Alat Musik SAXOPHONE

Tak Berkategori | Posted by denipremana
Jul 17 2014

Sejarah SAXOPHONE

 Adolphe_Sax

SAXOPHONE dikembangkan di tahun 1840-an oleh Adolphe saksofon, seorang berkebangsaan Belgia. Ketika masih bekerja di toko alat ayahnya di Brussels, saksofon mulai mengembangkan sebuah alat yang memiliki proyeksi instrumen kuningan yang lebih lincah dari sebuah alat  musik tiup kayu. Prioritas lain adalah untuk menciptakan sebuah alat yang akan merentangkan oktaf, sebagai perkembangan dari Klarinet. Sebelum karyanya pada saksofon, saksofon membuat beberapa perbaikan pada bass klarinet dengan meningkatkan keywork akustik dan memperluas jangkauan nada yang lebih rendah.Saksofon juga merupakan pembuat ophicleide , sebuah instrumen kuningan berbentuk kerucut besar dalam daftar bass dengan tombol mirip dengan alat musik tiup kayu.

 Adolphe Sax menciptakan instrumen dengan juru bicara buluh tunggal seperti klarinet, kuningan tubuh seperti ophicleide kerucut. Setelah tercipta dalam beberapa ukuran awal tahun 1840-an, saksofon menerima sebuah hak patensaxophone.Paten tersebut mencakup 14 versi dari desain dasar, dibagi menjadi dua kategori.

Dalam kelompok saksofon dipertimbangkan untuk bekerja orkestra, instrumen ditransposisikan di kedua F atau C, sedangkan band “militer” kelompok termasuk instrumen bergantian antara E ♭ dan B ♭. Saksofon soprano adalah instrumen orkestra hanya untuk suara di pitch konser.

 

Saxes_adolph_sax

 

Paten  saxophone kedaluwarsa pada tahun 1866, sesudahnya banyak  produsen alat melakukan peningkatan mereka sendiri dengan desain dan keywork. Modifikasi besar pertama oleh produsen Perancis yang diperpanjang bel sedikit dan menambahkan tombol tambahan untuk memperpanjang rentang bawah oleh satu sem / fone ke B ♭. Hal ini diduga bahwa saksofon sendiri mungkin telah mencoba modifikasi ini. ekstensi ini diadopsi ke dalam hampir semua desain modern. 

Sumber : en.wikipedia.org/wiki/Saxophone

 

KLASIFIKASI SAXOPHONE

 

Orchestral Band
Sopranino in F Soprano in C Alto in F Tenor in C Baritone in F Bass in C Contrabass in F Sopranino in Eb Soprano in Bb Alto in Eb Tenor in Bb Baritone in Eb Bass in Bb Contrabass in Eb

 

Hanya beberapa dari isi table di atas yang dibuat pada saat Sax mempaten karena ada pendapat yang mengatakan bahwa pada awalnya Sax berniat membuat Saxophone sebagai instrument tenor/bass.

Pengunaan Saxophone ini pertaman kali muncul ke permukaan oleh sahabat dari Sax yaitu Hector Berlioz pada tahun 1942. pengunaannya di orkestra sangat jarang, hanya beberapa composer klasik yang menggunakannya seperti Berlioz, Maurice Ravel, dan composer Jerman Richard Wagner.

yamaha_alto_saxophone_yas23-131x300

Saxophone Yamaha

Perkembangan teknis dari Saxophone ini dapat dibagi menjadi dua fase yaitu pada saat hak paten Sax masih berlaku dan sesudahnya. Pada fase pertama, perubahan dan perkembangannya berjalan lambat, dan mekanisme saxophone lebih sederhana, lebih mirip kepada clarinet. Namun setelah hak paten habis pada tahun 1866, muncul banyak pembuat Saxophone yang akhirnya mengakibatkan perkembangannya yang lebih cepat secara teknis. walau begitu, dalam 150 tahun perkembangannya, fondasi dasar Saxophone tidak banyak berubah dari desain awalnya. pada awalnya saxophone banyak digunakan dalam band militer. Hingga memasuki 1900-an, saxophone secara perlahan mulai banyak digunakan, salah satunya dalam pertunjukkan Vaudeville dan dance band mengantikan violin.

