Untitled4Program pembangunan daerah Bali memberikan perhatian yang cukup besar terhadap bidang kesenian. Usaha-usaha ke arah pembinaan dan pengembangan seni terus ditingkatkan oleh pemerintah daerah didukung seluruh komponen masyarakat. Pembangunan kebudayaan dikembangkan dalam berbagai lini agar dapat memberikan manfaat, baik secara kultural maupun ekonomis. Sebagai implementasi kebijakan tersebut diatas, maka Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Bali mengadakan Pesta Kesenian Bali (PKB). Hajatan budaya yang digelar sejak tahun 1979 ini menampilkan berbagai jenis seni budaya yang ada di Bali.

                Sebelum diselenggarakan PKB, Pemerintah Daerah Bali juga telah menyelenggarakan kegiatan yang disebut dengan Pesta Seni pada tahun 1975-1978 yang bertempat di sekitar stadion Ngurah Rai Denpasar. Pesta Seni diadakan selama seminggu dengan menampilkan berbagai jenis kesenian Bali. Selanjutnya, mulai tahun 1979 nama Pesta Seni diganti dengan Pesta Kesenian Bali (PKB) yang kemudian dikukuhkan dengan peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 07 Tahun 1986. Pencetus PKB adalah Ida Bagus Mantra yang ketika itu menjabat sebagai Gubernur Provinsi Bali. Pada PKB I tahun 1979, kegiatan diadakan selama 2 bulan, tepatnya tanggal 29 juni s.d. 23 Agustus 1979, kemudian penyelenggaraan tahun-tahun berikutnya hingga sekarang, Pkb diadakan selama satu bulan penuh dengan pusat kegiatan di Taman Budaya Denpasar.

                Kegiatan PKB dikemas dalam lima kelompok, yaitu pawai, pagelaran, pameran, lomba, parade, dan diskusi. Pawai yang selalu mengawali kegiatan PKB adalah pawai seni budaya, dengan menampilkan berbagai jenis karya cipta seni baik tradisional maupun ciptaan baru. Lambang-lambang daerah yang dibuat dari jajan tradisional (jajan sarad), busana tradisional dari berbagai daerah, berbagai jenis gamelan, tari dan dramatari tradisional digarap dalam sebuah prosesi dalam pawai. Selain menampilkan seni tradisional yang telah ada, kegiatan PKB juga memotivasi munculnya berbagai jenis musik prosesi baru.

            Untitled3    Pada pawai PKB V Tahun 1984 muncul sebuah garapan musik prosesi monumental yang diberi nama “Adi Merdangga”. Ciri khas musik prosesi ini adalah dengan penggunaan berbagai jenis instrumen kendang dalam jumlah yang banyak, kemudian dipadukan dengan instrumen-instrumen seperti cengceng kopyak, ponggang, bonang, suling, sungu, bebende, kempur, dan gong. Ide penciptaan musik baru ini datang dari Gubernur Bali, Ida Bagus Mantra yang kemudian terealisasi berkat daya kreativitas seniman karawitan ASTI Denpasar seperti I Nyoman Astita, I Wayan Rai, I Ketut Gede Asnawa, I Wayan Suweca, dan I Nyoman Windha, di bawah arahan para pakar artistik seperti I Made Bandem dan I Wayan Dibia. Sejak diciptakan tahun 1984 hingga tahun 2009, “Adi Merdangga” selalu tampil mengawali Pawai Pembukaan Pesta Kesenian Bali.

            Pada masa awal penyelenggaraan PKB, yaitu tahun 1979-1984, materi seni garapan baru telah menjadi bagian dari beberapa mata acara unggulan, misalnya sendratari kolosal. Sendratari kolosal PKB biasanya mengambil lakon dari berbagai cerita seperti cuplikan Mahabharata dan Ramayana, babad, rakyat Bali, dan cerita Panji. Sebagai sebuah seni garapan baru, sendratari kolosal selalu tampil dengan inovasi-inovasi baru baik dari segi koreografi maupun musik iringannya. Pembaharuan dalam segi musik iringan sendratari kolosal PKB dapat diamati dari adanya penggabungan berbagai jenis gamelan sepeti Gong Kebyar, Gong Gede, Selonding, dan Semara Pagulingan. Hal ini juga berimplikasi pada terjadinya pembaharuan dalam penciptaan gending-gending Gong Gede, Selonding, dan Semara Pegulingan karena harus menyesuaikan dengan fungsinya sebagai musik iringan seni pertunjukan kolosal.

