Gamelan Saron

GAMELAN SARON, DI BANJAR BALAI AGUNG, DESA CEMAGI

 

Pulau bali adalah salah satu pulsaronau kecil dari kepulauan Indonesia yang memiliki kesenian yang beraneka ragam, mempunyai cirri khas dan keunikan tersendiri sudah sepatutnya hal ini menjadi kebanggaan bagi setiap putra bali khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya untuk melestarikan warisan seni budaya tersebut pemerintah telah melakukan berbagai usaha seperti dokumentasi, penggalian, Festival, Dll.

Ada bermacam-macam cabang yang menarik untuk diungkapkansalah satu diataranya adalah seni karawitan, seni karawitan yang juga bisa disebut sebagai seni gambelan memiliki bermacam-macam jenis seperti : gambelan solonding, gambelan gambang, gambelan saron, gambelan angklung, dan lain-lainnya. Diantara barungan gambelan tersebut penulis memilih gambelan saron yang ada di Banjar Bale Agung desa Cemagi untuk diteliti. Gambelan saron adalah salah satu warisan dari nenek moyang yang tinggi nilainya yang perlu dilestarikan.

Untuk mengetahui asal mula dari gambelan saron di desa cemagi secar tererinci penulis mengalami banyak kesulitan. Kebanyakan masyarakat pendukung dari gambelan saron tidak dapat mengungkapkan secara jelas kapan mulai adanya gambelan itu di desa tersebut juga belum adanya data-data tertulis yang khusus menguraikan tentang seluk beluk ditemukan gambeln saron tersebut menambah kesukaran penulis dalam menelusuri asal mula gambelan saron di desa cemagi di desa tersebut diatas namun demikian perlu penulis sampaikan bahwa akan berbahaya apabila ada anggota masyarakat yang bernai melanggar peraturan-peraturan seperti memainkan atau memukul gambelan tanpa sesajen dan meminjamkan gambelan saron ini kepada sekaa lain.

Mengenai asal mula gambelan saron ini, kelihan sekaa saron mengatakan bahwa ada suatu cerita yang isinya seperti berikut diceritakan ada sekelompok orang yang sedang mengerkjakan sepetak sawah didekat pantai batu ngaus. Musim panas pada waktu itu membuat pekerja-pekerja sawah lelah dan kehausan ehingga mereka mencari tempat berteduh. Pada saat itu mereka melihat seekor burung gagak putih yang terbang kesana kemari.

Para pekerja sawah merasa tertarik dengan gerak gerik burung itu lalu mereka mengikuti dari belakang. Sampailah burung itu di suatu tempat suci atau pura yang dinamakan pura batu ngaus. Ditempat itulah mereka mendapat bentuk-bentuk instrument yaitu gambelan saron. Kemudian gambelan tersebut dipindahkan ke desa cemagi di Pura Tangi-tangi.

Informan guru luh kama mengatakan bahwa gambelan saron telah diwarisi tiga generasi diatasnya, guru luh kama sekarang berumur 65 tahun, jika jarak umur masing-masing generasi adalah 30 tahun maka selisih anatara guru luh kama dengan leluhurnya yang masih diingat adalah 90 tahun karena sekarang adalah tahun 1984 maka buyutnya yang sudah ada pada tahun 1829.

Dengan demikian menurut informasi yang penulis peroleh adanya gambelan saron didesa cemagi tidak diketahui secara pasti tahunnya sebab mereka sudah mendapatkan keterangan secara sambung-menyambung, bahwa gambelan tersebut adalah merupakan warisa turun-temurun dan tak seorang pun pernah mencatat atau menjelaskan tentang asal usul yang pasti.

Di kutip Dari Buku Gamelan Saron Di desa Cemagi Oleh I nyoman Sudarna, Jurusan Karawitan , tahun 1985,

pada Halaman 1-17

Comments are closed.