ensambel besar
April 23rd, 2013Gamelan gong kebyar sebagai seni musik tradisional Bali dalam sejarahnya yang ditulis babad bali, gong kebyardiperkirakan muncul di Singaraja pada tahun 1915.Desa yang sebut-sebut sebagai asal pemunculan Gong Kebyar adalah Jagaraga (Buleleng) yang juga memulai tradisi Tari Kebyar.
Ada juga informasi lain yang menyebutkan bahwa Gong Kebyar muncul pertama kali di desa Bungkulan (Buleleng). Perkembangan Gong Kebyar mencapai salah satu puncaknya pada tahun 1925 dengan datangnya seorang penari Jauk yang bernama I Ketut Mario dari Tabanan yang menciptakan sebuah tari Kebyar Duduk atau Kebyar Trompong. Perkembangan Gong Kebyar di Bali, seperti yang dikutip dalam catatan sukoco dalam blog http://etno06.wordpress.com terdapat tiga Gamelan kebyar yang berkembang di Bali yaitu :
Yang pertama memiliki embat yang sesuai dengan embat gamelan gong gede yaitu agak rendah seperti yang banyak terdapat di Bali Utara. kelompok kedua menggunakan embat sama dengan embat gamelan palegongan (sumbernya) yaitu agak tinggi seperti yang sebagian besar terdapat di Bali bagian selatan, Gamelan-gamelan kebyar yang murni buatan baru sebagian besar ber-embat sedang seperti yang terdapat di berbagai daerah di Bali dan diluar Bali. Kenyataan ini menunjukan bahwa belum ada standarisasi embat untuk Gamelan kebyar di Bali. Juga Dinamakan gong kebyar, menurut kutipan catatan blog ekadarmaputra dalam ISI Denpasar, Gong kebyar ditabuh untuk pertama kalinya menyebabkan terjadinya kekagetan yang luar biasa. Masyarakat menjadi tercengang dan ternak sapi yang sedang diikatkan di ladang dan di kandangnya terlepas dan lari tunggang langgang. Disebutkan juga dalam catatan blog tersebut, gong kebyar merupakan tabuhan bersama dan serentak yang diikuti oleh hampir semua tungguhan pada perangkatnya kecuali tungguhan suling, kajar, rebab, kempul, bebende kemong, kajar dan terompong. Bentuk kebyar merupakan salah satu bagian dari satu kesatuan gending yang letaknya bisa di depan, di tengah atau di bagian akhir. Jenis tabuhan kebyar ini sering digunakan pada iringan tarian maupun tabuh petegak (instrumental). Karena itu kebyar memiliki nuansa yang sangat dinamis, keras dengan satu harapan bahwa dengan kebyar tersebut mampu membangkitkan semangat. Struktur Gong Kebyar Gong Kebyar bagi masyarakat Bali sudah tidak asing lagi, karena hampir seluruh desa maupun banjar yang ada di Bali memiliki satu perangkat/ barungan Gong Kebyar. Oleh karenanya gong kebyar menjadi satu barungan gambelan tergolong baru jika dibandingkan dengan jenis-jenis gambelan yang ada saat ini seperti misalnya, gambelan Gambang, Gong Gde, Slonding, Semara Pegulingan dan masih banyak yang lainnya. Barungan gong kebyar terdiri dari :
Di Bali ada dua macam bentuk perangkat dan gaya utama gambelan gong kebyar yaitu gambelan gong kebyar Bali Utara dan gambelan gong kebyar Bali Selatan. Kedua gambelan gong kebyar ini perbedaannya terletak pada :
Dalam perkembangannya gong kebyar munculah istilah gaya Bali Utara dan gaya Bali Selatan, meskipun batasan istilah ini juga masih belum jelas. Sebagai gambaran daerah atau kabupaten yang termasuk daerah Bali Utara hanyalah Kabupaten Buleleng. Sedangkan Kabupaten Badung, Tabanan, dan lain mengambil gaya Bali Selatan. Disamping itu penggunaan tungguhan gong kebyar di masing-masing daerah sebelumnya memang selalu berbeda karena disesuaikan dengan kebutuhan maupun fungsinya. Sedangkan sebagai pelanjut tradisi maksudnya adalah gong kebyar telah mampu mempertahankan eksistensi reporter gambelan lainnya melalui transformasi dan adaptasi. Seperti apa yang telah diuraikan di atas bahwa gong kebyar memiliki fungsi untuk mengiringi tari kekebyaran. Namun sesuai dengan perkembangannya bahwa gong kebyar memiliki fungsi yang sangat banyak. Hal ini dikarenakan gong kebyar memiliki keunikan yang tersendiri, sehingga ia mampu berfungsi untuk mengiringi berbagai bentuk tarian maupun gending-gending lelambatan, palegongan maupun jenis gending yang lainnya. Disamping itu Gong Kebyar juga bisa dipergunakan sebagai salah satu penunjang pelaksanaan upacara agama seperti misalnya mengiringi tari sakral, maupun jenis tarian wali dan balih-balihan. Karena gong kebyar memiliki multi fungsi maka gong kebyar menjadi sumber inspirasi karya baru. Dengan demikian Gong Kebyar telah berfungsi sebagai pembaharu dan pelanjut tradisi. Sebagai pembaharu maksudnya adalah lewat Gong Kebyar para seniman kita telah berhasil menciptakan gending-gending baru yang lepas dari tradisi yang sudah ada. Sedangkan sebagai pelanjut tradisi Gong Kebyar telah mampu mempertahankan eksistensi reporter gambelan lainnya melalui transformasi dan adaptasi. Misalnya dalam gending gong kebyar kita mengenai istilah gegambelan, gender wayang dan gong luang. Juga disebutkan dengan menggunakan iringan gamelan gong kebyar, dalam sejarah drama klasik di Bali, maka drama tersebut berganti nama menjadi drama gong.dan sejak itulah banyak muncul sekaa-sekaa drama gong baru lainnya. |
Bahan dan cara pembuatan gambelan :
Orang yang ahli membuat gamelan disebut dengan pande gamelan atau tukang gamelan.Pande gamelan menghasilkan kerajinan yang berupa bilah tentu memerlukan bahan dan alat-alat sebagai unsur terpenting dalam proses pembuatannya. Sebelum proses pengerjaan bilah berlangsung pande sangat memperhatikan hari baik (dewasa ayu) untuk memulai pekerjaan ini. Dari pemilihan hari baik ini sangat berpengaruh pada hasil akhir yang diinginkan. Adapun beberapa hari baik untuk memulai pekerjaan membuat gamelan pada dewasa kala geger dan karna sula.
Jenis-jenis bahan sangat menentukan dalam menghasilkan kualitas suara dan warna suara yang berbeda tergantung dari bahan pembuatannya.Dalam membuat gamelan terlebih dahulu harus mempertimbangkan jenis bahan yang cocok dipakai demi tercapainya keinginan yang sesuai dengan permintaan pemesan dan pembuatnya.
Krawang telah diketahui oleh masyarakat Bali sebagai bahan pembuat gamelan yang tentunya dapat menghasilkan gamelan dengan karakteristik yang berbeda dengan menggunakan yang memakai bahan selain krawang.Gamelan yang dibuat dari bahan krawang memiliki penampilan dan suara yang khas.
Krawang yang dijadikan bahan gamelan oleh pande gamelan di Banjar Babakan tidak saja terbuat dari bahan yang baru, melainkan dapat mempergunakan pecahan-pecahan gamelan yang dibawa oleh masyarakat dan diolah kembali menjadi gamelan yang diinginkan.Dalam perkembangannya, pande gamelan di Banjar Babakan tidak saja mengandalkan krawang yang sudah jadi yang didatangkan dari pulau Jawa, namun sekarang sudah bisa menghasilkan krawang sendiri yang merupakan hasil dari mengolah bahan-bahan dari logam.
Membuat krawang pada umumya di Bali baru ada pada tahun 1966 yang dipelopori I Made Gableran, seorang pengrajin dalam bidang gamelan di Blahbatuh, Gianyar kemampuan ini didapat dari hasil magang di daerah Solo yang dilanjutkan oleh anak beliau sampai sekarang ini.
Dengan menguasai teknik pembuatan krawang mengakibatkan lebih mudahnya didapat bahan baku pembuatan gamelan, yaitu tidak saja mengandalkan krawang yang didatangkan dari Jawa, namun bisa mempergunakan dari pecahan gamelan Bali, serta sekarang sudah dapat memakai krawang buatan tangan pengrajin gamelan di Banjar Babakan. Krawang yang baik ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut :
- Dalam memilih bahan baku untuk membuat krawang yang berupa timah dan tembaga, kedua jenis logam tersebut harus berupa logam murni, yaitu tidak tercampur dengan logam lain. Kualitas yang paling baik yaitu dengan mempergunakan timah dan tembaga yang baru yang belum pernah dipergunakan sebelumnya karena jika logam tersebut sudah pernah dipakai sebelumnya seperti kabel, sering kali logam tersebut tercampur dengan logam lain yang dapat mempengaruhi kualitas suara yang dihasilkan oleh gamelan itu sendiri.
- Menentukan takaran dan ketepatan berat untuk mengasilkan krawang yang baik dan sesuai dengan kebutuhan, harus terlebih dahulu melihat akan dijadikan jenis gamelan berbentuk bilah atau pencon. Pencampuran bahan gamelan berbilah harus tepat dan sesuai dengan kebutuhan. Kurang tepatnya takaran dapat mempengaruhi kualitas suara dari gamelan itu sendiri.
- Tingkat kematangan (lebeng) dan kesempurnaan dalam pencampuran dapat berpengaruh pada kualitas krawang. Krawang yang baik jika peleburannya dalam arti dipanaskan dalam waktu yang cukup lama, dan tergantung juga dengan berat krawang yang ingin dibuat. Semakin lama pembakarannya dalam tungku peleburan menggunakan pengaturan panas api yang stabil dari awal sampai akhir peleburan, tingkat kematangan dalam peleburan semakin menentukan kualitas krawang untuk mampu menghasilkan suara yang bagus.
Dari pendapat di atas memberi gambaran bahwa kualitas krawang harus selalu diperhitungkan, karena mempergunakan kualitas krawang baik akan berpengaruh pada kesuksesan dalam pengerjaannya lebih mudah dan hasilnya juga lebih bagus serta berpengaruh pada kualitas suara yang dihasilkan.
Dengan bertambahnya penguasaan teknik dalam penggarapan logam, khususnya pembuatan krawang, maka bahan utama pembuatan gamelan hingga kini berasal dari tiga hal yang telah disebutkan terdahulu, yaitu dari luar Bali yaitu berupa barang rosoan, berasal dari pecahan gamelan Bali dan krawang yang di produksi sendiri.
Bentuk, Cara Memainkan, Karakteristik, dan perkembangan
gamelan Gong Kebyar
1. Bentuk Fisik
Gamelan Gong Kebyar sebagai perangkat/barungan yang
berlaraskan pelog lima nada, secara fisik dapat dibedakan menjadi dua
model. Pertama, bentuk fisik daun gamelan yang berbentuk bilah dan
berbentuk pencon terbuat dari kerawang. Kerawang adalah campuran
antara timah murni dengan tembaga (Rembang, 1984/1985 : 8).
Kadang-kadang gamelan Gong Kebyar juga dapat dibuat dari besi atau
pelat. Sedangkan kedua adalah tempat dari bilah dan pencon
digantung/ditempatkan disebut pelawah. Khusus untuk instrument
bilah, pada pelawah ditempatkan resonator yang terbuat dari bambo
ataupun paralon. Sedangkan pelawah untuk instrument reyong dan
trompongbentuknya memanjang dan di atasnya ditempatkan
instrument bermoncol/pencon yang dicincang dengan tali pada lubang
gegoroknya. Penempatan nada-nada kedua instrument ini berjejer dari
nada rendah ke nada tinggi (dari kiri ke kanan), sesuai dengan
ukurannya besar ke kecil (nirus). Kedua instrument ini tanpa
mempergunakan resonator. Sedangkan untuk instrument yang lainnya
seperti instrument gong, kempur dan klentong hanya digantung pada
trampayang disebut dengan sangsangan. Selain itu juga instrument
kajar hanya ditempatkan pada atas trampe tanpa resonator, sedangkan
untuk instrument cengceng gecek, cakepannya diikat pada atas pelawah
yang berbentuk kura-kura/empas, angsa ataupun bentuk lainnya.
Pelawah gamelan Gong Kebyar memiliki bentuk yang berbedabeda
tergantung pemesannya. Perbedaan dimaksud terletak pada bagian
panilnya. Panil adalah model ukirang yang terletak pada pelawah bagian
depan dan belakang. Pelawah Gong kebyar ada yang memakai panil, ada
juga tanpa panil. Sedangkan panil yang dipergunakan juga berbedabeda,
ada yang mengambil ceritra pewayangan/parwa (epos Ramayana
dan Mahabrata) ataupun mengambil ceritra tetantrian atau cerita
tentang binatang. Jelas secara bentuk fisiknya telah terjadi perbedaan,
walaupun secara substansi barungan Gong Kebyar memiliki persamaan
dan telah mengakar di masyarakat. Kualitas bunyi sangat tergantung
pada resonator yang dipergunakan. Bahan baku bamboo dipilih secara
selektif untuk dapat menghasilkan suara gamelan yang bagus. Secara
fisik ukuran bilah dan pencon dalam gamelan gong kebyar disesuaikan
dengan fungsi masing-masing instrument dalam barungnya. Sehingga
bagaimanapun bentuk fisiknya jelas telah mempertimbangkan aspekaspek
secara total dalam rancangan keberadaan Gong Kebyar saat ini.
