Tradisi ini dilakukan secara turun temurun dari para tetua atau para leluhur, maka alat musik ini sudah merupakan bagian dari kehidupan petani tradisional masyarakat Tabanan, bermula dari wabah, okokan ini pun dimainkan untuk mengusir wabah, sesuia dengan kepercayaan bahwa wabah yang menyerang itu disebabkan oleh mahluk halus, maka harus diusir dengan membunyikan alat-alat yang bisa menghasilkan bunyi, maka digunakanlah okokan dengan dimainkan oleh beberapa orang untuk mengusir wabah.
Dimainkan oleh beberapa orang sambil berkeliling desa, Ritual ini disebut Ngerebeg, ngerebeg akan dilaksanakan setiap ada wabah yang melanda masyarakat seperti cacar, kolera dan sebaginya, maka tetua desa akan mengambil tindakan demi keselamatan warga dengan upacara pecaruan diiringi dengan gegerebegan, selain itu juga dilaksanakan sehabis melakukan upacara tawur kesanga dengan mengelilingi desa.
Dan untuk menambah sakral ngerebeg, maka okokan ini diiringi dengan dua buah kendang, yang disebut kendang gede, dibuat kira-kira pada tahun 1917 selanjutnya masyarakat mempercayai bahwa kendang gede ini yang dipercaya warga diyakini memiliki kekuatan magis.
Okokan pada umumnya terbuat dari bahan kayu yang bagian dalamnya dilobangi yang hampir menyerupai kentongan tapi bentuknya lebih besar, dan didalamnya diisi pemukul yang disebut palit, alat ini umumnya dipasang pada binatang ternak seperti sapi atau kerbau, sebagai penghias atau tanda hewan tersebut, okokan ini akan mengeluarkan bunyi jika “klok-klok-klok” diayun-ayunkan.
Dizaman sekarang selain sebagai tradisi ritual upacara, okokan juga dipentaskan sebagai kesenian hiburan yang dimana didalam alunan okokan difariasikan sedemikian rupa untuk memodernkannya seperti ditambahkan reong, ceng-ceng, dan menyerupai alat-alat baleganjur, serta ditaburi sedikit gerak demi memperidah kesenian ini.
Related Articles
No user responded in this post