Monthly Archives: April 2013

Instrumen Kendang Bebarongan

  1. Kendang Dalam Karawitan Bali

Yang dimaksud dengan karawitan bali atau karawitan dalam arti luas adalah music tradisional Indonesia. Namun secara khusus, seni karawitan bali adalah musik tradisional yang berasal dari bali yang nilai-nilai musiknya tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan sosiokultural masyarakat.

Secara umum seni karawitan bali dapat dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu: seni karawitan vokal (tembang), seni karawitan instrumental, dan seni karawitan vokal-instrumental. Seni karawitan vokal (tembang) adalah suatu bentuk musik tradisi yang mempergunakan vokal sebagai media ungkap; seni karawitan instrumental adalah seni karawitan bali yang mempergunakan instrument atau gamelan sebagai media ungkap berkreatifitas; sedangkan seni karawitan vokal-instrumental adalah seni karawitan yang di dalamnya menggaungkan unsure vokal dan instrumental.

Secara garis besar barungan gamelan bali dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu: gamelan golongan tua, gamelan golongan madya, dan gamelan golongan baru.

Gamelan golongan tua adalah berbagai jenis gamelan yang dipercaya oleh masyarakat pendukungnya memiliki nilai sacral, mempunyai unsure kesederhanaan dalam hal bentuk, teknik dan ornamentasi. Pada umumnya gamelan golongan tua ini tidak mempergunakan kendang terkecuali dalam gamelan gong luang. Dalam barungan gamelan gong luang, fungsi kendang tidaklah menonjol dan hanya dipukul menjelang jatuhnya pukulan gong.

Pada gamelan golongan madya, peranan kendang sudah mulai berfungsi sebagai pimpinan dari sebuah barungan gamelan.  Kedang sudah memiliki peran sebagai pengatur jalannya sebuah gending atau lagu yang disebut dengan istilah pemurba irama. Dalam periode ini kendang biasanya dimainkan secara berpasangan yang disebut dengan istilah kendang lanang dan kendang wadon ( dalam bahasa bali lanang berarti laki-laki dan wadon berarti perempuan). Pada gamelan golongan madya, kendang lanang mempunyai peranan yang lebih besar dan dianggap sebagai pemimpin dari sebuah barungan gamelan.

Pada gamelan golongan baru, peranan kendang semakin menonjol dengan teknik dan improvisasi yang semakin kompleks. Pada gamelan golongan baru ini, kendang wadonmemiliki peranan yang lebih  menonjol sebagai pemurba irama atau mengatur jalannya irama.

  1. Kendang Bebarongan

Dalam karawitan bali dapat ditemukan berbagai macamjenis kendang. Keanekaragaman kendang bisa dilihat dari bermacam ukurannya mulai dari yang besar sampai yang kecil. Beberapa contoh jenis kendang bali diantaranya, kendang mebarung, kendang tambur, kendang bedug, kendang cedugan, kendang gupekan, kendang bebarongan kendang krumpungan, kendang batel kendang angklung.

Salah satu jenis kendang bali yang memiliki teknik permainan yang unik dan rumit adalah kendang bebarongan. Hal ini disebabkan karena dalam mempermainkannya mempergunakan sebuah alat yang disebut panggul kendang. Dan teknik permainannya lebih banyak memakai  teknik mekendang tunggal, jenis ini dinamakan kedang bebarongan karena kendang ini khusus digunakan untuk menyajikan kendanggending-gending bebarongan dan dipergunakan untuk mengiringi tari barong. Kendang bebarongan mempunyai panjang sekitar 62-65cm, garis tengah tebokan besar26-28cm dan garis tengah tebokan kecil sekitar 21,5-23cm. ukuran jenis kendang ini ukuran yang tidak terlalu besar maupun tidak terlalu kecil (sedang) sehingga sering juga di sebut kendang penyalah. Sesuai dengan namanya kendang bebarongan adalah salah satu jenis kendangyang dipergunakan untuk mengiringi tari barong baik hanya bapang barongnya saja maupun melampahan.

