ESENSI BUNYI GAMELAN

06 April 2010 | Lainnya

ESENSI TEOLOGIS DAN FILOSOFIS BUNYI GAMBELAN

Bunyi gamelan diyakini disusun berdasarkan suara gemuruh yang ada didasar bumi yang disebut Prakempa. Bunyi (suara) gemuruh tersebut menyebar ke seluruh penjuru dunia yang kemudian disebut bunyi  pangider bhuana yang dalam teori penciptaan alam disebut sebagai “ dentunan besar ” (big bang). Dalam kitab suci Veda bunyi pencipta alam itu disebut Nada brahma atau suara Om yang vibrasi dan rinsonansinya masih terabadikan hingga saat ini di dalam  ether atau aksara. Bunyi tersebut kemudian disusun oleh Begawan Wiswakrama ke dalam dua kelompok bunyi yaitu kelompok laras pelog dan kelompok laras selendro. Kelompok laras pelog merupakan symbol dari Dewa Kama Jaya atau maskiulin, srdangkan kelompok laras selendro merupakan symbol Dewi Kama Ratih atau symbol feminim.

Bentuk gambelan di Bumi diyakinin meniru bentuk dari gamelan-gamelan yang ada di alam para Dewa. Menurut (mitos) dalam tradisi Bali yang tercatat pada lontar Prakempa bahwa music gamelan adalah musi sorgawi yang bernama Simpladprana. Selanjutnya musik ini menjadi inspirasi pencipta gamelan di beberapa alam para dewa dan alam para Rsi petapa. Maka terciptalah macam-macam gamelan.

Esensi filosofis dari bunyi yang dipersembahkan dalam ritual adalah bahwa vibrasi gelombang bunyi yang dihasilkan oleh setiap daun gamelan adalah sebuah mantram atau suara puja yang dengan tepat menuju salah satu ista dewata.

ESENSI PISIKOLOGI BUNYI GAMBELAN

Bunyi gamelan yang selalu mengiringi ritual Hindu mempunyai pengaruh psikologis terhadap umat Hindu yang hadir pada ritual tersebut, yaitu dapat menurunkan frekwensi gelombang otak (pikiran) yang tegang karena lelah, penat, dan lain sebagainya. Suka dan duka umat manusia terletak dipikiran, jika pikiran manusia sedang tegang atau kalut gelombang pikiranya cendrung berada pada level frekwensi betta () yang beasrnya 14-30 Hz. Dalam level demikian cendrung akan cepat marah. Dengan mendengarkan gamelan lama kelaman frekwensi glombang tersebut menjadi frekwensi alpha (α) atau frekwensi lainya tergantung dari situasi dan kondisi orang tersebut.

Gamelan sengaja ditabuh dengan waktu yang sangat panjang agar secara perlahan tetapi pasti diharapkan semua umat  berada minimum pada level frekwensi gelombang alpha. Dengan level frekwensi gelombang tersebut nicaya bakti umat akan dapat menembus gelombang-gelombang yang menghalang pikiran menuju kepada tuhan.

ESENSI SOSIOLOGIS BUNYI GAMELAN

Tidak dapat disangkal bahwa aktivitas latihan megamel dan mendengarkan bunyi gamelan memiliki aspek dan efek sosiologi, antaralain : sebagai media komunikasi sosial dan alamiah. Ketika suara gamelan itu terdengar maka seseorang akan mengetahui bahwa gamelan itu isyarat adanya suatu upacara. Semua itu dapat diketahui melalui jenis bunyi gamelannya.

Bunyi gamelan juga dapat menyambung tali persahabatan persaudaran secara tidak langsung dan bersifat alamiah. Orang yang tidak beromongan antara satu dengan yang lain, jika keduanya mau ikut mendengar gamelan apalagi ikut latihan, maka dalam latihan akan tercipta kondisi yang dengan sendirinya memungkinkan untuk saling berdamai secara alamiah.

OLEH                            : I KETUT DONDER

DIRANGKUM  DARI :  ESENSI BUNYI GAMELAN DALAM PROSES RITUAL HINDU

TAHUN                         : 1995


Comments are closed.