PERKEMBABGAN GENGGONG SEBAGAI SENI PERTUNJUKAN
I.PENDAHULUAN
Genggong merupakan sebuah instrumen musik yang kita warisi sejak jaman lampau. Sebagai sebuah instrumen music yang tua,genggong memiliki bentuk yang sangat kecil dan sangat sederhana. Meskipun demikian,alat music yang sangat mudah di bawa ini memiliki akustik dan tekhnik yang yang cukup rumit. Hal yang juga sangat menarik dari genggong itu adalah keberadaan atau kelangsungan hidupnya di masyarakat.
II.GENGGONG
Genggong merupakan sebuah instrumen musik yang sangat menarik. Alat musik ini terbuat dari pelapah enau (bhs.Balimpugpug), berbentuk segi empat panjang,dengan ukuran panjang lebih dari 16 cm dan lebar 2cm. ditengah-tenghnya sebuah pelayah sepanjang ukuran lebih 12cm pada ujung kanan di buat lobang kecil tempat tali benang yang panjangnya kurang lebih 17cm kemudian benang itu dikaitkan pada sebuah potongan bamboo kecil sepanjang 7 s/d 10 cm,seangkan pada ujung kirinya dikaitkan kain sebagai tempat pegangn ketika bermain.
Laras genggong disebut dengan laras selendro,kurang lebih mendekati laras gamelan Angklung di Bali. Adapun system ‘Harmoni Saries atau system overtone dari genggong’.
Selain genggong tersebut di atas ada juga instrumen enggung (sejenis kodok). Enggung merupakan instrumen yang juga terbuat dari pelapah enau,merupakan pelayah,dimankan dengan cara menhembus. Ukuranya sedikit lebih pendek dari Genggong dan tidak memakai benang serta kain. Engung dibuat sebagai instrumen untuk meniru suara kodok,yang nantinya akan dijalin satu dengan yang lainnya sehingga akan dijalin menghasilkan jalinan ritme yang sangat baik menggunakan prinsip kotekan ( interlocking).
Genggong sering dimainkan oleh para petani sambil melepas lelah di sawah,kadang-kadang dimainkan dirumah,bahkan tidak jarang bahwa seseorang memainkan genggong dengan masuk menarik perhatian wanita (kekasihnya),sebagai halnya instrument seruling. Dalam perkembangan selanjutnya,Genggong tidak saja di mainkan solo,tetapi ia di angkat menjadi sebuah barungan atau dipadu dengan alat musik lain.
III.PERKEMBANGAN GENGGONG SEBAGAI SENI PERTUNJUKAN
Genggong yang pada asalnya merupakan instrumen tunggal dalam perjalan sejarah kemudian berkembangmenjadi sebuah barungan (ensambel). Adnya perubahan seperti ini merupakan suatu bukti bahwa seniman kita tetap menginginkan suatu kemajuan dan kemudian akan memberi dampak tertentu kepada instrumentasi,komposisi gending,teknik,dan sebagainya.
Khususnya pada genggong,perubahan ini disebabkan beberapa mmotivasi dari dalam (internal) maupun dari luar (external). Factor dorongan dari dalam karna adanya keinginan dari anggota sekha atau masyarakat setempat,sedangkan factor luar terjadi berkat adanya motivasi dari luar sekha atau masyarakat itu sendiri.
- A. Barungan Gambelan Genggong
Berdasarkan informasi dari beberapa seniman genggong,serta catatan yang berhasil di buat oleh beberapa sarjana/ahli (Mc.phee,beryl de zoete danWalter spies, dll), bahwa sekitar tahun 30an barungan gambelan genggong terdiri dari beberapa instrumen seperti : beberapa buah Genggong, suling, guntang, cengcengan kecil, botol yang dipukul dengan kayu kecil, enggung dan kendang. Yang cukup menarik disini kala kita tinjau dari segi kelengkapan instrumennya adalah botol sebaai salah satu bagiannya.
Kalau ditinjau dari segi fungsi instrumen itu dalam barungan Genggong tersebut, botol botol yang dipukul dengan kayu kecil berfungsi untuk memperkaya ritme.
Dewasa ini seperangkat gambelan Genggong terdiri dari beberapa instrumen di antaranya :
- Sebuah atau dua buah suling kecil, yang berfungsi untuk memulai gending, memegng melodi atau membuat gineman.
- Sebuah kendang krumpung kecil ( sedikit lebih besar dari kendang angklung), bertugas sebagai pemurba irama, member komando pada aksen-aksen tertentu.
- Beberapa buah Genggong ( 8 buah atau lebih), bertugas sebagai pembuat hiasan system kotekan,karna itu sebagian akan bermai sangsih dan sebagian lagi bermain polos. Ada kalanya juga seorang pemain Genggong bermain tertentu pada gending tertentu.
- Satu pangkon ceneceng kecil, bertugas sebagai memperkaya ritme, bersama kendang membuat angsel.
- Kleneng sebuah, bermain imbal dengan guntang kecil.
- Dua buah Guntang ( besar dan kecil). Guntang yang besar berfungsi sebagai Gong sedangkan yang kecil ( Klentit) berfungsi untung memegang mat ada juga sekha yang memakai Gong pulu sebagai pengganti guntang besar.
- Beberapa buah Enggung, bertugas untuk membuat jalinan ( kotekan) terutama untuk iringan tari Godogan ( kodok).
Dari jenis instrumen yang dipergunakan dewasa ini nampaknya botol tidak lagi dimasukkan.
- Jenis-jenis Gendingnya.
Gending-gending Genggong berasal dari beberapa sumber antara lain dari beberapa gending Angklung, Dolanan, Pagongan, dan lain-lainnya. Karna adanya beberapa sumber tersebut maka gending-fending Genggong biasanya berukuran oendek-pendek jumlah ketukan dalam satu kempul (Gong) sering ganjil, kecuali beberapa gending yang di transper langsung dari barungan lain seperti pagongan atau palegongan misalnya :
- Dalam sebuah pertujukan Genggong, Gending-gending tersebut dapat dikelompokan menjadi : gending petegak dan pengiring tari /dramatari.
- Gending petegak adalah jenis gending yang berdiri sendiri atau tidak ada hubunganya dengan tari/dramatari.
- Gending jenis sering juga disebut gending pereren,misalnya : gegineman Angklung, Sekar sandat, Jenggot uban, Elag-elog, Tabuh telu, Pengecet Angklung, dan sebagainya.
- Sedangkan gending pengiring Tari/dramatari adalah jenis gending yang dipergunakan untuk tari dramatari misalnya : Tari godogan (ngelembar) diiringi dengan tabuh Enggung (Batur sari, butuan), di Ubud (Genggong Catur Wangsa Budaya) gending pengiring tari godogan ini disebut Katak Ngongkek.
- C. Fungsi.
Dilihat dari segi fungsinya, Genggong lebih banyak berfungsi sebagai seni Balih-balihan. Bila ia dipentaskan dalam rangkaian suatu upacara, dipura misalnya, Genggong hanyalah sebagai hiburan masyarakat saja. Pada masa yang lalu gambelan Genggong sering dipergunakan dalam rangkaian upacara perkawinan yaitu pada saat pengantin pria menjepiut wanita atau pada waktu mapejati. Selain untuk mengiringi pengantin, Gnggong pula pernah dimainkan dalam upacara potong gigi (mesangih) dan ngaben, untuk membayar kaul. Belakangan ini nampaknya jarang sekali Genggong dipergunakan untuk mengiringi pengntin. Yang paling sering adalah untuk konsumsi para wisatawan.
- D. Sekilas tentang musik kontemporer
Apabila kita amati akhir-akhir ini ternyata perkembangan musik Bali menunjukan hal yang mengembirakan. Pada saat ini semakin banyak munculnya karya atau komposisi baik melalui pendekatan tradisi maupun mencoba mencari kemungkinan-kemungkinan garap baru sehingga menghasilkan warna musik baru. Satu diantara karya-karya itu adalah musik kontemporer.
Genggong sebagai instrumen musik yang tua tidak pernah ketinggalan. Pada beberapa karya musik kontemporer garapan ASTI Denpasar, genggong juga dimasukkan. Ia dipadukan dengan alat-alat lain seperti Okokan (kroncongan),timbul, guangan, dan lain-lain.
Perkembangan lain yang juga terjadi adalah Genggong tidak saja di padukan dengan alat-alat Bali, melainkan juga dengan insatrumen musik barat dan beberapa ensambel musik lainnya.
IV. PENUTUP
Dari uraian di atas kia ketahui bahwa Genggong sebagai salah satu musik warisan nenek moyang kita, tetap bisa bertahan sam pai saat ini.
Besar harapan kita bahwa dengan masuknya Genggong kedalam karya-karya kontemporer, alat musik yang kecil ini semakin dikenal dan di sayang.
Demikianlah hal-hal yang dapat kami bisa sampaikan pada kesempatan ini, dan kami mohon maaf atas segala kekurangaannya.