  1. Kendang bebarongan dalam karawitan bali

Kendang bebarongan adalah kendang yang secara khusus terdapat dalam barungan gamelan bebarongan. Jenis kendang ini mempunyai panjang sekitar 62-65cm, garis tengah tebokan besar26-28cm dan garis tengah tebokan kecil sekitar 21,5-23cm. kendang bebarongan ini termasuk dalam ukuran yang tanggung, karena ukurannya yang tidak terlalu besar maupun tidak terlalu kecil. Ada dua cara untuk memainkan kendang bebarongan, yakni bisa dengan mempergunakan panggul dan bisa juga dimainkan tanpa mempergunakan panggul.

  1. Fungsi kendang bebarongan

Fungsi kendang bebarongan adalah berfungsi sebagai pemurba irama (mengatur jalannya irama gending). Kendang bebarongan merupakan salah satu instrumen penting dalam barungan gamelan bebarongan. Mengingat begitu penting peranan kendang  dalam gamelan bebarongan maka kemampuan juru kendang sangat menentukan keberhasilan dari sebuah pementasan. Dengan kata lain bahwa disamping factor instrumen atau kendangnya sendiri maka, keberhasilah sebuah pementasan akan sangat ditentukan oleh kemampuan juru kendang baik dalam hal bermain secara individu maupun dalam hal memimpin seluruh penabuh yang memainkan instrument lainnya sehingga dapat menghasilkan sebuah pementasan yang baik.

  1. Teknik menabuh kendang bebarongan

Sebelum menabuh, ada satu hal penting yang harus diperhatikan oleh juru kendang, yaitu sikap duduk dalam bermain kendang sebab sikap duduk yang baik dan benar akan sangat menentukan kenyamanan dalam bermain kendang.

Suara kendang bebarongan diatur agar suara cedugannya mendekati nada dung (7) sesuai dengan laras gamelan yang di pergunakan. Untuk mendapatkan suara kendang sesuai dengan yang diinginkan dilakukan dengan cara mengatur posisi sompe (pengaturan suara kendang yang berbentuk cincin yang terbuat dari jangat). Cara mengatur tinggi rendahnya suara kendang adalah dengan jalan mengatur sompe baik kearah muwa kanan maupun muwa kiri kendang. Apabila suara yang diinginkan lebih tinggi maka sompe dieratkan menuju arah muwa kanan kendang. Sebaliknya kalau diinginkan agar suara kendang lebih rendah maka sompe diatur kea rah muwa yang kecil. Pengaturan ini dilakukan dengan sangat hati-hati agar mendapatkan suara kendang yang sesuai dengan yang diinginkan.

Selain dengan jalan mengatur posisi sompe, pengaturan suara kadang dapat dilakukan dengan cara memukul bagian wangkis – salah satu bagian dari kendang terbuat bamboo dan kawat yang berbentuk cincin dan berfungsi untuk memegangpenukub dan tali – dan penukub kendang pada kedua bagian (muwa). Untuk mendapatkan suara yang lebih tinggi carannya adalah dengan jalan memukul kedua wangkis sedangkan untuk mendapatkan suara yang lebih rendah dilakukan dengan jalan memukul bagian tengah dari kulit kendang pada kedua muwa. Dalam hubungan ini harus dilakukan dengan cermat dan penuh perasaan.

  1. Warna suara kendang bebarongan

Adapun yang dimaksud dengan warna suara kendang bebarongan adalah jenis-jenis suara yang dihasilkan. Apa bila menggunakan panggul maka muwa kanan dapat menghasilkan tiga jenis suara yaitu: dug, tek, dan tep. Suara tek diperoleh dengan cara memukul muwa kanan dengan panggul dan muwa kiri ditutup sepenuhnya dengan  tangan kiri. Sedangkan muwa kiri menghasilkan dua warna suara yaitu pak dan kung.

Selanjutnya apabila kendang itu dimainkan tanpa mempergunakan panggul, maka muwa kanan dapat mehasilkan tiga warna suara yaitu: tep, cung, dan dag. Sedangkan muwa kiri dapat mehasilkan dua suara yaitu pak dan kung. Dengan kata lain, bahwa muwa kiri akan menghasilkan dua warn yang sama baik ketika kendang itu dimainkan dengan panggul ataupun tanpa panggul.

