Tips Instalasi Blackberry Theme dan Aplikasi Via Desktop Manager


zonaponsel.com – Untuk melakukan instalasi theme atau aplikasi melalui Blackberry Desktop Manager, anda harus terlebih dahulu menginstall Blackberry Desktop Manager pada komputer. Jika anda belum memiliki Blackberry Desktop Manager, anda bisa mendapatkan versi terbaru melalui alamat ini : http://na.blackberry.com/eng/services/desktop/

Setelah Blackberry Desktop Manager terpasang pada komputer, langkah-langkah untuk melakukan instalasi theme atau aplikasi :

Langkah 1

Sambungkan Blackberry anda ke komputer via kabel USB. Kemudian jalankan Blackberry Desktop Manager.

Langkah 2

Pada Main Menu Blackberry Desktop Manager, pilih Applications Loader.

Langkah 3

Selanjutnya akan tampil dua opsi yaitu : Add / Remove Applications dan Update Applications. Pilih Add / Remove Applications.

Langkah 4

Pada menu Device Application Selection, pilih Browse.

Langkah 5

Pilih file aplikasi atau theme yang sudah di unzip sebelumnya. Pastikan file .alx dan file .cod berada dalam satu folder ketika anda mengunzip file aplikasi atau theme. Selanjutnya pilih file berekstensi .alx (sebagai contoh adalah file ziplorer.alx), kemudian klik Open.

Langkah 6

Pada tampilan Device application selection, di bawah kolom Action anda akan melihat ziplorer terdaftar dengan label Install. Pilih Next.

Langkah 7

Selanjutnya akan tampil keterangan bahwa aplikasi akan diinstall pada blackberry anda (sebagai contoh adalah ziplorer). Pilih finish untuk melanjutkan proses instalasi

Langkah 8

Jika proses instalasi berhasil dilaksanakan, akan keluar keterangan “The Loading Operation Was Successful“. Anda bisa menutup Blackberry Desktop Manager.

Langkah 9

Restart Blackberry setelah proses instalasi selesai. Caranya : lepas baterai kemudian pasang kembali.

Selamat Mencoba !


WIRAMA BASANTATILAKA DIKUTIP DARI KAKAWIN RAMAYANA 1 SARGGAH XIV

LATAR BELAKANG :

Wirama  Basantatilaka ini  tercantum dalam Kakawin  Ramayana I  Sarggah XIV   Hal 254 ( dibatasi hanya sampai pada/bait kesepuluh)  yang pesalinnya menggunakan huruf latin dan artinya menggunakan bahasa Indonesia terbitan Dinas Pendidikan Dasar Propinsi Bali Dati I Bali th 1997. Menceritakan tentang Sang Rahwana Prabu Alengka pura  yang  bersifat adharma dan   merasa dirinya paling sakti,   sama sekali tidak mau mendengar nasehat dari  kerabatnya karena merasa dirinya paling benar di atas dunia ini. Disini dia dinasehati oleh adiknya yang bernama Wibisana dan di yakinkan lagi oleh kakeknya Sang Sumali yang terkenal Berbudi luhur akan tetapi sedikitpun tidak dianggap bahkan Rahwana menjadi bertambah marah.

ISI CERITA

Dikisahkan  di dalam peparuman    Alengka pura yang dihadiri oleh para menteri, patih tua, para hulubalang, para perwira beserta kerabat Sang Rahwana. Di peparuman inilah Sang Wibisana menasehati  Sang Rahwana untuk tidak bermusuhan dengan Sang Ramadewa karena beliau terkenal sangat sakti mandraguna tiada tandingannya diatas dunia. Sepatutnya beliau disembah dan dijadikan sahabat, jika tidak maka akan habislah Sealengkapura.

Akan tetapi sang Rahwana murka, marah bukan kepalang sehingga tidak dapat berkata-kata. Semuanya menjadi hening sunyi tanpa suara. Dalam keheningan itu, pada saat Sang Rahwana terdiam, bersabdalah kakek beliau yang bernama Sang Sumali. Beliau kakek dari pihak ibu sangat pandai menganalisa dan berbudi luhur dan dengan penuh rasa sayang dengan hormat memberikan nasehat. Beliau membenarkan ucapan  Sang Wibisana dan mengatakan untuk tidak ragu atau  enggan hati   mengikutinya karena wajar Sang Rahwana untuk menurutinya demi keselamatan Sang Rahwana sendiri. Andaikata tidak dituruti, niscaya akan hancurlah negeri Alengka.

