PENGARUH GONG KEBYAR TERHADAP GAMELAN BALI YANG LAINNYA

This post was written by gunawisnawa on Juli 11, 2014
Posted Under: Tak Berkategori

PENGARUH GONG KEBYAR TERHADAP GAMELAN BALI YANG LAINNYA

 

Pengaruh gong kebyar terhadap gamelan Bali yang lainnya nampaknya tidak dapat dilepaskan dengan teori akulturasi budaya. Kendatipun masih dalam satu cabang seni yakni seni pertunjukan, akulturasi budaya nampaknya menjadi sebuah fenomena distorsi budaya dengan tanpa membuang budaya aslinya. Ada beberapa segi yang bisa diamati untuk melihat pengaruh gamelan Gong Kebyar terhadap gamelan lainnya yaitu reportoar, ungkapan musikal, motif lagu, dan tata penyajian. Hal itu merupakan bentuk nyata konsep stratifikasi yang relasinya dengan sudut pandang diatas adalah stratifikasi itu tidak hanya terjadi didalam susunan sebuah masyarakat, akan tetapi juga terjadi dalam sebuah barungan gong kebyar beserta kesemua unsurnya. Baik itu unsur fisik, maupun unsur non-fisik.

dek b

Beberapa jenis gamelan yang akan dijadikan contoh nyata akulturasi Budaya adalah gamelan Agklung, Joged Bumbung, Gong Gede, dan Smar Pegulingan. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode komparasi yaitu mengamati adanya kesamaan unsur, terutama ekspresi musikal, antara gamelan gong kebyar dengan gamelan Bali lainnya yang dipengaruhinya.

Pengaruh Gong Kebyar terhadap gamelan Angklung dapat diamati dari beberapa segi seperti, pengadopsian reportoar, ungkapan musikal, tata penyajian dan Fungsi. Kuatnya pengaruh unsur kakebyaran dalam gamelan Angklung menyebabkanb gamelan Angklung memiliki identitas dengan nama baru yakni Angklung Kebyar. Dengan ini dimaksudkan gamelan Angklung dalam penyajiannya memainkan lagu-lagu gong kebyar, di sajikan dengan gaya ungkap kakebyaran serta fungsinya sama dengan Gong Kebyar yaitu lebih banyak presentasi estetik baik dalam memainkan lagu-lagu instrumental maupun iringan tari.

Sejak adanya pengadopsian lagu-lagu kebyar penyajian gamelan angklung menjadi lebih semarak. Sebagian besar lagu-lagu kebyar mampu ditransfer ke gamelan angklung kendatipun antara gamelan tersebut memiliki perbedaan yang cukup mendasar seperti : keterbatasan nada, yakni gong kebyar memiliki 10 buah nada (dua oktaf) sedangkan angklung memilikin 4-5 buah nada, sistem pelarasan, yaitu gong kebyar dengan laras pelog, sedanghlan angklung memiliki laras selendro. Dari segi instrumennya, gamelan Gong Kebyar memiliki instrument yang lebih banyak sehingga menimbulkan suara yang lebih menggelegar ketimbang instrument dalan gamelan angklung. Dari segi tata penyajian gamelan Angklung Kebyar dapat disajikan dengan cara mebarung layaknya Gong Kebyar.

Dalam beberapa konteks di atas, tentu tidak kesemua unsur materi tradisi yang ada dalam gamelan angklung itu ditinggalkan begitu saja, melainkan melalui proses akulturasi pengaruh-pengaruh gong kebyar terhadap Angklung mengalami filterrisasi. Sesuai dengan konseppengaruh-mempengaruhi bahwa disamping dipengaruhi oleh pola-pola tradisi luar, Gong Kebyar juga mempengaruhi gamelan Angklung, sehingga dalam gamelan angklung itu berlaku sebuah suguhan stratifikasi dan diferensiasi gaya kakebyaran.

Kendatipun gamelan Gong Gede merupakan barungan yang lebih awal tercipta dari Gong Kebyar, namun pengaruh gong kebyar yang begitu besar tak luput mempengaruhi gamelan Gong Gede. Terjadinya penciptaan komposisi baru dengan media ungkap gong Gede yang terjadi sekitar tahun 1980-an merupakan awal dari sebuah pembaharuan gamelan gong Gede. Kendatipun sempat menuai pro dan kontra, kenyataannya hingga saat ini pembaharuan lagu-lagu gong gede telah memberikan sumbangan yang cukup berharga bagi eksistensi gamelan gong gede itu sendiri. Namun tak dapat dipungkiri jika gamelan gong kebyar banyak mengadopsi lagu dari gamelan gong gede, juga terjadi hal sebaliknya, pada lagu-lagu baru gong gede banyak dipengaruhi oleh gaya ungkap gong kebyar.

Pengaruh gamelan Gong Kebyar terhadap gamelan gong Gede dapat diamati dari ungkapan musikal, teknik, komposisi lagu, fungsi, dan tata penyajiannya. Pengadopsian reportoar jarang jarang terjadi karena pada umumnya gamelan Gong Gede yang dipengaruhi unsur-unsur kakebyaran lebih terjadi karena adanya penciptaan lagu-lagu kreasi baru. Dalam lagu kreasi baru sering terjadi vokabuler teknik pukul beberapa instrument terutama instrument pemegang melodi deperti gangsa jongkok. Permaian gangsa jongkok dengan pola kekotekan merupakan pengaruh dari gong Kebyar. Begitu pula pukalan kendang dengan menggunakan tangan mengindikasikan adanya pengaruh kebyar.

Dari segi komposisi, ciptaan lagu gong kebyar secara universal dapat diklasifikasikan menjadi dua (2). Adapun perkembangan yang dimaksud adalah perkembangan yang masih berpijak terhadap ungkapan musikal dan struktur tabuh Gong Gede, namun ada juga yang mengarah terhadap penciptaan yang lebih bebas dengan sengaja menjauhkan diri dari pakem-pakem dan uger-uger pembuatan sebuah reportoar gending itu sendiri.

Kendatipun lebih tua dari segi usia, dalam dua dekade terakhir ini, gamelan Smar Pegulingan juga terkena pengaruh kebyar. Reportoar lagu secara konvensional nampaknya tidak ada kemasukan nuansa kebyar, akan tetapi yang banyak dipengaruhi adalah tabuh-tabuh iringan tarian dan dramatari. Untuk keduanya ini reportoar kebyar secara langsung diadopsi ke dalam Smar pegulingan. Penadopsian ini secara langsung berpengaruh terhadap ungkapan musikalitas Smar Pengulingan menyesuaikan ungkapan Gong Kebyar sesuai dengan karakter lagu yang dimainkan.

Berdasarkan pengamatan penulis, biasanya dalam sebuah pengawit tabuh-tabuh dalam smar pegulingan itu selalu diawali dengan pukulan terompong, namun belakangan ini dalam kawitannya para komposer sudah berani untuk memasukan unsur-unsur kotekan gangsa yang dinamis dan penuh dengan suasana kebyar. Pengalihan fungsi instrumen terompong menjadi instrumen reyong juga mengisyaratkan kentalnya pengaruh Gong Kebyar dalam sebuah proses akulturasi dibidang kesenian.

 

Comments are closed.

Previose Post: