Nama saya Kadek Naranatha, panggilan saya Natha. Saya lahir di Denpasar,17 Januari 1989. Usia saya sekarang 25 tahun. saya beragama Hindu. Saya berasal dari Desa Bungkulan, Kabupaten Singaraja. Namun, saya bertempat tinggal di Jalan Siulan Gang Nusa Indah I No.9, Kelurahan Penatih Dangin Puri, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar. Saya tinggal bersama kedua orang tua saya. Ayah saya bernama I Made Mahardika dan ibu saya bernama Ni Ketut Suryani. Mereka berdua mempunyai pekerjaan yang sama yaitu sebagai Pramuwisata di Bali Harapan Utama. Saya adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Saya mempunyai satu kakak perempuan dan satu adik laki-laki. Kakak perempuan saya bernama Ni Putu Desi Liana Sari. Dia sudah menikah dan sudah di karuniai 4 orang anak. Adik laki-laki saya bernama Komang Wahyu Baskara Putra yang sekarang berumur 15 tahun dan bersekolah di SMP Dwijendra Denpasar kelas 9.

            Ketika taman kanak-kanak saya bersekolah di TK Raj Yamuna yang berlokasi di Jalan Waribang Desa Adat Kesiman. Kemudian pada tahun 1995 saya melanjutkan sekolah di SD Raj Yamuna yang berlokasi di Jalan By Pass Ngurah Rai, Sanur. Setelah lulus dari SD Raj Yamuna pada tahun 2001, saya melanjutkan sekolah di SMP Negeri 8 Denpasar yang bertempat di Jalan Meduri, Desa Adat Kesiman. Kemudian setelah lulus dari SMP Negeri 8 Denpasar pada tahun 2004, saya melanjutkan sekolah di SMA Saraswati 1 Denpasar yang berlokasi di Jalan Kamboja, Denpasar.  Setelah lulus SMA, saya meneruskan pendidikan di Sekolah Pariwisata Bali (SPB) pada tahun 2007. Saat menempuh pendidikan di SPB, saya juga bekerja di salah satu studio music recording  bernama Ninety Six Recording yang terletak di Jalan Pemuda, Renon. Namun, setelah satu tahun berjalan, karena kesulitan mengatur waktu kerja dan waktu kuliah, akhirnya saya memutuskan untuk berhenti kuliah dari SPB dan meneruskan bekerja. Selang setahun kemudian, saya kemBali memutuskan untuk meneruskan pendidikan di lembaga pendidikan lain yaitu di Nikki International Hotel School (NIHS) pada tahun 2010, dengan mengambil jurusan Food and Beverage Service. Akhirnya pada tahun 2011 saya berhasil lulus dengan gelar Diploma 1 di bidang Food and Baverage Service. Dengan gelar tersebut, pada tahun yang sama saya memperoleh pekerjaan di sebuah restoran western bernama Smorgas Cafe yang berlokasi di Sanur.

            Sejak kecil saya senang mengikuti berbagai kegiatan ekstrakulikuler, seperti : musik, menggambar, renang, sepak bola, marching band, megambel, dan silat. Namun, hobi yang paling melekat pada diri saya hingga kini adalah bermain musik. Saya banyak mengisi waktu luang saya untuk bermain musik. Sembari bekerja, saya juga mengikuti berbagai parade dan festival-festival musik di Bali. Banyak genre musik barat yang saya suka, diantaranya : Musik Rock, Blues, Jazz, Ska, Reggae, Metal dll. Saya juga mempunyai band yang bernama Foreplay yang beraliran Pop-Punk, dimana band ini sudah dirintis sejak tahun 2002, dan hingga sekarang telah merilis 5 buah album dan sudah diperjual-belikan di Provinsi Bali. Kami sudah berpartisipasi dalam berbagai  event musik baik di Bali maupun luar Bali, dan kami juga sudah sering mendapatkan undangan untuk menjadi bintang tamu dalam event-event Pensi baik di Bali maupun luar Bali.

             Namun, tanpa mengesampingkan seni budaya Indonesia, saya juga menyukai musik folk atau musik tradisi. Saya senang mempelajari berbagai jenis instrumen musik barat hingga tradisi. Karena itu, saya senang berkreasi dengan mempadupadankan instrumen musik barat dan instrumen musik tradisi yang ada di Indonesia sehingga menjadi sebuah musik kontemporer.  Karena kegemaran saya di bidang ini, saya merasa harus mengembangkan potensi saya di bidang musik dan saya juga ingin menjadi kompeten di bidang musik. Oleh karena itu, pada tahun 2013 saya memutuskan berhenti bekerja di Smorgas cafe dan melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar dengan mengambil jurusan Musik Barat.

            Pada awalnya, di ISI saya ingin mengambil instrumen major gitar. Namun, ketika tes bakat dan potensi, saya melihat banyak peserta yang mengambil instrumen major biola. Saya sangat tertarik untuk bisa mahir memainkan alat musik tersebut. Kebetulan saya pernah belajar biola, namun saya belum mahir untuk memainkannya. Karena minat saya yang besar untuk bisa memainkan instrumen biola, Akhirnya pada saat itu juga saya memutuskan untuk 2 kali melakukan tes. Yang pertama tes instrumen gitar dan yang kedua tes instrumen biola. Setelah melakukan tes, para penguji merekomendasikan saya untuk mengambil instrumen biola sebagai major dan merekomendasikan instrumen gitar sebagai minor. Sampai sekarang saya sangat senang untuk memainkan dan mempelajari instrumen biola. Oleh sebab itu, saya merasa nyaman dalam melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, karena saya bisa melanjutkan pendidikan tinggi dalam bidang musik yang didasarkan oleh hobi dan kesenangan tanpa adanya paksaan.

            Sejak kecil saya sudah tergabung dalam sebuah komunitas spiritual Hindu yaitu di sebuah ashram bernama Ashram Vrata Wijaya yang berlokasi di Jalan Siulan Depasar. Disana saya aktif dibidang musik spiritual bersama beberapa teman saya dan membentuk sebuah group musik. Rutinitas group kami adalah sebagai pengisi acara di setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh Ashram Vrata Wijaya. Selain itu kami sering mendapat undangan untuk tampil di berbagai acara Hindu di Bali, seperti World Hindu Summit, yang merupakan sebuah konferensi umat Hindu se-dunia yang dihadiri oleh seluruh pemuka agama Hindu, yang bertempat di kantor Gubernur Bali. Selain itu kami juga mendapat undangan untuk tampil di acara Gema Perdamaian, dimana acara ini melibatkan semua umat beragama yang ada di Indonesia yang bertujuan untuk menghimpun rasa solidaritas antar seluruh umat bergama demi terwujudnya perdamaian dunia. Pasraman kami tergabung dalam Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali. Oleh sebab itu, kami pun sering mengisi acara dalam kegiatan PHDI seperti : Perayaan Agni Hotra, yang dilaksanakan di kantor PHDI Bali dan di Desa Mas Ubud-Gianyar. PHDI pun melaksanakan konferensi Hindu se-Bali yang diberi nama Sabha Agung Istimewa, dan kami diberi kesempatan untuk menampilkan musik dan tarian spiritual di depan Gubernur Bali Bapak Mangku Pastika dan di depan pemuka agama Hindu se-Bali, dan masih banyak lagi event-event Hindu yang sudah kami ikuti dan akan kami ikuti selanjutnya.