Sampai saat ketika musisi Jazz mulai melirik saxophone, dengan mengaplikasikan phrasing dan attack dari trumpet. Sekitar tahun 1920-an, dengan tokoh seperti Sidney Bechet, dan Coleman Hawkins. Lalu disempurnakan pada tahun 1930-an dengan Lester Young, lalu muncul Charlie Parker. Musisi yang disebutkan di atas bereksperimen dengan berbagai tone dan suara dari saxophone hingga teknik bermainnya berkembang seperti saat ini dan menjadikan saxophone menjadi alat musik yang sangat popular.

Saat ini saxophone yang paling umum digunakan adalah Soprano (Bb), Alto (Eb), Tenor (Bb), dan Baritone (Eb).

 

 

DUNIA HARMONIKA

Tak Berkategori | Posted by denipremana
Jul 10 2014

SEJARAH HARMONIKA

 1847_CLASSIC_innen

Harmonika adalah sebuah alat musik yang paling mudah dimainkan. Hanya tinggal meniup dan menghisapnya harmonika akan mengeluarkan suara yang cukup bagus. Harmonika berasal dari alat musik tradisional China yang bernama ‘Sheng’ yang telah digunakan kira-kira 5000 tahun yang lalu sejak kekaisaran Nyu-kwa.

Harmonika modern ditemukan pada tahun 1821 oleh Christian Friedrich Buschmann. Sebuah instrumen musik tiup sederhana yang terdiri dari plat-plat getar dari logam yang disusun secara horozontal dengan desain yang kurang baik dan hanya menyediakan nada tiup kromatis.

Desain awal dari Buschmann akhirnya banyak ditiru dan dimodifikasi menjadi lebih baik. Salah satu contohnya adalah harmonika buatan Richter yang merupakan desain awal dari sebuah harmonika modern. Pada tahun 1826 ia mengembangkan variasi harmonika dengan 10 lubang tetap dan 20 pelat getar dengan pemisahan fungsi pelat yang ditiup dan yang dihisap. Pada akhirnya, nada yang dibuat oleh Richter disebut sebagai nada diatonis dan merupakan nada standard harmonika.

Tahun 1847 Keluarga Seydel “Johann Christian Seydel dan Christian August Seydel” yang sebelumnya adalah keluarga penambang di Sachsenberg-Georgenthal /Saxony mulai mengembangkan usaha pembuatan instrumen harmonika di karenakan kegiatan usaha penambangannya yang dihentikan.

mainright_thema01

Pabrik pembuatan harmonika di tempatkan di Klingenthal di bawah kaki gunung ‘Aschberg’, selanjutnya seydel semakin mngukuhkan diri sebagai pabrikan harmonika di seluruh wilayah Saxony.

Tahun 1857 saat pengrajin jam Jerman bernama Matthias Hohner memutuskan untuk menjadi produsen harmonika. Dengan bantuan dari keluarganya, ia dapat memproduksi 650 harmonika tahun itu. Hohner memperkenalkan harmonika ke Amerika Utara pada 1862 sebuah langkah yang membawa pabrikan Hohner menjadi produsen nomor satu utnuk harmonika. Pada 1887 Hohner telah memproduksi lebih dari 1 juta harmonika per tahunnya. Sekarang, Hohner telah memproduksi lebih dari 90 model harmonika yang berbeda jenis, nada, dan model. Yang memungkinkan untuk memainkan berbagai macam gaya musik mulai dari pop, blues, rock, country, ska dan bermacam-macam lainnya. (Dari wikipedia dan berbagai sumber)