Alasan Sang Sumali membenarkan Sang Wibisana karena Sang Rama adalah satu-satunya yang bersenjatakan busur di medan perang dan telah banyak membunuh pasukan Alengka. Beliau juga mengatakan bahwa Ramadewa tidak pernah berbuat curang dan tidak bisa berperang di angkasa, namun   tidak dapat dikeroyok dan karena kesaktianyalah yang menyebabkan  semua kehancuran. Beliau meragukan akan keberadaan Ramadewa yang kemungkinan merupakan muslihat para Dewa, Bhatara dan para Resi untuk menciptakan manusia sangat sakti yang mempunyai pasukan kera yang sangat mengherankan di dunia dan bila berperang dengannya niscaya akan mati serta  menyebabkan kehancuran Lengka dan semua raksasa tanpa sisa. Oleh sebab itu Sang Sumali menyarankan untuk menyerah saja.

TOKOH-TOKOH :

–                      Sang Rahwana, Sang Sumali, Sang Wibisana, Sang Rama

TEMA

Kakawin Ramayanya Sarggah XIV ini menceritakan sepenggalan cerita tentang kesombongan Rahwana yang merasa paling  benar dan paling sakti sehingga dia bertindak sekehendak hatinya tanpa menghiraukan penderitaan orang lain di sekelilingnya. Adapun tema kakawin ini adalah : Nasehat seorang adik kepada kakaknya dan nasehat seorang kakek kepada cucunya yang telah menyimpang dari kedharman  agar kembali ke jalan yang benar yaitu jalan yang selalu berdasarkan dharma.

PEMBAHASAN PEMENGGALAN KATA (AFIKS, INFIKS DAN SUFIKS)

1.         Tatkala                        => tat + kala                                        =  ketika

2.         Kahenengang              +> Ka + heneng + an                          = dalam keadaan terdiam

3.         Sirang                          => sira + ng                                         = seseorang

4.         Mojar                           => ma + ujar                                        = berkata

5.         Ngaran                                    => Ng + aran                                       = bernama

6.         Wuwusnyarinta           => Wuwus + nya + ari+ n + ta            = turutilah adikmu

7.         Pituhun                        => Pi + tuhu + n                                  = nasehat

8.         Hatinta                                    => Hati + n + ta                                  = hatimu

9.         Salengka                      => sa + lengka                                     = Seluruh alengka

10.       Sangsayan                   => Sangsaya + n                                 = Jangan ragu

11.       Wanehan                     => Waneh + an                                   = Tiada lain

12.       Balan                           => Bala + n                                         = Tentara/rakyat

13.       Gaganan                      => Ga + gana + an                              =  Sarana

14.       Ginawe                        => Gawe + in                                      = hasil karya

15.       Umatiya                      => um + mati + ya                              =  natilah dia

16.       Binanjra                       => Bajra + in                                       =  dibajra

17.       Tinampekan                 => Tampek + in + an                           =  tersiram


KAKAWIN HARIWANGSA

LATAR BELAKANG :

Kakawin Hariwangsa ditulis oleh Mpu Panuluh pada zaman pemerintahan Prabu Jayabaya dari Kerajaan Kediri,  pada tahun 1135-1157. Cerita ini bisa  dikatakan  beraroma khas Nusantara, karena banyak hal yang berbeda dengan kisah aslinya di India. Ada hal yang sekaligus menarik dan janggal terjadi dalam kakawin ini, yaitu bagaimana para Pandawa bersama-sama dengan para Korawa yang merupakan musuh bebuyutan para Pandawa  bisa-bisanya   dilukiskan memerangi prabu Kresna, sekutu mereka yang paling setia. Barangkali ada maksud tertentu mengapa Pandawa bisa memerangi Prabu Kresna, mengapa musuh bebuyutan Prabu Kresna bisa berdamai dan semuanya berakhir baik    bagi segala pihak.  Hal seperti ini tidak muncul dalam sastra epis (wiracarita) di India dan ini menunjukkan sifat Indonesiawi dari kakawin ini. Bahkan ada pakar yang menduga bahwa kakawin ini sebenarnya adalah sebuah naskah lakon yang maksudnya dipentaskan untuk pertunjukan wayang.