Salah satu hal yang harus diingat oleh setiap juru kendang khususnya dalam menabuh gending-gending bebarongan adalah pada saat memukul kendang dengan mempergunakan panggul, pada bagian muwa kiri ditutup sedikit agar mendapatkan suara kendang yang lebih tajam dan tekes. Jika tidak ditutup sebagian maka akan menghasilkan suara kendang yang mecedung atau mempunyai suara yang kurang tajam.

Ensamble Gong Kebyar

Gamelan Gong Kebyar

Gamelan gong kebyar sebagai seni musik tradisional Bali dalam sejarahnya yang ditulis babad bali, gong kebyar diperkirakan muncul di Singaraja pada tahun 1915. Desa yang sebut-sebut sebagai asal pemunculan Gong Kebyar adalah Jagaraga (Buleleng) yang juga memulai tradisi Tari Kebyar.

Ada juga informasi lain yang menyebutkan bahwa Gong Kebyar muncul pertama kali di desa Bungkulan (Buleleng). Perkembangan Gong Kebyar mencapai salah satu puncaknya pada tahun 1925 dengan datangnya seorang penari Jauk yang bernama I Ketut Mario dari Tabanan yang menciptakan sebuah tari Kebyar Duduk atau Kebyar Trompong.

Perkembangan Gong Kebyar di Bali, seperti yang dikutip dalam catatan sukoco dalam blog http://etno06.wordpress.com terdapat tiga Gamelan kebyar yang berkembang di Bali yaitu :

  1. Gamelan kebyar yang bersumber dari Gong Gede, 
  2. Bersumber dari gamelan palegongan.
  3. Murni buatan baru. 

Yang pertama memiliki embat yang sesuai dengan embat gamelan gong gede yaitu agak rendah seperti yang banyak terdapat di Bali Utara. kelompok kedua menggunakan embat sama dengan embat gamelan palegongan (sumbernya) yaitu agak tinggi seperti yang sebagian besar terdapat di Bali bagian selatan, Gamelan-gamelan kebyar yang murni buatan baru sebagian besar ber-embat sedang seperti yang terdapat di berbagai daerah di Bali dan diluar Bali. Kenyataan ini menunjukan bahwa belum ada standarisasi embat untuk Gamelan kebyar di Bali.

Juga Dinamakan gong kebyar, menurut kutipan catatan blog ekadarmaputra dalam ISI Denpasar, Gong kebyar ditabuh untuk pertama kalinya menyebabkan terjadinya kekagetan yang luar biasa. Masyarakat menjadi tercengang dan ternak sapi yang sedang diikatkan di ladang dan di kandangnya terlepas dan lari tunggang langgang.

Disebutkan juga dalam catatan blog tersebut, gong kebyar merupakan tabuhan bersama dan serentak yang diikuti oleh hampir semua tungguhan pada perangkatnya kecuali tungguhan suling, kajar, rebab, kempul, bebende kemong, kajar dan terompong.

Bentuk kebyar merupakan salah satu bagian dari satu kesatuan gending yang letaknya bisa di depan, di tengah atau di bagian akhir. Jenis tabuhan kebyar ini sering digunakan pada iringan tarian maupun tabuh petegak (instrumental). Karena itu kebyar memiliki nuansa yang sangat dinamis, keras dengan satu harapan bahwa dengan kebyar tersebut mampu membangkitkan semangat.

Struktur Gong Kebyar
Gong Kebyar merupakan salah satu perangkat/barungan gambelan Bali yang terdiri dari lima nada ( panca nada ) dengan laras pelog, tetapi tiap-tiap instrument terdiri sepuluh bilah.

Gong Kebyar bagi masyarakat Bali sudah tidak asing lagi, karena hampir seluruh desa maupun banjar yang ada di Bali memiliki satu perangkat/ barungan Gong Kebyar.