Diatonik dan Kromatik

Harmonika Diatonik

Seydel_blues_solist_pro

Dari berbagai jenis susunan diatonik yang paling populer adalah jenis “major diatonik”,umumnya bernada nada dasar C, namun setiap buah harmonika mempunyai nada dasar yang bervariasi dari C sampai ke G, susunan lubangnya sama, biasanya setiap nada dasar yang berbeda di gunaka untuk transpose nada untuk permainan lubang nada yang sama. Harmonika diatonik jenis ini lebih sering di pergunakanpara pemain Blues dan Rock, dan sebagian pemain Jazz. Diatonik mempunyai 10 lubang dengan dengan susunan nada sepert gambar (Susunan Nada Diatonik sederhana)

Diatonik-simple

.

Bending dan overblow, overdraw

Pada umumnya para pemain blues lebih mengutamakan permainan dengan teknik bending untuk mendapatkan nada yang tidak tesedia pada 10 lubang blow (tiup) dan draw (hisap). teknik Bending adalah pada umumnya hisap dan tiup harmonika dengan cara menarik lidah lebih kedalam untuk mendapatkan efek bending. susunan bending adalah seperti dibawah (lihat nada diatas baris “blow” dan nada di bawah baris “draw

bending
Overdblow/Overdraw
Adalah teknik berikutnya setelah teknik bending, teknik ini untuk lebih mendapatkan nada nada kromatik pada harmonika diatonik. Perlu banyak latihan untuk melakukan overblow/overdraw ini. sampai saat ini baru beberapa pemain harmonika terkenal yang sudah dapat memamerkan teknik overblow/overdraw tersebut sepert Jason Ricci pada video youtube di sebelah. overblow/overdraw juga di mainkan oleh Howard Levy pemain harmonika diatonik Jazz. susunan overblow/overdraw adalah seperti dibawah (lihat nada diatas baris “blow” lubang 1 sampai 6 dan nada di bawah baris “draw lubang 6 sampai 10)

New Picture (3)
Harmonika Kromatik
Harmonka kromatik umumnya berukuran lebih besar dari harmonika diatonik, jumlah lubangnya bervariasi dari 10,12 14 dan 16 lubang dan mempunyai tombol pada ujung lubang nada, tombol tersebut adalah untuk menghasilkan nada kromatik – sebagaimana halnya tombol hitam pada piano). Nada dasar nya bervariasi, dari C samapai G, namun nada dasar C lebih banyak digunakan. contoh susunan nada harmonika kromatik adalah seperti dibawah ini (untuk harmonika 12 lubang).

3875_0

New Picture (1)

Sejarah Kebudayaan Suku Sunda

Tak Berkategori | Posted by denipremana
Jun 28 2014

Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia, yang mencakup wilayah administrasi provinsi Jawa Barat, Banten, Jakarta, dan Lampung. Suku Sunda merupakan etnis kedua terbesar di Indonesia. Sekurang-kurangnya 15,41% penduduk Indonesia merupakan orang Sunda. Mayoritas orang Sunda beragama Islam, akan tetapi ada juga sebagian kecil yang beragama kristen, Hindu, dan Sunda Wiwitan/Jati Sunda. Agama Sunda Wiwitan masih bertahan di beberapa komunitas pedesaan suku Sunda, seperti di Kuningan dan masyarakat suku Baduy di Lebak Banten yang berkerabat dekat dan dapat dikategorikan sebagai suku Sunda.

 

Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia, yang mencakup wilayah administrasi provinsi Jawa Barat, Banten, Jakarta, dan Lampung. Suku Sunda merupakan etnis kedua terbesar di Indonesia. Sekurang-kurangnya 15,41% penduduk Indonesia merupakan orang Sunda. Mayoritas orang Sunda beragama Islam, akan tetapi ada juga sebagian kecil yang beragama kristen, Hindu, dan Sunda Wiwitan/Jati Sunda. Agama Sunda Wiwitan masih bertahan di beberapa komunitas pedesaan suku Sunda, seperti di Kuningan dan masyarakat suku Baduy di Lebak Banten yang berkerabat dekat dan dapat dikategorikan sebagai suku Sunda.

