Tradisi Mesuryak di Desa Bongan Gede Tabanan

This post was written by pramasudasukarma on April 29, 2019
Posted Under: Tak Berkategori

Bali merupakan pulau yang sangat terkenal akan tradisi budayanya. Berbicara tentang tradisi di Bali memang tidak akan pernah ada habisnya. Sangat banyak tradisi yang dilaksanakan terkait dengan ritual keagamaan dan setiap tradisi memiliki keunikan masing-masing yang menambah daya tarik tersendiri.
Pada saat hari Raya Kuningan, seluruh masyarakat Bali melaksanakan persembahyangan dengan menghaturkan banten ke pura-pura. Berbeda dengan perayaan hari Raya Kuningan di tempat lain, beberapa tempat di Kabupaten Tabanan melanjutkan perayaan Kuningan dengan tradisi yang unik. Hal inilah yang membuat perayaan Kuningan menjadi lebih meriah dan penuh makna. Hari raya Kuningan di beberapa tempat di Kabupaten Tabanan tidak hanya dirayakan dengan melaksanakan persembahyangan saja, namun dilanjutkan dengan tradisi yang rutin dilaksanakan setiap enam bulan sekali. Tradisi tersebut adalah Tradisi mesuryak yang digelar oleh masyarakat untuk memperingati perayaan kuningan bersamaan dengan ritual untuk mengantarkan para leluhur kembali ke suargaloka (surga).
Adanya tradisi mesuryak menjadikan keunikan tersendiri untuk beberapa tempat di Kabupaten Tabanan. Tradisi mesuryak ini hanya dilaksanakan oleh beberapa tempat saja di Kabupaten Tabanan, salah satunya di Desa Bongan Gede, Kecamatan Tabanan. Pada makalah ini saya akan membahas tentang salah satu tradisi “Mesuryak” jika dalam bahasa Indonesia dapat diartikan berteriak beramai-ramai/bersorak.