2. Instrumentasi, fungsi dan teknik masing-masing instrument
Gamelan Gong Kebyar memiliki instrumentasi yang cukup besar.
Masing-masing instrument dalam barungan memiliki fungsinya
tersendiri sesuai dengan ciri khas gamelan gong kebyar yaitu
“NGEBYAR”. Sesuai dengan namanya Gong Kebyar, penerapan teknik
juga enerjik. Repertoar gamelan gong kebyar memakai teknik-teknik
yang sangat komplek. Masing-masing instrument telah memiliki teknik
tersendiri dalam sebuah lagu. Begitu juga fungsi alat dalam
perangkat/barungan saat memainkan lagu disesuaikan dengan
kebutuhan lagu yang dibawakan. Untuk lebih jelasnya dapat dijabarkan
sebagai berikut:
Satu tungguh trompong dalam barungan gong kebyar memiliki
sepuluh buah moncol/pencon yang merupakan nada ndang
rendah sampai nada ndung tinggi. Instrumen ini dimainkan oleh
seorang penabuh dengan dua tangan memakai panggul yang
disebut panggul trompong. Dalam sebuah barungan, instrument
ini berfungsi untuk pembawa lagu, juga membuka/pengawit
sebuah gending yang dalam barungan membawa melodi dengan
tekniknya tersendiri. Gagebug trompong sekar tanjung susun
namanya. Sistem ini adalah gambaran keindahan permainan
trompong yang dalam sub tekniknya seperti: Ngembat,
Ngempyung, Nyilih asih, nguluin, nerumpuk, ngantu, niltil, ngunda
dan ngoret. (Bandem:1991:18).
Gambar Instrumen trompong
Satu tungguh instrument Reyong. Instrumen riyong adalah suatu
instrument yang berbentuk memanjang. Instrumen ini memiliki
jumlahmoncol/pencon sebanyak 12 buah dengan susunan nada
dari nada : 5 7 1 3 4 5 7 1 3 4 5 7 dibaca ndeng, ndung, ndang,
nding, ndong, ndeng, ndung, ndang, nding, ndong, ndeng, dan
ndung. Reyong dimainkan oleh empat orang penabuh dengan
mempergunakan masing-masing dua buah panggul pada tangan
kanan dan kiri. Teknik permainan yang diterapkan adalah tehnik
ubit-ubitan yang dalam barungan gamelan sepadan dengan
cecandetan, kotekan, tetorekan yang mengacu pada teknik
permainanpolos dan sangsih yang dalam lontar Prakempa disebut
gagebug.(Bandem:1991:16). Lebih lanjut dalam lontar ini gagebug
rereyongandisebut I gajah mina namanya. Pemain reyong pertama
dan ketiga (dari kiri) memainkan pukulan polos, sedangkan
pemain kedua dan keempat memainkan pukulan sangsih. Setiap
pemain reyong memiliki wilayah nada untuk dapat memainkan
teknik-teknik di atas.
Dua buah Instrumen Ugal. Instrumen ugal/giying adalah sebuah
instrument yang mempunyai jumlah bilah 10 (sepuluh) buah
dengan susunan nada-nadanya dari kiri ke kanan. 4 5 7 1 3 4 5 7 1
3 dibaca ndong, ndeng, ndung, ndang, nding, ndong, ndeng,
ndung, ndang, dan nding. Instrumen ini dimainkan oleh
seorang pemain dengan alat pemukul (panggul). Fungsi dalam
barungan adalah sebagai pembawa melodi dan memulai sebuah
gending yang dibawakan. Selain itu instrument ugal dapat
mengendalikan atau memimpin sebuah lagu untuk pemberian
keras lirih/nguncab-ngees sebuah gending. Beberapa tehnik
pukulannya adalah: Ngoret, Ngerot, netdet, ngecek, neliti, ngucek,
gegejer, oncang-oncangan dan ngantung.