Oleh karenanya gong kebyar menjadi satu barungan gambelan tergolong baru jika dibandingkan dengan jenis-jenis gambelan yang ada saat ini seperti misalnya, gambelan Gambang, Gong Gde, Slonding, Semara Pegulingan dan masih banyak yang lainnya.

Barungan gong kebyar terdiri dari :

  • Dua buah (tungguh) pengugal/giying
  • Empat buah (tungguh) pemade/gansa
  • Empat buah (tungguh) kantilan
  • Dua buah (tungguh) jublag
  • Dua buah (tungguh) Penyacah
  • Dua buah (tungguh) jegoggan
  • Satu buah (tungguh) reong/riyong
  • Satu buah (tungguh) terompong
  • Satu pasang gong lanang wadon
  • Satu buah kempur
  • Satu buah kemong gantung
  • Satu buah bebende
  • Satu buah kempli
  • Satu buah (pangkon) ceng-ceng ricik
  • Satu pasang kendang lanang wadon
  • Satu buah kajar

 

Di Bali ada dua macam bentuk perangkat dan gaya utama gambelan gong kebyar yaitu gambelan gong kebyar Bali Utara dan gambelan gong kebyar Bali Selatan. Kedua gambelan gong kebyar ini perbedaannya terletak pada :

  • Tungguhan gangsa, Bali Utara bentuk bilah penjain dan dipacek sedangkan Bali Selatan menggunakan bentuk bilah kalorusuk dan digantung.
  • Gambelan Bali Utara kedengarannya lebih besar dari suara gambelan Bali Selatan, meskipun dalam patutan yang sama.

Dalam perkembangannya gong kebyar munculah istilah gaya Bali Utara dan gaya Bali Selatan, meskipun batasan istilah ini juga masih belum jelas. Sebagai gambaran daerah atau kabupaten yang termasuk daerah Bali Utara hanyalah Kabupaten Buleleng.

Sedangkan Kabupaten Badung, Tabanan, dan lain mengambil gaya Bali Selatan. Disamping itu penggunaan tungguhan gong kebyar di masing-masing daerah sebelumnya memang selalu berbeda karena disesuaikan dengan kebutuhan maupun fungsinya.

Fungsi Gong Kebyar
Sebagaimana kita ketahui lewat literatur dan rekaman telah tampak bahwa Gong Kebyar itu telah berfungsi sebagai pembaharu dan pelanjut tradisi. Sebagai pembaharu maksudnya adalah lewat gong kebyar para seniman kita telah berhasil menciptakan gending-geding baru yang lepas dari tradisi yang sudah ada.

Sedangkan sebagai pelanjut tradisi maksudnya adalah gong kebyar telah mampu mempertahankan eksistensi reporter gambelan lainnya melalui transformasi dan adaptasi.

Seperti apa yang telah diuraikan di atas bahwa gong kebyar memiliki fungsi untuk mengiringi tari kekebyaran. Namun sesuai dengan perkembangannya bahwa gong kebyar memiliki fungsi yang sangat banyak.

Hal ini dikarenakan gong kebyar memiliki keunikan yang tersendiri, sehingga ia mampu berfungsi untuk mengiringi berbagai bentuk tarian maupun gending-gending lelambatan, palegongan maupun jenis gending yang lainnya.

Disamping itu Gong Kebyar juga bisa dipergunakan sebagai salah satu penunjang pelaksanaan upacara agama seperti misalnya mengiringi tari sakral, maupun jenis tarian wali dan balih-balihan.

Karena gong kebyar memiliki multi fungsi maka gong kebyar menjadi sumber inspirasi karya baru. Dengan demikian Gong Kebyar telah berfungsi sebagai pembaharu dan pelanjut tradisi.

Sebagai pembaharu maksudnya adalah lewat Gong Kebyar para seniman kita telah berhasil menciptakan gending-gending baru yang lepas dari tradisi yang sudah ada.

Sedangkan sebagai pelanjut tradisi Gong Kebyar telah mampu mempertahankan eksistensi reporter gambelan lainnya melalui transformasi dan adaptasi. Misalnya dalam gending gong kebyar kita mengenai istilah gegambelan,gender wayang dan gong luang.

