Archive for Maret, 2014

Komunitas Batak Marga Siagian di Bali

Kamis, Maret 27th, 2014

Seiring perjalanan waktu, keberadaan orang Batak di Pulau Dewata semakin berkembang. Perkembangan itu dimulai dengan banyaknya Halak Hita yang datang dan mengais rejeki di pulau ini. Namun banyak pula kedatangan mereka dikarenakan pindah tugas dari instansi mereka. Dengan kehadiran mereka, serta merta menambah warna dari pada pola dan budaya masyarakat di Bali. Dulu kebudayaan Hindu kental dengan kebudayaannya sendiri namun sekarang dengan kehadiran banyak suku bangsa dan bahasa di Bali menjadikan pulau ini semacam kota cosmopolitan. Bukan hanya suku bangsa Indonesia namun juga bangsa lain (mancanegara) seperti semut mengerumuni gula bali.
Khusus suku bangsa Batak yang datang jauh dari Sumatera Utara, mereka memiliki berbagai latar belakang pendidikan dan bakat. Banyak yang bekerja di birokrat dan banyak pula yang bekerja di bidang seni, teknik dan berbagai macam keahlian. Saya akan menceritakan sedikit tentang silsilah marga Siagian.
Orang Batak mempunyai cerita atau legenda atau “Tarombo” sendiri bahkan berawal dari manusia pertama / generasi pertama (1 generasi 100 tahun). Inilah yang disebut Legenda Keajaiban yang berlangsung selama 30 generasi. Legenda Keajaiban berlanjut ke Silsilah orang Batak sebanyak 12 generasi, kemudian dilanjutkan dengan Silsilah Marga hingga sekarang ini sekitar 20 generasi. Di hitung dari jumlah generasi, silsilah orang Batak sudah seputar 6.000 tahun.
Tarombo Batak di-analogi-kan sebagai “Pohon Beringin”, mempunyai akar, batang, dahan, ranting, daun, bunga dan buah. Ada peribahasa Batak yang berbunyi sebagai berikut: “Tinitip sangga bahen huru-huruan, jolo sinungkun marga asa niboto partuturon“, artinya “tanyakan dulu marga, barulah diketahui kekerabatan”. Tata krama ini berlaku hingga saat ini dalam adat Batak. Contohnya, kalau saya bermarga Siagian bertemu dengan seseorang yang memperkenalkan diri bermarga Siagian, saya akan bertanya kepadanya Siagian-nya dari mana, kemudian saya tanyakan lagi Siagian nomer berapa. Dengan demikian saya bisa menentukan / mendeklarasikan bahwa dia saya panggil cucu, anak, abang atau adik, paman atau nenek. Tegasnya kalau dia bernomer 17 akan saya sebut cucu, kalau dia bernomer 16 akan saya sebut anak, kalau dia bernomer 15 akan saya sebut abang atau adik, dan kalau dia bernomer 14 akan saya sebut bapak, dan kalau dia bernomer 13 akan saya sebut nenek. Tidak hanya itu, tata krama adat Batak diatas juga berlaku antar marga. Contohnya, kalau istri saya bermarga Tampubolon, maka saya akan menyebut semua marga Tampubolon Hulahula / Raja / Tulang. Demikian pula kalaau adik saya perempuan menikah dengan marga Situmorang, maka kerabatnya akan saya sebut Lae (ipar) / Amangboru (paman).
Oleh sebab itu kalau seseorang Batak tidak tahu Taambo / silsilah / Tarombo-nya, maka dia akan sulit mengikuti tata krama Batak. Tata krama yang diceritakan ini tidak berlaku atau diberlakukan kepada suku atau etnik lain. Maka dalam pergaulan sehari-hari, pergaulan orang Batak tidak kaku bahkan luwes, sehingga dia bisa hidup dimana-mana. Tidak menjadi penghalang orang Batak menikah dengan suku atau etnik lain, karena mereka akan diberi atau diangkat marga sesuai dengan aturan main yang ada.
Satu bulan yang lalu saya menghadiri acara keluarga Batak marga Siagian se Bali. Acara ini terakhir kali diadakan tahun 2010 di rumah seorang penatua di daerah Tabanan. Saya masih ingat silaturahmi terakhir tahun 2010 begitu berkesan dan masih lengkap dihadiri anggota yang belum meninggal. Kini 2014 tercatat beberapa anggota telah pergi meninggalkan kita.
Penatua atau yang dituakan menjadi motor penggerak di setiap kegiatan. Penatua memberi sambutan pembukaan dilanjutkan dengan ramah tamah. Acara yang mengambil tempat di Sanur Bali Beach ini mengagendakan pergantian kepengurusan karena pengurus yang lama telah bertugas hampir 8 tahun.
Banyak hal menarik sebenarnya yang bisa digali dari komunitas Batak marga Siagian di Bali ini. Bagaimana kami berinterkasi dengan saudara kami orang Bali. Dalam berbagai sendi kehidupan sosial kami berbagi suka dan duka. Tapi dalam kehidupan beragama kami saling menghargai dan tak pernah mencampur adukan masalah agama. Pada waktu acara silaturahmi kemarin terasa belum diberi porsi cukup untuk saling mengenal antar warga Batak marga Siagian dari daerah lain (Klungkung, Badung, Gianyar, Tabanan, Negara dan Karangasem). Ada 300 orang lebih dan mereka berkelompok sesuai dengan daerah mereka sendiri.
Rapat pemilihan ketua baru. Sebagian dari mereka dari generasi tua. Yang muda hanya bengong tak kenal siapa siapa lagi. Apalagi jika orang tua mereka telah meninggal. Kemungkinan mereka tidak akan datang lagi pada acara silaturahmi berikutnya. Karena itu saya berharap dengan kepengurusan yang baru ini akan dapat membuat program acara silaturahmi yang bisa membuat kita saling mengenal lebih dekat lagi. Terutama untuk keluarga Batak marga Siagian di Bali yang telah meninggalkan Bali secara fisik tapi dihati mereka masih merasa sebagai warga Bali.
Banyak juga saya lihat generasi muda yang lain yang masih semangat mau hadir. Mungkin karena merasa senasib diperantauan. Apapun itu kita perlu menjalin silaturahmi lebih erat lagi. Kita ingin seperti eratnya keluarga Batak di perantauan yang sungguh luar biasa. Saling membantu jika ada kesusahan (biasanya bila ada yang meninggal) dan saling berbagi kebahagian (biasanya bila ada yang menikah). Dalam acara tersebut oleh Penatua diusulkan untuk memiliki sebuah website untuk forum komunikasi maya. Saya sangat setuju dan mendukung 100%. Mungkin sebagai langkah awal saya akan buat sebuah Blog untuk melaporkan segala sesuatu tentang kegiatan silaturahmi.

Sekilas Tentang Saya

Kamis, Maret 27th, 2014

20131208_210457 Nama saya Waykson Siagian, saya kerab dipanggil Samson. Saya tinggal di Lukluk, tepatnya di Lingkungan Banjar Umahanyar Perum Lukluk Indah Blok B/40, Mengwi, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Saya lahir di Denpasar pada tanggal 18 Januari tahun 1988. Saya beragama Kristen. Ayah saya bernama B Siagian yang sekarang bekerja sebagai wirausahawan, sedangkan ibu saya bernama Ni Wayan Surati yang sekarang menjadi Guru Penjaskes di SD 5 Darmasaba. Saya adalah anak pertama dari dua bersaudara, oleh karena itu nama saya berisi “Gede” pada KTP saya yang dalam istilah Bali itu berarti anak pertama. Satu-satunya adik saya bernama Janhot Alit Siagian, iya saat ini sedang melanjutkan sekolah S2nya di Jepang sambil bekerja paruh waktu disana. Saat ini status saya sesuai dengan KTP yaitu belum kawin.
Hobiku adalah mendengarkan music dan bermain gitar. Biasanya di waktu senggang aku lebih memilih melelakukan hobiku ketimbang hal lain seperti bepergian. Makanan kesukaanku adalah makanan khas Bali seperti lawar, ayam betutu, sate lilit dan sebagainya. Warna kesukaanku adalah warna hitam. Keinginanku saat ini adalah lulus sarjana di bidang musik.
Saya sendiri, dulu saya mulai menempuh pendidikan di Sekolah Dasar 2 Dharmasaba selain mengikuti pelajaran sebagaimana mestinya saya juga mengikuti ektsra kulikuler pramuka dan pencak silat. Setelah tamat SD dengan mendapat NEM yang lumayan kemudian saya melanjutkan di SMP 3 Abiansema. Di SMP ini saya juga mengikuti ekstrakulikuler pramuka dan pencak silat. Disini saya juga mengikuti kepengurusan OSIS
Setelah lulus, saya melanjutkan sekolah di SMA Widya Brata Mengwi. Saya mengawali bersekolah disana dengan mengikuti MOS (Masa Orientasi Siswa) setelah itu saya mulai mengikuti kegiatan belajar disana. Kelas X selain mengikuti proses akademik saya juga mengikuti OSIS. OSIS mengurus Porseni (Pekan Olahraga dan Seni) baik itu pada saat latihan maupun lomba, dan pada akhir semester genap kami mengadakan acara yang menampilkan pertunjukan-pertunjukan seni dan juga diadakan pameran hasil karya seni. Selain mengikuti OSIS saya juga mengikuti ekstrakulikuler Tabuh dimana ekstrakulikuler ini biasanya melakukan ngayah ketika ada kegiatan keagamaan, namun selain itu juga menymbangkan pertunjukan seni pada kegiatan lainnya dan juga saya terus melanjutkan ekstrakulikuler saya yaitu pencak silat. Di luar sekolah saya juga mengikuti pendidikan informal yaitu mengikuti kursus Piano dan Gitar Klasik. Saya mengikuti ujian dan berhasil lulus.
Karena mengikuti begitu banyak kegiatan, masa SMA berlalu begitu cepat, tak terasa saya sudah harus melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Di Institut Seni Indonesia Bali belum memiliki jurusan atau prodi seni pertunjukan / seni musik, sehingga saya memutuskan untuk berkuliah terlebih dahulu Jurusan FKOP, Fakultas Pendidikan IKIP PGRI Bali. Kebetulan saya juga senang dengan kegiatan olah raga dan berhubung ibu saya adalah seorang guru Penjaskes. Selama 4 tahun saya mengenyam pendidikan di IKIP PGRI Bali Jurusan FKOP dan saya berhasil menamatkan perkuliahan saya pada tahun 2012. Setelah saya lulus dari IKIP PGRI Bali, banyak tawaran yang menghampiri saya untuk menjadi seorang guru olahraga. Saya menerimanya walaupun saya juga sibuk mengajar privat musik diantaranya mengajar alat musik gitar (Gitar Klasik dan Elektrik), alat musik piano dan juga drum. Dari dulu saya sudah tertarik dengan musik. Banyak orang yang mengatakan orang yang berasal dari Medan (Batak) adalah orang-orang pemusik atau memiliki jiwa musik. Setelah 1 tahun saya jeda kuliah dan mengisi hari-hari saya dengan mengajar. Pada tahun 2013 saya mendapatkan info bahwa Institus Seni Indonesia di Bali sudah membuka jurusan atau prodi seni pertunjukan / seni musik dan saya tertarik untuk mendaftar.
Dari dulu saya memang sudah tertarik untuk melanjutkan ke pendidikan Seni musik, dan orang tua saya pun mengizinkan dan saya memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Institut Seni Indonesia Denpasar berhubung juga di ISI baru dibuka jurusan Seni musik pada tahun itu. Saya pun mendaftar dan mengikuti tes masuk di Institut ini dan akhirnya saya lolos untuk menjadi mahasiswa. Saya pun mengikuti OSPEK di kampus ini selama 3 hari yang diisi dengan ceramah-ceramah dan banyak dibebankan dengan tugas-tugas agar nanti bisa lulus dan mendapatkan sertifikat. Setelah berhasil lulus saya mulai mengikuti perkuliahan disini, saya merasakan perbedaan dalam mengikuti kuliah tapi saya mencoba menikmati karena saya mulai fokus mempelajari satu hal, dan satu hal itu adalah hal yang saya sukai. Pada jurusan ini saya memilih instumen mayor gitar, karena saya memang paling tertarik untuk mendalami gitar, pada semester satu ini pun saya mengikuti perkuliahan sebagaimana mestinya. Pada akhir semester saya mengikuti ujian, namun ujian piano dan instrument mayor lainnya diuji secara langsung dalam pementasan yang diadakan di Gedung Natya Mandala secara bersamaan. Setelah mengikuti semua ujian saya pun berhasil lulus di semester satu ini dengan nilai yang memuaskan dan mendapat IP 3.55. Dan sekarang saya sedang mengikuti semester 2, di semester 2 ini saya mengambil 22 sks.
Saya juga memiliki beberapa pengalaman pekerjaan. Diantaranya pada tahun 2007 sampai 2008 saya bekerja sebagai sales di perusahaan Bali Abadi. Pada tahun 2008 sampai 2009 saya bekerja sebagai Guru Olahraga di SD 2 Darmasaba. Pada tahun 2009 sampai 2010 bekerja sebagai Admin Gudang di perusahaan CV Anugerah Jaya. Dan pada tahun 2010 sampai 2011 saya bekerja sebagai Pengawas Lapangan di CV Cahaya Sejati. Saya adalah tipe orang pekerja keras karena aku tidak mau memberatkan orang lain. Sehingga dari pertama kali saya kuliah, saya berusaha bekerja untuk mencari uang agar bisa membayar uang kuliah sendiri tanpa memberatkan orang tua
Demikianlah biografi dan pengalaman saya yang dapat saya sampaikan. Saya bisa di hubungi lewat HP di ‘08563715649’, atau juga di email ‘[email protected]’. Saya juga mempunyai beberapa akun social media diantaranya, ‘Samsona Pecok’ untuk facebook dan blog saya juga dapat dikunjungi di alamat https://blog.isi-dps.ac.id/siagian/.

Halo dunia!

Rabu, Maret 5th, 2014

Selamat Datang di Blog Institut Seni Indonesia Denpasar. Ini adalah post pertama anda. Edit atau hapus, kemudian mulailah blogging!