GONG GEDE
Gong Gede juga termasuk barungan ageng namun langka, karena hanya ada di beberapa daerah saja. Gamelan Gong Gede yang terlihat memakai sedikitnya 30 (tigapuluh) macam instrumen berukuran relatif besar (ukuran bilah, kendang, gong dan cengceng kopyak adalah barung gamelan yang terbesar yang melibatkan antara 40 (empatpuluh) – 50 (limapuluh) orang pemain. Gamelan yang bersuara agung ini dipakai untuk memainkan tabuh-tabuh lelambatan klasik yang cenderung formal namun tetap dinamis, dimainkan untuk mengiringi upacara-upacara besar di Pura-pura (Dewa Yadnya), termasuk mengiringi tari upacara seperti Baris, Topeng, Rejang, Pendet dan lain-lain. Beberapa upacara besar yang dilaksanakan oleh kalangan warga puri keturunan raja-raja zaman dahulu juga diiringi dengan gamelan Gong Gede. Akhir-akhir ini Gamelan Gong Gede juga ditampilkan sebagai pengiring upacara formal tertentu yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah dan untuk mengiringi Sendratari. Sebagai seni karawitan, dijelaskan dalam kutipan artikel ISI Denpasar, Gamelan Gong Gede merupakan perpaduan unsur-unsur budaya lokal yang sudah terakumulasi dari masa ke masa. Barungan gamelan Gong Gede dipandang sangat penting karena dapat memenuhi kebutuhan warga masyarakat secara moral dan spiritual sehingga terwujud rasa kesehimbangan. Keseimbangan yang mencakup persamaan dan perbedaan dapat terefleksi dalam beberapa dimensi. Refleksi keseimbangan yang banyak ditemukan dalam kesenian Bali adalah refleksi estetis yang dapat menghasilkan bentuk-bentuk simetris yang sekaligus asimetris atau jalinan yang harmonis sekaligus disharmonis yang lazim disebut dengan rwa bhineda. Dalam konsep rwa bhineda terkandung pula sernangat kebersamaan, adanya saling keterkaitan, dan kompetisi mewujudkan intraksi dan persaingan. Konsep rwa bhineda oleh seniman Pengrawit dituangkan dalam gamelan Bali (Gong Gede). Hal ini dapat diamati pada sistem pelarasan ngumbang-isep dan instrumen yang berpasangan (lanang wadon). Unsur budaya Bali tercermin pada penggunaan instrumen dari perangkat gamelan Bali dan busana yang dipergunakan oleh para penabuh (jero gamel).Kalau dilihat dari fungsinya semuanya ini berarti tukang gamel, yang sudah melekat sebagai bagian dari identitas diri seseorang. Instrumen Bentuk instrumen gamelan Gong Gede ada dua jenis yakni : Berbentuk bilah,Berbentuk (moncol). Menurut Brata, instrumen yang berbentuk bilah ada dua macam : bentuk bilah bulig, dan bilah mausuk. Bentuk bilah bulig bisa disebut dengan : metundun klipes, metundun sambuk, setengah penyalin. Untuk instrumen yang berbilah seperti bilah metundun klipes, metundun sambuk, setengah penyalin dan bulig terdapat dalam instrumen gangsa jongkok penunggal, jongkok pengangkem ageng, dan jongkok pengangkep alit (curing). Instrumen-instrumen ini bilahnya dipaku atau sering disebut dengan istilah gangsa mepacek. Sedangkan bentuk bilah yang diistilahkan merai, meusuk, dan meakte terdapat pada instrumen pengacah, jublag, dan jegogan. Instrumen-instrumen ini bilahnya digantung yaitu memakai tali seperti jangat. Instrumen yang bermoncol dapat dikelompokan menjadi dua yakni : Moncol tegeh (tinggi),Moncol endep (pendek). Contoh instrumen yang berpancon tinggi seperti; riyong ponggang, riyong, trompong barangan, dan tropong ageng (gede). Sedangkan instrumen yang berpencon pendek (endep) antara lain kempli, bende, kempul, dan gong. Begitu juga halnya dengan bentuk reportoar gending Gong Gede di Pura Ulun Danu Batur, berbentuk lelambatan klasik yang merupakan rangkaian dari bagian-bagian gending yang masing-masing mempunyai bentuk urutan sajian. Gong Gede berlaras Pelog lima nada, dengan patutan atau patet tembang.
Sistem laras
Yang dimaksud laras Gamelan Bali ialah urutan nada-nada dalam satu oktaf yang sudah ditentukan tinggi rendah dan jarak nadanya. Di dalam karawitan Bali baik berupa instrumental (gamelan) maupun vocal (tembang) terdapat dua jenis laras (tangga nada) yaitularas pelog dan laras slendro. Di dalam memainkan gamelan Bali biasanya dijumpai dua jenis laras pelog yaitu laras pelog panca nada (lima nada) dan pelog sapta nada (tujuh nada). Jadi Gong Gede termasuk gamelan yang berlaras pelog panca nada (lima nada) yang menggunakan lima nada pokok disebut saih lima.
Periodisasi
Periodisasi Gambelan Bali digolongkan menjadi tiga, yaitu :
1) Gamelan Golongan Tua
2) Gamelan Golongan Madya
3) Gamelan Golongan Baru
Jadi Gong Gede termasuk Gamelan Golongan Madya, Barungan Madya yang berasal dari sekitar abad XVI-XIX, merupaka barungan gamelan yang sudah memakai kendang dan instrument-instrumen bermoncol (berpencon). Dalam barungan ini kendang sudah mulai memainkan peranan penting. Ciri-cirinya : ditandai dengan masuknya “kendang” (ukuran menengah) yang berfungsi sebagai :
Pemurba irama
Pengatur dinamika dan tempo tabuh
Memulai dan mengakhiri tabuh
Menentukan ukuran panjang pendek tabuh