Gansa pemade dan gangsa kantil. Barungan Gong Kebyar
memiliki empat instrument gangsa pemade dan empat instrument
gangsa kantil. Instrumen ini memiliki sepuluh nada dalam
tungguhnya, dan urutan nadanya sama dengan instrument ugal.
Hanya saja instrument kantil lebih tinggi oktafnya dari gangsa
pemade. Jadi secara estetika perbedaan oktaf tersebut untuk
mendapatkan keseimbangan dan harmonisasi. Kedelapan
instrumen ini berfungsi membuat jalinan-jalinan/kotekan dalam
sebuah gending. Pemberian ilustrasi oleh instrument ini dapat
memperkuat lagu pokok. Beberapa teknik gagebug/pukulan yang
diterapkan dalam instrument gangsa seperti: teknik pukulan
nyogcag, bebaru, tetorekan, norot, ngoret, niltil, ngucek, oncangoncangan
dan lain –lain sesuai dengan kebutuhan gendingnya.
Dua instrumen Penyacah: Instrumen ini mempunyai jumlah bilah
sebanyak tujuh buah dengan susunan nada: 1 3 4 5 7 1 3 dibaca
ndang, nding, ndong, ndeng, ndung, ndang. berfungsi sebagai
pemangku lagu/mempertegas jalannya melodi (pukulannya lebih
rapat dari jublag).Secara fisik ukurannya lebih kecil dari
instrument Jublag. Teknik permainannya sangat melodis pada
setiap matra lagu.
Dua instrument Jublag. Instrumen jublag adalah suatu
instrument yang memiliki jumlah bilah lima buah, dengan
susunan nada 3 4 5 7 1 dibaca nding, ndong, ndeng, ndung,
ndang. Besar kecilnya nada diambil dari instrument
ugal/giying. Funfsinya dalam sebuah barungan adalah sebagai
pemangku lagu, memperkuat/mempertegas melodi pada ruasruas
gending. Teknik pukulan yang diterapkan adalah: neliti,
magending, nyele/nyelah.
Dua instrument Jegogan. Instrumen Jegogan merupakan
instrument bilah yang paling besar ukurannya dalam barungan
Gong Kebyar. Instrument ini memiliki bilah sebanyak lima buah
dengan susunan nada 3 4 5 7 1 dibaca nding, ndong, ndeng,
ndung ndang. Instrumen ini berfungsi sebagai pemangku lagu
dan memberikan aksentuasi kuat pada ruas-ruas gending
(pukulannya lebih jarang dari jublag)
Satu Kempur: Merupakan instrument berpencon yang besarnya
memiliki diameter 50-60 cm. Dengan digantung pada sebuah
sangsangan, instrument ini berfungsi sebagai pemangku irama
(ritme) dan sebagai pematok ruas-ruas gending serta sebagai
pemberi aksen-aksen sebelum jatuhnya gong. Pola pukulannya dapat
memberikan identitas ukuran tabuh yang dibawakannya. Sepert:
tabuh pisan satu kempur dalam satu gong, tabuh dua, ada dua
kempur dalam satu gongannya, dan seterusnya.
Satu instrument Kemong: Instrumen kemong adalah merupakan
instrument berpencon yang dalam settingya digantung pada
sangsangankecil yang disebut trampa. Fungsinya dalam
barungan adalah untuk pengisi ruas-ruas lagu. Biasanya
penerapan pukulan kemong pertanda gending yang dibawakan
telah mencapai setengah dari gending secara utuh (kecuali
pengawak palegongan). Pola pukulannya adalah: Tunjang sari,
Dua buah Gong lanang dan wadon: Instrumen gong adalah
instrument berpencon yang ukurannya paling besar dalam Gong
Kebyar. Terbuat dari kerawang dan memiliki ukuran diameter 65 –
90 cm. Dilihat dari fungsinya, instrument ini berfungsi sebagai
finalis lagu (menghakhiri lagu). Sebagai finalis lagu instrument ini
memiliki jenis pukulan yang disebut Purwa Tangi.
Kendang Lanang wadon: di atas telah dipaparkan tentang
instrument kendang. Akan tetapi dalam sebuah barungan
kendang berfungsi sebagai pemurba irama. Disamping itu
kendang dapat mengatur tempo, keras liris gending dan lain-lain.
Beberapa pukulan kendang antara lain: Motif bebaton, gegulet,
jejagulan, bebaturan, gupekan, milpil, dan lain-lain.
Beberapa suling dengan berbeda ukuran: Suling merupakan
instrument melodis yang dalam komposisi lagu sebagai pemanis
lagu. Teknik permainan bisa simetris dengan lagu ataukah
memberikan ilustrasi gending baik mendahului maupun
membelakangi melodi gending.
Satu Cengceng Kecek: Secara fisik cengceng gecek memiliki dua
bagian yaitu: dua alat pemukul (penekep) disebut bungan
cengceng, dan cengceng tatakan. Dalam tatakan terdapat kurang
lebih lima buah cengceng yang diikat pada pangkonnya. Untuk
memunculkan suara, cengceng penekep dipegang oleh dua tangan
dan dimainkan dengan dibenturkan sesuai tekniknya. Adapun
beberapa jenis pukulannya adalah: pukulan malpal, ngecek,
ngelumbar dan lain-lain. Sedangkan fungsinya dalam barungan
adalah untuk memperkaya ritme/angsel-angsel tanpa memakai
tehnik jalinan.
Satu buah kajar: Instrumen ini merupakan salah satu
inmstrumen bermoncol/pencon yang berfungsi sebagai pembawa
irama. Adapun jenis pukulannya adalah pukulan Penatas lampah
yang artinya pola pukulan kajar yang mengikuti pola ritme yang
ajeg dari satu pukulan ke pukulan berikutnya dalam jangka
waktub serta jarak yang sama.
Satu buah rebab: Instrumen rebab merupakan instrument gesek
yang dalam barungan gamelan sebagai penyeimbang/ harmonisasi
lagu. Instrumen ini membutuhkan pengeras suara karena secara
kualitas suara sangat nyaring, namun tidak mampu menimbulkan
suara keras. Sehingga instrument rebab sangat tepat
diharmoniskan dengan suling, dan pada saat pementasan dibantu
oleh pengeras suara.
3. Karakteristik Gong Kebyar
Gong Kebyar sebagai barungan gamelan yang tercetus di bali
utara sekitar tahun 1915 memiliki karakter yang multi karakter. Keras,
enerjik, bisa juga lembut, agung, hikmad, dan berbagai karakter bisa di
dapatkan dalam barungan ini. Sehingga barungan gong kebyar
dikatakan sangat pleksibel. Beberapa karakter dan fungsi gong kebyar
dapat di sampaikan sebagai berikut:
Bersifat praktis
Bisa untuk sajian gending pategak instrumental (lelambatan
maupun kakebyaran).
Untuk iringan tari/dramatari: patopengan, bebarongan,
palegongan, pearjan dll.
Kususnya untuk iringan tari kakebyaran
Sanggup mentranspormir repertoar ensamble-ensamble lain
Mengundang aksi penampilan secara tidak terbatas.
Sebagai sarana diplomasi kebudayaan melalui misi kesenian, yang
hampir setiap lawatan ke manca Negara memakai gong kebyar,
bahkan telah banyak Negara lainnya di dunia memiliki perangkat
ini.
Gong Kebyar memiliki sifat pleksibelity yang tinggi.
4. Perkembangan
Gong Kebyar adalah ensamble musik tradisi (Bali) memiliki daya
tarik yang tinggi karena potensi elemen-elemen musik yang
dikandungnya dapat memenuhi persyaratan musikalitas musik tradisi
dunia. Ia memiliki pemegang rekor hegemoni lomba barungan gamelan
tradisi Bali yang paling tinggi kapasitas penampilannya (tahun 1915
sudah dilombakan hingga tahun ini stabilitasnya masih tetap
digenggamnya. Penyebaran Gong Kebyar di Bali, Indonesia dan Luar
Negeri sangat luas dibanding barungan lain sehingga dibutuhkan
tenaga-tenaga professional yang mampu menggambarkan kandungankandungan
elemen musik dalam gong kebyar untuk dipahami oleh para
peminatnya. Mencuatnya reputasi gong kebyar di antara barunganbarungan
gamelan lainnya di Bali tidak menjadi ekses negative bagi
perkembangan barungan lainnya, malahan harus diakui bahwa gong
kebyar memiliki karisma kemampuan berinteraktif yang tinggi di forum
masyarakat musik tradisi dunia secara cemerlang. Sifat-sifat dan
kepribadian Gong Kebyar menentukan dirinya berposisi sangat kuat,
seperti ia: mempesona, menarik, menyentuh, bersahabat dan
bersemangat tinggi.