Tentang Banjar Saya,,,
Di tengah pergeseran moralitas manusia yang semakin egois mengutamakan kepentingan pribadi, masyarakat di Bali masih eksis mempertahankan tradisi musyawah mufakat. Sistem masyarakat di Bali sangat kental dengan keterikatan kekerabatan, sehingga terwujud suatu ketergantungan satu sama lain.
Sistem banjar menjadi suatu pilihan masyarakat untuk menghimpun diri mereka dalam satu wilayah dalam bentuk kesatuan lingkungan. Batas teritorial banjar merupakan satuan pengikat warga dan diatur dalam awig-awig (peraturan banjar). Organisasi terkecil dalam pengaturan administratif desa ini, benar-benar mempunyai fungsi yang besar dalam memberdayakan potensi masyarakat.
Dalam menjalankan fungsinya, bangunan pendukung yang dikenal dengan ‘Bale Banjar’ menjadi pusat kegiatan. Pada mulanya bale banjar mempunyai fungsi sebagai tempat bermusyarawah bagi anggota banjar. Karena musyawarah tidak dilakukan setiap saat, maka bale banjar digunakan untuk menampung seluruh kegiatan anggota banjar. Sebagai contoh, pada pagi hari bale banjar menjadi pasar pagi dan taman kanak-kanak. Siang hari sebagai tempat kerja pengrajin, sore hari sebagai tempat olah raga dan malam hari sebagai tempat latihan kesenian. Disamping itu, anggota banjar dapat memanfaatkan bale banjar sebagai tempat resepsi bila mempunyai kegiatan adat atau keagamaan.
Peraturan banjar yang dituang dalam ‘awig-awig’ mengatur anggota banjar dalam menjalani kehidupan sosial dalam sebuah banjar. Awig-awig ini mempunyai suatu keunikan yaitu mampu mengikat warganya untuk patuh sehingga tatanan masyarakat dapat stabil. Sebagai contoh, bila ada kematian, begitu kentongan dibunyikan, warga pasti sudah berduyun-duyun ke rumah keluarga yang berduka. Walaupun ada warga yang belum mendengar keluarga mana yang berduka, mereka pasti sudah keluar rumah berpakaian adat ringan sambil bertanya keluarga mana yang berduka.
Peraturan banjar yang dituang dalam ‘awig-awig’ mengatur anggota banjar dalam menjalani kehidupan sosial dalam sebuah banjar. Awig-awig ini mempunyai suatu keunikan yaitu mampu mengikat warganya untuk patuh sehingga tatanan masyarakat dapat stabil. Sebagai contoh, bila ada kematian, begitu kentongan dibunyikan, warga pasti sudah berduyun-duyun ke rumah keluarga yang berduka. Walaupun ada warga yang belum mendengar keluarga mana yang berduka, mereka pasti sudah keluar rumah berpakaian adat ringan sambil bertanya keluarga mana yang berduka.
Sistem banjar telah terbukti mampu melestarikan adat dan budaya Bali dari derasnya pengaruh globalisasi. Seberapa pintar atau tinggi jabatan seorang warga dalam karirnya, dia juga dikenakan kewajiban yang sama sesuai awig-awig yang berlaku. Begitu pula bagi warga yang mempunyai predikat negatif di tengah masyarakat, dia juga mempunyai kewajiban yang sama. Asalkan seorang warga masih terikat menjadi anggota dari banjar tersebut, warga tersebut akan mendapat perhatian sepenuhnya dari warga yang lainnya. Saling memperhatikan dan mendukung satu sama lain khususnya dalam menjalankan adat istiadat di Bali menjadi ciri khas dari sistem banjar.
Dalam pergeseran moralitas jaman modern sekarang ini, banjar sering disalahgunakan untuk hal-hal negatif oleh warga yang tidak bertanggungjawab. Seperti tawuran pemuda antar banjar, sengketa kuburan, pemblokiran jalan desa, dll. Namun yang unik dalam penyelesaian kasus-kasus tersebut, yaitu kasus tersebut cepat sekali dicairkan oleh tokoh-tokoh banjar dengan musyawarah mufakat.
Walau kehidupan perkotaan begitu komplek, sampai saat ini, sistem banjar tetap eksis dalam menjaga tatanan masyarakat di Bali
Bale Banjar saya, yaitu Banjar Kebon terletak di tengah-tengah pedesaan yang sangat asri, dan terkenal akan warga pakramannya yang ramah. Selain itu bale banjra kami juga mempunyai seka gong yang sering mendapat undangan untuk pentas di beberapa event-event yang ada di Bali. Contohnya pada saat PKB beberapa waktu ini, Banjar kami mendapat undangan untuk pentas.