 

sf
Jati diri yang mempersatukan orang Sunda adalah bahasanya dan budayanya. Orang Sunda dikenal memiliki sifat optimistis, ramah, sopan, dan riang. Orang Portugis mencatat dalam Suma Oriental bahwa orang sunda bersifat jujur dan pemberani. Karakter orang Sunda yang periang dan suka bercanda seringkali ditampilkan melalui tokoh populer dalam cerita Sunda yaitu Kabayan dan tokoh populer dalam wayang golek yaitu Cepot, anaknya Semar. Mereka bersifat riang, suka bercanda, dan banyak akal, tetapi seringkali nakal. Orang sunda juga adalah yang pertama kali melakukan hubungan diplomatik secara sejajar dengan bangsa lain. Sang Hyang Surawisesa atau Raja Samian adalah raja pertama di Nusantara yang melakukan hubungan diplomatik dengan Bangsa lain pada abad ke 15 dengan orang Portugis di Malaka. Hasil dari diplomasinya dituangkan dalam Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal. Beberapa tokoh Sunda juga menjabat Menteri dan pernah menjadi wakil Presiden pada kabinet RI. Disamping prestasi dalam bidang politik (khususnya pada awal masa kemerdekaan Indonesia) dan ekonomi, prestasi yang cukup membanggakan adalah pada bidang budaya yaitu banyaknya penyanyi, musisi, aktor dan aktris dari etnis Sunda, yang memiliki prestasi di tingkat nasional, maupun internasional.

 

SEJARAH

Sunda sebagai nama kerajaan kiranya baru muncul pada abad ke- 8 sebagai lanjutan atau penerus kerajaan Tarumanegara. Pusat kerajaannya berada disekitar Bogor, sekarang. Sejarah Sunda mengalami babak baru karena arah pesisir utara di Jayakarta (Batavia) masuk kekuasaan kompeni Belanda sejak (1610*) dan dari arah pedalaman sebelah timur masuk kekuasaan Mataram (sejak 1625).

 

Menurut RW. Van Bemelan pada tahun 1949, Sunda adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menamai dataran bagian barat laut wilayah India timur, sedangkan dataran bagian tenggara dinamai Sahul. Suku Sunda merupakan kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indeonesia. Yaitu berasal dan bertempat tinggal di Jawa Barat. Daerah yang juga sering disebut Tanah Pasundan atau Tatar Sunda.

Pada tahun 1998, suku Sunda berjumlah kurang lebih 33 juta jiwa, kebanyakan dari mereka hidup di Jawa Barat dan sekitar 1 juta jiwa hidup di provinsi lain. Dari antara mereka, penduduk kota mencapai 34,51%, suatu jumlah yang cukup berarti yang dapat dijangkau dengan berbagai media. Kendatipun demikian, suku Sunda adalah salah satu kelompok orang yang paling kurang dikenal di dunia. Nama mereka sering dianggap sebagai orang Sudan di Afrika dan salah dieja dalam ensiklopedia. Beberapa koreksi ejaan dalam komputer juga mengubahnya menjadi Sudanese (dalam bahasa Inggris).

 

Pada abad ke-20, sejarah mereka telah terjalin melalui bangkitnya nasionalisme Indonesia yang akhirnya menjadi Indonesia modern.

 

Kata Sunda artinya Bagus/ Baik/ Putih/ Bersih/ Cemerlang, segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan, orang Sunda diyakini memiliki etos/ watak/ karakter Kasundaan sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Watak / karakter Sunda yang dimaksud adalah cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (terampil), dan pinter (pandai/ cerdas) yang sudah ada sejak zaman Salaka Nagara tahun 150 sampai ke Sumedang Larang Abad ke- 17, telah membawa kemakmuran dan kesejahteraan lebih dari 1000 tahun.