Sejarah Masyarakat Bongan Melaksanakan Tradisi Mesuryak
Munculnya tradisi mesuryak berawal dari zaman kerajaan Tabanan, kerajaan Tabanan merupakan salah satu kerajaan yang menyatakan diri berdaulat penuh yang berada di Daerah Bali selatan dan yang masih merdeka sampai tahun 1906. Bahkan Geertz menyatakan bahwa kerajaan Tabanan pada masa prakolonial adalah salah satu kerajaan di Bali yang paling maju, dimana kekuatannya dapat dilihat dari luas wilayah, jumlah penduduk dan tidak pernah dijajah.
Desa Bongan merupakan salah satu kekuasaan Raja Tabanan (Ida Cokorda Tabanan) yang mengalami kekacauan hantu (samar, tonya, bebahu) lalu Raja Tabanan memerintahkan bawahannya untuk menghadapi pengacau dengan menggunakan senjata Tulup Empet. Utusan Raja Tabanan dapat mengalahkan gerakan pengacau bebahu, dari babahu ini.
Pada saat Raja Tabanan memerintah di Desa Bongan selaku Raja di Kerajaan Bongan memiliki kekayaan yang sangat melimpah dari hasil pertanian karena wilayah Desa Bongan sangat subur di bidang pertanian sehingga kekayaan raja yang berkuasa di Desa Bongan tiada habisnya dan beliau adalah raja yang bijaksana dan sangat dermawan kepada rakyatnya. Bongan pada saat itu terkenal akan kekayaannya, memiliki lahan yang luas dan subur sehingga terkenal akan hasil pertaniannya yang sangat melimpah dan membuat kekayaan Arya Bongan sangat melimpah.
Tradisi mesuryak merupakan sebuah tradisi unik yang masih dilaksanakan turun temurun di Desa Bongan Gede Tabanan. Tradisi mesuryak merupakan kebiasaan yang diwariskan turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Tujuannya dari melakukan tradisi mesuryak ini dalah untuk mengantarkan roh para leluhur yang turun pada saat Hari Raya Galungan dan kembali ke surge pada saat Hari Raya Kuningan. Selain itu tradisi mesuryak ini juga mencakup nilai budaya yang meliputi adat-istiadat, sistem kepercayaan, dan sebagainya. Dalam tradisi mesuryak ini adanya sistem keyakinan yang di anut oleh masyarakat Bongan Gede adanya tuntunan leluhur memang terus menerus menjadi sarana dan penghayatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam proses pendekatan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan berpegangan dalam tuntunan leluhur, dalam diri penghayat kepercayaan Tuhan Yang Maha Esa akan dapat membentuk sifat budi luhur karena sebagai ciptaan tuhan, , manusia mampu menerima pancaran ilahi. Setelah mendapatkan tuntunan leluhur barulah masyarakat melakukan aktivitas dengan melempar sejumlah uang kertas sambil bersorak riah atas anugrah yang di dapat bersama anggota keluarganya yang ikut menghadiri serta ikut terlibat dalam tradisi mesuryak tersebut yang di ikuti pula oleh anggota masyarakat lainnya demi mendapatkan uang yang telah dilemparkan ke atas sebagai bekal kepada para leluhur yang hadir pada saat perayaan upacara mesuryak tersebut dan juga memberikan bekal kepada keluarga yang masih hidup dengan tujuan supaya mendapatkan kebahagiaan yang diinginkan sesuai dengan tujuannya.Tahap persiapan Upacara Tradisi Mesuryak
Setiap pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan harus ada persiapan. Sebelum melaksanakan tradisi mesuryak, terlebih dahulu harus adalah persiapan yang berkaitan dengan tradisi mesuryak terutama sarana dan prasarana yang membantu serta menjadi pelengkap dalam sebuah ritual/upacara. Dalam pembuatan persembahan, adapun alat yang dibutuhkan yaitu tamas (daun kelapa yang sudah dibentuk atau di anyam) sehingga akan digunakan untuk alas banten. Yang selalu dihiasi dengan kain dan di beri bunga-bunga. Persembahan yang memilki dua bentuk atau dua bagian yang masing-masing memiliki simbul purusa (laki-laki), dan pradana (perempuan).
Dalam tradisi mesuryak persembahan sajen yang terbuat dari tamas yang mempunyai sebagi perempuan dan alasnya terbuat dari tamas ukuran yang besar. Tamas yang besar ini sering disebut dengan wakul, yang di dalamnya wakulan tersebut berisikan beras, jagung, dan buah jail-jali. Dalam tradisi mesuryak tamas yang kecil maupun yang besar melambangkan kemakmuran serta kesejahtraan hidup semua warga Desa Bongan baik yang melakukan tradisi mesuryak maupun yang tidak melakukan tradisi mesuryak, semuanya di anugrahi oleh leluhur nenek moyang dari sikeluarga tersebut sehingga dengan kemahakuasaan Tuhan yang selalu berada dimana-mana yang bermanifestasi sebagai Dewa Pitra atau Dewa Niang yang fungsinya memberikan kebahagiaan kepada keluarga masyarakat Desa Bongan.
Disinilah simbul sesajen sebagai purusa/laki-laki yang masih terbuat dari buah kelapa yang masih utuh artinya buah kelapa yang masih ada kulitnya yang dibungkus dengan kain putih/kuning dalam bentuk bungkusnya itu mirip dengan orang yang menggunakan ikat kepala (destar). Kain putih kuning juga memberikan fungsi sebagai pelengkap upacara yang memiliki sebuah karaismatik pacaran dari dari tuhan sebagai simbul purusa dan pradana sehingga semua sarana sudah disiapkan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan tradisi mesuryak tersebut didalam persiapan ini akan melibatkan semua anggota keluarga masing-masing untuk dapat mengabdikan diri kepada leluhurnya sehingga keluarga akan menemukan kebahagiaan yang akan diinginkannya.
Setelah semua selesai baik membuat persembahan maupun sesajen akan di lanjutkan dengan menghias pura merajan, disinilah para keluarga ikut membantu memasang kain putih kuning untuk di pasang di sanggah atau merajan. Setelah pemasangan kain selesai di lanjutkan ke pekarangan rumah membuat hiasan rumah yang akan di gantung pada saat hari raya galungan sampai kuningan guna untuk keindahan dan juga sebagai pelengkap upacara di pekarangan rumah terdapat pelinggih penunggun karang dan juga pelinggih lebuh, semua pelinggih diikat dengan kain warna hitam putih (poleng). Setelah semua persiapan itu selesai, barulah semua keluarga membuat canang. Adapun canang yang digunakan yaitu ada berupa tebasan, gebogan, sode peraianan, dan juga sode canang yang dibuat dengan busung dan juga bunga, selain itu digunakan berupa roti, buah-buahan, minuman dan yang lainnya.

Comments are closed.

Next Post: