernah ikut lomba ogoh-ogoh tingkat Desa khususnya di Desa kutampi kaler. Di banjar saya pernah mendapat juara pertama (1) pada lomba ogoh-ogoh dari 10 banjar yang ada di Desa Kutampi kaler. Saya dan seluruh masyarakat di banjar saya sangat merasa bangga karena telah bisa mengalahkan perlombaan ogoh-ogoh ini walaupun jumblah penduduk di banjar saya begitu sedikit di bandingkan banjar-banjar lainnya. Di samping ini di banjar saya juga memiliki pura untuk persembahyangan. Pura-pura tersebut yaitu pura Dalem, pura dalem di banjar saya sudah berdiri sejak tahun 1869 dimana semua bangunan pelinggih di pura dalem hanya terbuat dari batu putih, atap ijuk atau ambungan, dan latainya belum di beton untuk sementara dulu lantainya masih keadaan tanah dengan berisi batu-batu seperti bukit. Kemudian di banjar saya juga ada dua (2) pura merajan dimana kedua pura ini masing-masing padarmannya berbeda satu adalah Arya Nyuhaya dan satunya lagi adalah Tangkas Kori Agung. Semua pura-pura yang ada di banjar saya pada awalnya terbuat dari batu putih yang atapnya dari ijuk dan ambungan dengan lantai tanah tanpa beton dan sekarang sudah ada rehabilitas. Semua pura-pura yang ada di banjar saya sudah di rehabilitas dari tahun 2004 hingga sekarang sudah menggunakan batu kapur (paras putih), dulu menggunakan atap ijuk dan ambungan dan sekarang sudah menggunakan atap genteng dan hanya beberapa masih menggunakan atap ijuk seperti di pura dalem yaitu pelinggih meru sampai saat ini masih menggunakan atap ijuk, mengapa begitu itu saya belum tahu. Di samping itu penduduk di banjar saya dulu belum mengenal alat komunikasi seperti Hp dan televisi. Sebagian besar dulu penduduk di banjar saya belum ada yang punya Hp bahkan televise juga jarang yang punya. Pada tahun 2001 penduduk di banjar saya hanya bisa memanfaatkan bukit untuk menaruh antena guna agar siaran tv bisa lebih jelas tetapi hanya beberapa siaran aja yang dapat terjangkau. Itupun belum sebrapa tapi hanya satu antena bisa digunakan untuk semua penduduk yang ada di banjar saya karena waktu itu belum ada parabola makanya hanya bisa memanfaatkan antenna satu untuk semua. Hingga sampai sekarang khususnya di banjar saya sudah ada perkembangan seperti pendidikan, ekonomi, dan budaya. Dulu pendidikan di banjar saya hanya sampai tamat SD-SMA bahkan ada juga yang tidak sekolah karena ekonomi di banjar saya sangat kurang. Tetapi pendidikan di banjar saya sekarang sudah mulai berkembang dulu hanya sampai tamat SD-SMA dan sekarang sudah berlomba-lomba untuk menyekolahkan anaknya sampai ke pendidikan yang lebih tinggi. Bahkan kehidupan ekonomi di banjar saya pun sekarang sudah merata penghasilannya kurang lebih 2.000.000 per bulan. Sungguh luar biasa penduduk di banjar saya begitu giatnya bekerja keras demi melakukan perubahan pada diri sendiri, keluarga, dan seluruh penduduk yang ada di banjar Celuk yang tercinta ini. Begitu juga budaya di banjar saya sampai saat ini masih meneruskan budaya pewaris dari leluhur. Tetapi sekarang ada sedikit perubahan dulu sebelum terbentuknya sekaa truna-truni di banjar saya tidak mengenal setiap hari raya nyepi membuat ogoh-ogoh, tetapi setelah terbentuknya sekaa truna-truni setiap hari raya nyepi rutin setiap tahunnya membuat ogoh-ogoh itu karena perkembangan budaya di banjar saya sudah mulai berkembang. Bukan hanya membuat ogoh-ogoh saja melainkan setiap hari raya galungan semua penduduk di banjar saya wajib membuat dan memasang penjor di depan rumahnya masing-masih karena dulu belum ada yang membuat penjor pada hari raya galungan. Inilah perkembangan yang ada di banjar saya yang tempatnya di banjar Celuk, dusun telaga, Desa Kutampi Kaler, Nusa Penida, Klungkung, Bali.

Comments are closed.

Previose Post: