Mei
22
2012

tugas 1 literatur musik nusantara I

GAMBELAN  GAMBANG DI SEMPIDI DESKRIPSI FUNGSI DAN STRUKTUR

 

Gamelan gambang  adalah sebuah barungan  musik Ritual bali yang menggunakan laras pelog tujuh  nada. Dalam satu barung, terdapat du jenis instrument, yaitu gangsa yang sering juga disebut saron dan instrtumen, yaitu gangsa atau sering juga disebut saron dan instrument yang satu lagi bernama gambang. Jumlah penabuh gambelan gambang berkisar antara 5 sampai 6 orang, tergantung dari banyaknya tungguhandalam satu barung. Gangsa atau saron (selanjutnya disebut gangsa saja) merupakan sebuah instrument berbilah dengan bahan bilah terbuat dari perunggu;  sebaliknya gambang, meskipun juga merupakan instrument berbilah, namun bahan bilahnya terbuat dari bumbu. Dalam barungan gambelan Gambang, gangsa bertugas  sebagai pembawa melodi,  sedangkan gambang bertugas untuk membuat kotekan (interlocking figuration).

 

Dilihat dari segi sejarahnya, Gambang merupakan music yang tergolong sudah tua umurnya. Dari data-data peningalan sejarah dapat diketahui bahwa gambar-gambar  instrument Gambang telah terpahat pada relief candi penataran di Jawa Timur yang diduga berasal dari abad ke XIV. Selain itu nama gambang telah pula disebut-sebut pada beberapa buah literature seperti : Malat, Panji Kuda Narawangsa , Babad Blahbatuh tambahan pula bahwa gambang telah disingung tentang cara memukul dan suara dari gambang itu sendiri. Menurut prakempa, cara memukul gambelan gambang dinamakan angantraruru dan suaraya disebut geleng pengasuh. Disamping itu pada beberapa seka gambang di bali masih didapatkan  informasi mengenai asal usul gambang yang dimilikinya yang dikaitkan dengan mitologi maupun cerita local. Penelitian tentang gambelan gambang yang merupakan salah satu music ritual kita ini telah pernah dilakukan oleh beberapa orang peniliti.

 

Gambelan yang dijadikan objek dalam rangka penulisan ini terletak di banjar tengah kelurahan sempidi kabupaten badung. Dikalangan masyarakat luas gambelan ini telah dikenal dengan sebutan gambelan sempidi. Gambelan itu kini disimpan dirumahnya guru gede janem. Salah seorang tokoh dari gambang sempidi yang telah banyak dikenal masyarakat khususnya pencinta gambang bernama I Gede Rai Jadi, yang lahir kira-kira pada tahun 1916. Mengenai asal usul gambelan ini sampai saat ini smasih sulit diketahui sangat pasti karena belum ditemukan data yang akurat. Berdasarkan informasi dari bapak I Gede Rai Jati dikatakan bahwa gambelan gambang itu merupakan gambang kuno yang diwariskan oleh leluhurnya. I Gede Rai Jadi sendiri telah mulai menabuh gambang kira-kira tahun 1927 diajarkan oleh ayahnya yang bernama I Gede Gerebeg (Alm) selanjutnya dikatakan bahwa kemahiran ayahnya dalam memainkan gambelan gambang diperoleh dari kakeknya yang bernama I Nyoman Karta , demikianlah tradisi itu berlangsung sampai saat ini secara turun temurun.

Instrumentasi

–          Gangsa : merupakan sebuah instrument yang berbilah denagn bahan bilah terbuat dari perunggu, tiap tunguh terdiri dari tujuh bilah , dipasang dengan cara dipatol pada sebuah pelawah yang terbuat dari kayu dan dimainkan dengan sebuah panggul yang terbuat dari kayu atau tanduk kerbau. Wujud dari instrument ini menyerupai gangsa jongkok yang terdapat dalam barungan Gong Gede di Bali.

–          Gambang : merupakan instrument yang berbilah juga dengan bahan bilah yang terbuat dari bambu. Pada barungan gambang sempidi ada 4 tunguh gambang yang dipergunakan masing-masing besar kecilnya tersebut. Setiap instrument dimainkan oleh seorang penabuh dengan menggunakan dua buah panggul yang bentuknya bercabang dan menyudut.

 

Tehnik Pukulan

Teknik pukulan gambelan gambang disebut dengan istilah gegebug. Adapun gegebug dari setiap instrument adalah sebagai berikut :

–          Gangsa sebagai instrument pemegang melodi, gangsa menggunakan gegebug kekonyongan atau sawitan dan gegebung agal, kekonyogan merupakan gegebug yang jatuhnya tepat pada ketukan sedangkan agal adalah sebaliknya.

–          Pengenter : Teknik pukulanya disebut gegebug pengenter , pengenter dikatakan memiliki gegebug megending karena rangkaian melodi yang dihasilkan seolah-olah merupakan sebuah nyanyian yang dikembangkan berdasarkan pokok gending.

 

–          Pemeru, Tehnik pukulan disebut gegebug pemeru, berfungsi nyongot dalam oncang-oncangan , karena pada dasarnya gegebug  pemeru  ini membelakangi pokok gending maka sering pula disebut gegebug ngungkurin.

–          Penyelat, menggunakan gegebung penyelat dan berfungsi sebagai pemolos dalam oncang-oncangan.

–          Pemetit , tehnik pukulanya disebut gegebug pemetik dan berfungsi nyandet dalam oncang-oncangan. Gegebungya selalu nguluin melodi, misalnya kalu melodi akan jatuh pada nada  nding  maka penabuh pemetit akan mendahului penabuh gangsa dalam mencapai nada ending itu.selain dari gegebung telah disebutkan diatas keempat gambang juga bermain kekonyongan khususnya pada bagian gineman dan bagian penyuut yaitu bagian paling awal dan paling akhir dari sebuah komposisi gending gambang.pada bagian transisi keempat gambang juga bermain nyading dan ngikal . nyading dan ngikal merupakan satuan yang tidak terpisah meskipun sebenarnya terdapat sedikit perbedaan dalam tehnik pukulanya nyading selalu dimainkan lebih dahulu kemudian disusun oleh ngika.

 

Seting (penempatan Instrumen)

Gambang memiliki seting yang sangat khas. Penempatan instrument baik dalam latihan maupun dalam pementasan yang sebenarnya diatur sebagai berikut :

  1. Gangsa , baik gangsa gede maupun gangsa cenik akan ditempatkan ditengah-tengah.penempatan semacam ini dimasukan agar suara dari gangsa itu bisa didengarkan secara baik oleh semua penabuh gambang
  2. Gambang, ditempatkan dengan posisi berhadap-hadapan disebalah kanan kiri gangsa. Pengenter akan berhadapan langsung dengan pemetit dan pemero berhadapan dengan penyelat. Dengan posisi ini pemain gambang akan mudah untuk mengontrol gegebung masing-masing untuk dapat menghasilkan oncang-oncangan yang diinginkan.

 

 

 

 

 

Laras dan Gending

–          Laras adalah rangkaian nada-nada dalam satu oktaf telah mempunyai jarak nada tertentu. Gambelan gambang menggunakan laras pelog sapta nada atau di bali dikenal dengan saih pitu.dari laras pelog saih pitu kemudian dapat diturunkan menjadi tigasaih yaitu saih lima, saihnem, saihpitu. Timbulnya ketiga saih ini disebabkan oleh penggunaan nada-nada dalam satu gending misalnya saja kalau nada-nada yang dipergunakan itu berjumlah lima buah maka saih itu disebut saih lima.

 

Notasi

Notasi gambang ditulis dengan lontar dan disebut lontar gending gambang atau gerantang gambang. Notasi itu menggunakan pengangending aksara bali sebanyak tujuh buah sesuai dengan banyaknya nada dalam laras pelog saih pitu, dalam lontar gending gambang yang ditulis hanyalah pokok gendingan saja. Yang penting untuk diketahui bila antara notasi yang tertuluis dengan cara membecanya adalah berbeda. Pada sebuah notasi itu seolah –olah semua not atau nada itu kena ketukan, padahal dalam prakteknya tidak demikian. Notasi untuk keempat gambang tidak ditulis sama sekali, karena itu penabuh gambang harus telah hafal denga melodi pokok; ataupaling tidak mereka harus dapat mengantisipasi jalanya melodi dengan baik, sehingga tiap orang akan dapat bermain sesuai dengan gegebug masing-masing.

 

t

Written by in: Lainnya |

1 Komentar

RSS feed for comments on this post. TrackBack URL


Powered by WordPress | Theme: Aeros 2.0 by TheBuckmaker.com