Kakawin Hariwangsa adalah sebuah karya sastra Jawa Kuna. Sedangksn Hariwangsa sendiri bermakna wangsa Hari, Garis Keturunan Wisnu.  Akan tetapi Kakawin Hariwangsa hanya berupa petikan tentang perkawinan Prabu Kresna dengan Dewi Rukmini. Cerita yang dikisahkan dalam bentuk kakawin ini adalah cerita ketika sang prabu Kresna, titisan batara Wisnu ingin menikah dengan Dewi Rukmini, dari negeri Kundina, putri prabu Bismaka.  Dimana Dewi Rukmini adalah titisan Dewi Sri yang merupakan istri dari betara Wisnu.

ISI CERITA

Alkisah di Negeri Dwarawati Sang Kresna yang telah beranjak dewasa dan berkeinginan untuk  mencari istri namun  tidak ada satupun berkenan dihati. Kresna yang merupakan titisan Wisnu  sangat merindukan titisan Dewi  Sri yang tidak diketahui dimana dan siapa namanya.  Untuk  menentramkan hatinya yang sedang kasmaran, maka berjalan-jalanlah dia ke  taman di belakang istana. Ketika di taman tersebut Kresna mendapat kunjungan batara Narada.  Batara Narada mengatakan bahwa  calon istrinya, seseorang yang merupakan titisan Dewi Sri, telah turun ke dunia di negeri Bismaka.  Titisan Dewi Sri  tersebut bernama Dewi Rukmini dan merupakan putri prabu Bismaka. Akhirnya Kresna merasa girang karena apa yang  selama ini  ada dalam mimpinya  sebentar lagi menjadi kenyataan. Dia memikirkan cara yang paling baik untuk mendapat Dewi Rukmini. Terbersit dalam benaknya untuk  datang menghadap ke Negeri Bismaka dan menyampaikan lamaran kepada Prabu Bismaka. Namun diurungkan karena takut  kalau ditolak, betapa malu hatinya.  Kalau dengan jalan perang juga tidak berkenan dihatinya. Akhirnya Kresna memutuskan membuat surat kepada Sang Prabu untuk meminang Dewi Rukmini dan mengutus pengasuhnya yang bernama I Priambada.

Sesampainya di puri Bismaka  I Priambada minta tolong kepada Ni Kesari yang merupakan dayang kesayangan Sang Dewi. Ni Kesari menghadap Dewi Rukmini dan menyampaikan bunga cempaka dan cincin yang bermata mutu manikam titipan dari Prabu Kresna.  Ni kesari lupa menyampaikan surat cinta dari Sri Kresna akhirnya surat itu diletakkan di bawah cermin tempat sang dewi berhias. Surat yang berisi segala bujuk rayu dari Kresna membuat hati sang Dewi menjadi gundah gulana dan gelisah sepanjang  hari. Wajah Kresna seperti terbayang-bayang di pelupuk mata.

Di lain tempat diceritakan Hyang Bhagawan  Narada turun ke kerajaan Kundina. Beliau memberi kabar kepada Raja Jarasanda bahwa Kresna mempunyai niat akan menculik diah Rukmini.  Raja Jarasanda diperintahkan menyampaikan kabar ini kepada Raja Bismaka. Akhirnya Prabu Jarasanda menyampaikan hal itu dan menghasut   prabu Bismaka agar menikahkan sang Dewi dengan Prabu Cedi. Prabu Bismaka setuju dengan perjodohan itu. Setelah perundingan selesai Prabu Jarasanda memberitahu Prabu Cedi akan perjodohannya dengan Dewi Rukmini.  Raja Cedi kaget dan girang bukan kepalang bagaikan kejatuhan bulan  karena   dulu lamarannya ditolak oleh sang Dewi  akhirnya akan bersanding pula dengan sang Dewi. Pesta pernikahan disiapkan dengan meriah dan para tamu dari negeri tetangga dan para raja telah hadir.

Diceritakan Dewi Rukmini bersedih hati karena tidak setuju dengan perjodohannya. Hampir saja dia bunuh diri. Akan tetapi dicegah oleh dayangnya dan diingatkan tentang surat dari Kresna yang belum dibalas. Akhirnya dewi Rukmini membalas surat Sri Kresna dan  berniat untuk melarikan diri bersama Kresna.  Sehari sebelum hari pernikahannya Dewi Rukmini melarikan diri dengan Sri Kresna atau yang sering disebut Sang Hyang Hari.

Seisi puri menjadi gempar. Raja Jarasanda murka, akhirnya dia membuat siasat untuk memerangi Kresna. Semua raja-raja diajak bersekutu termasuk Korawa. Dia juga minta pertolongan kepada Para Pandawa dan mengutus  Sang Citrasena. Dengan berat hati Raja Yudhistira menyanggupi untuk membantu walaupun ditentang mati-matian oleh Bimasena. Setelah  utusan Jarasanda pergi  datanglah utusan Sri Kresna  sang Udawa yang menyampaikan kepada Raja Yudhistira agar tidak ikut berperang karena Sri Kresna tidak pernah takut oleh musuh siapapun  dan tidak akan mengampuni siapapun. Prabu Yudhistira sangat bingung ia merasa menyesal karena tidak bisa menuruti nasehat Sri Kresna yang merupakan sahabat setia dan yang membantu Yudhistira menjadi raja. Dengan berat hati ia menyampaikan akan tetap ke medan laga karena sudah terikat janji  dengan Prabu Jarasanda. Sang Udawa merasa sedih dengan jawaban sang Yudhistira dengan berat hati dia melaporkannya kepada Sri Kresna.

Pada akhirnya perang tak dapat dielakkan lagi, tempat perang tanding  berubah menjadi lautan darah. Raja-raja sekutu  Jarasanda semua  gugur, bahkan Jarasanda sendiripun gugur.   Begitu juga Sang Kurupati,  Prabu Bismaka, Sang Bagadata, Sang Karna, Prabu Cedi, Sang Nakula, Sahadewa, Sang Bima gugur pula. Karena melihat adik-adiknya tewas Sang Yudhistira pun ikut berperang. Namun Sri Kresna mengeluarkan senjata yang sangat sakti sehingga Yudistira pingsan roboh jatuh ke ibu pertiwi. Melihat kakaknya pingsan Arjuna membalas dengan mengeluarkan berbagai macam senjata sakti. Begitu pula dengan Kresna. Perang senjata, perang ilmu kanuragan  tiada henti. Akhirnya mereka   ingat  mereka adalah  titisan Sang Hyang Narayana. Keduanya berubah  bertangan empat, menjadi wisnu murti. Untuk memisahkan mereka Betara Wisnu turun dari sorga diiringi oleh para Dewata-Dewati dan Para Resi di langit.

Pada saat itu Yudhistira sudah siuman dan menyembah  serta memohon kepada Dewa Wisnu agar keadaan berubah  seperti sediakala dan menghidupkan kembali yang gugur dalam perang. Dewa Wisnu akhirnya mengembalikan keadaan semula semua yang mati  dihidupkan kembali  dan bahkan  mereka memiliki sikap welas asih menjadi lebih baik perselisihan pun terselesaikan dengan baik.

Diakhir cerita  diceritakan semua hidup kembali serta memiliki sikap welas asih  dan mereka bersama-sama menghadiri pernikahan Sang Prabu Kresna dengan Dewi Rukmini di Puri Dwarawati

TOKOH-TOKOH :

–                      Prabu Kresna, Dewi Rukmini, Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula-Sahadewa, Prabu Bismaka, Prabu Cedi, Prabu Jarasanda, Bhagawan Narada. Betara Wisnu, Baladewa, Sang Duryodana dan para Korawa, Sang Karna, Citrasena, Udawa, Ni Kesari dan I Priambada.

TEMA

Kakawin Hariwangśa, menceritakan perjalanan hidup Wisnu dalam bentuk Awatara Kresna, dan mengisahkan perkawinan Kresna dan Rukmini (abad 12, mpu Panuluh jaman Jayabaya 1135-1157 M). Adapun tema dari kekawin ini adalah  Sebagai seorang kesatria harus selalu menegakkan dharma tanpa memandang resiko terhadap dirinya. Contohnya dalam kakawin ini adalah sikap Prabu Yudhistira yang seorang kesatria mau membantu  Prabu Jarasanda dan  bergabung dengan Korawa musuh bebuyuta mereka untuk memerangi Kresna yang merupakan sahabat setia mereka dan pelindung mereka.


REVIEW LIMA BUKU

TUGAS AKHIR SEMESTER
LITERATUR


Judul buku    :    Inkulturasi gamelan jawa.
Penulis            :    Sukatmi susantina.
Penerbit          :    Philosophy press, yogjakarta.

Persentuhan antar budaya seringkali membuahkan hasil yang menakjubkan. Dalam proses inkulturasi, unsur-unsur kedua budaya saling bertemu dan bersinergi. “Persekutuan” ini  merupakan pengayaan kultural yang terlalu berharga untuk diabaikan begitu saja.
Buku ini dberisi kupasan terhadap proses inkulturasi gamelan jawa dalam gereja katolik. Diuraikan betapa seni yang sarat etnisitas seperti gamelan ternyata dapat berpadu dalam lingkup gereja katolik. Jawa dan katolik tanpaknya memiliki perspektif yang sama tentang nilai-nilai tradisi. Keberadaan unsur tradisional dalam prosesi keagamaann bukannya member efek destrujtif, melainkan justru memperkaya nuansa.

Judul buku    :     Gamelan – tuntunan memukul gamelan.
Penulis            :     Hadi santoso.
Penerbit         :    Dahara prise semarang.

Tidak setiap orang dapat memukul / menabuh dan memahami kegunaan serta makna simbolis yang tersirat dalam gamelan. Buku ini menyajikan bentuk dan jenis peralatan gamelan, cara memukul, nama/nut yang digunakan serta fungsinya.

Beberapa contoh lagu / tembang dengan nada / nut melengkapi isi buku ini. Antara lain;
Peralatan gamelan
Sikap meukul
Pelajaran nada dan tanda-tanda
Dan sejumlah LADRANG

Judul               :     Gamelan digul, di balik sosok seorang   pejuang.
Penulis            :     Nangret J. Kartoni.
Penerbit         :          Yayasan obor indonesia,  anggota ikapi dki Jakarta.

Inilah kisah yang menakjubkan dan menyentuh hati tentang keberanian seseorang dan keampuhan music, yang kedianya dapat menggairahkan semangat dan menjadi alat melawan penindasan. Buku kisah gamelan Digul menceritakan tentang penangkapan dan dipenjarakannya seorang penabuh dan ahli keraton : Raden Panjopangrawit, empunya gamelan selama dipembuangan,  gamelan itu dilaksanakan di Australia.  Prof.Dr. Margaret Kartonil sudah mengolah dengan canggihnya sekelumit sejarah yang sangat menyentuh hati nurani mengenai nasionalisme Indonesia dan hubungan Austaralia – Indonesia, yang dikerangkai dengan lingkungan hidup dari keganasan politih sekitar pertengahan abad 20.

Judul           :     Geguritan sunda.
Penulis       :     I wayan sutedja.
Penerbit    :     Pt. BP.

Buku geguritan ini mengisahkan peristiwa tragis di majapahit. Mula-mula Raja Hayam Wuruk tertarik memiliki putri Sunda. Namun akibat kepawaian Gajah Mada menjalankan taktik, Majapahit dengan Sunda berselisih. Jalinan cinta berubah menjadi pertumpahan darah di Bubat. Raja Sunda dan Putrinya tewas, Hayam Wuruk menang dan akhirnya wafat akibat sedih ditinggal kekasih.
Rakyat merah, Gajah Mada yang dituduh sebagai biang keladi peristiwa tragis ini diserbu. Namun Gajah Mada telah sirna secara gaib, ketika massa memasuki tempat kediamannya.

Judul          :     Sejarah wayang, asal usul, jenis dan artinya.
Penulis       :     Amir Mertosodono, SH.
Penerbit    :     Dahara prize, semarang.

Wayang merupakan seni budaya Indonesia. Lahir dan berkembang sejak jaman raja di Jawa. Sebagian kebudayaan yang mengandung nilai-nilai sejarah dan falsafah, perlu kiranya mendapatkan perhatian serta pembinaan. Ajaran-ajaran didalamnya mencerminkan watak prilaku manusia sehingga sangat efektif sebagai sarana penerangan, pendidikan dan hiburan.
Lakon dalam cerita wayang disesuaikan dengan ciri-ciri dan watak bangsa Indonesia yang sosial religius. Kesenian wayang mengalami kemajuan pesat, yakni pada jamannya Sunan Kalijaga di Demak.
Kehadiran Buku Sejarah Wayang ini dimaksudkan untuk melestarikan dan memasyarakan kesenian wayang, khususnya bagi para penggemar  dan generasi penerus.