                Pada tahun 1985, untuk pertama kalinya PKB mementaskan acara khusus yaitu pagelaran musik dan tari Bali garapan baru. Bali Post tanggal 28 Juni 1985 melaporkan bahwa materi pagelaran musik dan tari garapan baru ketika itu, seperti kreasi musik kreasi baru “Yadnya Gita” karya I Nyoman Sudarna, gegitaan “Silih Asih” karya I Wayan Sinti, musik kreasi baru “Sandya Muni” karya I Gusti Ngurah Padang, “Citta Utsawa” atau “Kebyar Dang” karya I Wayan Beratha, dan tari “Megoak-goakan” dari Kabupaten Gianyar dan Buleleng. Dua karya eksperimental yang ikut tampil ketika itu adalah “Gema Eka Dasa Rudra” karya Komang Astita dan “Kosong” karya I Ketut Gede Asnawa. Masyarakat yang menyaksikan dua karya yang disebut terakhir ini banyak menganggap penampilannya aneh, sehingga menjadi fokus perhatian. Karya ini terkesan aneh karena dari seluruh seni baru yang disajikan, dua musik baru tersebut digarap dengan konsep eksperimental, yaitu mencoba menemukan sesuatu yang baru dengan mengkedepankan prinsip kreativitas.

                Tahun-tahun berikutnya PKB mempergelarkan sedikitnya dua kali acara khusus musik dan tari kontemporer (eksperimental). Pada awalnya pagelaran khusus ini pesertanya terbatas pada dosen dan mahasiswa ASTI/STSI serta siswa dan guru SMKI Denpasar. Misalnya pada PKB XII Tahun 1992, pagelaran musik kontemporer dikemas dengan tema “Kesahajaan Musik Bambu”. Ada empat garapan musik baru yang ditampilkan pada 18 Juni 1992, yaitu “Uma Sadina II” karya Komang Astita, “Teropong Beruk” karya I Wayan Rai, dan “Bumbang” karya I Nyoman Rembang.

          Untitled2      Pada penyelenggaraan PKB selanjutnya pagelaran seni-seni garapan baru terus dikembangkan, baik kuantitas maupun kualitasnya. Peserta tidak hanya terbatas pada seniman akademik, tetapi juga diikuti oleh seniman dari berbagai daerah di Bali. Misalnya pada tahun 1997, selain mengagendakan dua kali pagelaran tari dan musik kontemporer, juga diadakan parade Genjek kreasi baru, parade angklung kreasi baru, yang diikuti oleh berbagai sekaa dan sanggar seni yang ada diseluruh Bali.

                Memasuki dekade tahun 2000-an, pagelaran khusus seni-seni garapan baru, terutama kesenian kontemporer siadakan sebanyak delapan hingga sembilan kali selama PKB. Para pesertanya tidak lagi dari ISI dan SMK 3 Sukawati, tetapi wakil dari seluruh kota/kabupaten. Hal ini menunjukan bahwa penciptaan musik dan tari kontemporer tidak hanya terjadi di lembaga-lembaga seni formal yang ada di kota Denpasar, tetapi sudah berkembang di sanggar dan sekaa-sekaa kesenian di seluruh Bali.

UntitledPerlombaan PKB dalam kaitannya dengan penciptaan musik baru antara lain terdapat pada Gong Kebyar dengan kategori dewasa, anak-anak, dan wanita, Drama Gong, dan Beleganjur. Sementara itu materi parade antara lain Angklung Kebyar, Joged Bumbung, Jegog, dan Ngelawang. Format penyajian kategori lomba dan parade merupakan acara unggulan PKB, karena dalam acara tersebut selalu menampilkan musik dan tari garapan baru.

                Satu hal yang menarik untuk dicermati dari pagelaran musik Bali garapan baru PKB adalah musik-musik eksperimental belum dapat apresiasi yang baik. setiap penyajian musik-musik eksperimental hanya dihadiri oleh orang-orang yang sama dan jumlanya sedikit. Hal ini menyebabkan musik eksperimental selalu ditempatkan pada panggung-panggung yang berkapasitas penonton sedikit karena diyakini tidak akan penuh. Musik kreasi baru terutama dalam format lomba dan parade selalu ditempatkan pada panggung-panggung yang berkapasitas besar karena diyakini akan banyak penonton.

Sumber :

Arya Sugiartha, I Gede. 2012. Kreatifitas Musik Bali Garapan Baru. Denpasar: UPT. Penerbitan ISI Denpasar