Juga disebutkan dengan menggunakan iringan gamelan gong kebyar, dalam sejarah drama klasik di Bali, maka drama tersebut berganti nama menjadi drama gong.dan sejak itulah banyak muncul sekaa-sekaa drama gong baru lainnya.

Sedikit Tentang Saya

Nama saya I Gede Putu Swadnyana Putra. Saya lahir pada tanggal 6 Juli 1994.Saya tinggal di Br.Peken,Belayu,Marga,Tabanan.Saya mempunyai hobi di bidang seni Karawitan.Nama ayah saya I Gede Putu Yasa.Pekerjaan ayah saya adalah seorang buruh pengrajin ukiran kayu.Nama ibu saya Ni Nyoman Sunadi.Pekerjaan ibu saya adalah seorang pedagang.Saya mempuyai satu saudara laki-laki.Nama adik Saya I Gede Made Febri Mahardika.Saya ahir di keluarga yang sederhana.Dulu saya sekolah di TK Widya Manggala,SDN 1 Peken,SMPN 2 Marga,SMK Pariwisata Mengwitani.Saya mempunyai keterampilan di bidang seni ukir kayu,kulit dan buah-buahan.Waktu saya kelas 4 sd saya mulai belajar mengukir kayu,disana saya diajarkan mengukir dari dasar ukiran ,dan lama kelamaan saya diajarkan untuk membuat suatu ukiran yang lebih sukar.Dan setelah itu saya berpindah-pindah belajar mengukir dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya.Waktu saya SD saya juga suka bermain permainnan seperti:Meong-meong,petak umpet dll.Dan setelah tamat SD saya melanjutkan sekolah di SMPN 2 Marga.Dan waktu kelas 1 saya memilih ekstra Tabuh dan disana saya mulai belajar menabuh.Dan setelah saya kelas 2 saya memilih ekstra menganyam dan disana saya belajar membuat anyaman dari daun kelapa dan dari bambu sampai kelas 3 SMP.Dan selain di SMP di banjar saya juga belajar bersama teman-teman,disana saya diajarkan dari tabuh gegilak sampai tabuh tari-tarian.. Dan setelah tamat SMP, saya melanjutkan sekolah di SMK Pariwisata Mengwitani.Disana saya memilih jurusan Tata Hidangan,disana saya diajarkan cara menghidangkan makanan kepada tamu/bule.Dan waktu saya kelas 2 SMK saya mulai treaning di sebuah hotel yang terletak di kawasan Tanjung Benua.Dan disana saya ditempat di bagian artist kitchen,saya juga diajarkan memasang dekorasi untuk meja buffet dan juga saya belajar fruit carving.Dan setelah itu waktu ada perlombaan Tri Hita Karana di Art Center,disana kita mengikuti lomba dekorasi dan makanan,pelombaan itu diikuti oleh hotel-hotel yang ada di Bali.Dan waktu pelombaan tersebut hotel kami mendapatkan 2 buah piagam yang diberikan oleh panitia perlombaan Tri Hita Karana.Dan setelah saya treaning lalu saya lagi ke sekolah untuk mengikuti pelajaran untuk bisa naik kelas 3.Dan waktu kelas 3 kami para murid disuruh belajar untuk mengikuti UN.Dan setelah saya selesai mengikuti UN saya langsung diajak bekerja untuk menjadi buruh dibidang mengecet /mrada di sebuah merajan.Disana saya juga mulai belajar mengarsir.Dan setelah saya selesai bekerja selama 1 bulan lalu saya kembali ke sekolah untuk melihat hasi UNnya dan kami semua lulus 100%.Dan setelah saya tamat lalu saya melanjutkan kuliah di ISI Denpasar,di sini saya memilih jurusan Seni Karawitan.Dan saya kuliah di ISI Denpasar untuk bisa mengetahui lebih dalam tentang kesenian yang adi di Bali dan kesenian-kesenian yang ada di luar daerah Bali.Dan juga untuk bisa melestarikan seni yang diwariskan oleh para leluhur.

2