 

Sunda merupakan kebudayaan masyarakat yang tinggal di wilayah barat pulau Jawa dengan berjalannya waktu telah tersebar ke berbagai penjuru dunia. Sebagai suatu suku, bangsa Sunda merupakan cikal bakal berdirinya peradaban di Nusantara, di mulai dengan berdirinya kerajaan tertua di Indonesia, yakni Kerajaan Salakanagara dan Tarumanegara sampai ke Galuh, Pakuan Pajajaran, dan Sumedang Larang. Kerajaan Sunda merupakan kerajaan yang cinta damai, selama pemerintahannya tidak melakukan ekspansi untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Keturunan Kerajaan Sunda telah melahirkan kerajaan- kerajaan besar di Nusantara diantaranya Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Mataram, Kerajaan Cirebon, Kerajaan Banten, dll.

 

 

UNSUR-UNSUR BUDAYA

 

BAHASA

Bahasa Sunda juga mengenal tingkatan dalam bahasa, yaitu unda-usuk bahasa untuk membedakan golongan usia dan status sosial antara lain yaitu :

–       Bahasa Sunda lemes (halus) yaitu dipergunakan untuk berbicara dengan orang tua, orang yang dituakan atau disegani.

–       Bahasa Sunda sedang yaitu digunakan antara orang yang setaraf, baik usia maupun status sosialnya.

–       Bahasa Sunda kasar yaitu digunakan oleh atasan kepada bawahan, atau kepada orang yang status sosialnya lebih rendah. Namun demikian, di Serang, dan Cilegon, bahasa Banyumasan (bahasa Jawa tingkatan kasar) digunakan oleh etnik pendatang dari Jawa.

–       Sebagain besar masyarakat suku Sunda menganut agama Islam, namun ada pula yang beragama kristen, Hindu, Budha, dll. Mereka itu tergolong pemeluk agama yang taat, karena bagi mereka kewajiban beribadah adalah prioritas utama. Contohnya dalam menjalankan ibadah puasa, sholat lima waktu, serta berhaji bagi yang mampu. Mereka juga masih mempercayai adanya kekuatan gaib. Terdapat juga adanya upacara-upacara yang berhubungan dengan salah satu fase dalam lingkaran hidup, mendirikan rumah, menanam padi, dan lain-lainnya.

–       MATA PENCAHARIAN

Mata pencaharian pokok masyarakat Sunda adalah

  1. Bidang perkebunan, seperti tumbuhan teh, kelapa sawit, karet, dan kina.
  2. Bidang pertanian, seperti padi, palawija, dan sayur-sayuran.
  3. Bidang perikanan, seperti tambak udang, dan perikanan ikan payau.
  4. Selain bertani, berkebun dan mengelola perikanan, ada juga yang bermata pencaharian sebagai pedagang, pengrajin, dan peternak.

 

ORGANISASI SOSIAL

Sistem kekerabatan yang digunakan adalah sistem kekerabatan parental atau bilateral, yaitu mengikuti garis keturunan kedua belh phak orang tua. Pada saat menikah, orang Sunda tidak ada keharusan menikah dengan keturunan tertentu asal tidak melanggar ketentuan agama. Setelah menikah, pengantin baru bisa tinggal ditempat kediaman istri atau suami, tetapi pada umumnya mereka memilih tinggal ditempat baru atau neolokal. Dilihat dari sudut ego, orang Sunda mengenal istilh tujuh generasi keatas dan tujuh generasi ke bawah, antara lain yaitu :

Tujuh generasi keatas:Kolot
Embah
Buyut
Bao
Janggawareng
Udeg-udeg
Gantung siwur

Tujuh generasi kebawah :
Anak
Incu
Buyut
Bao
Janggawareng
Udeg-udeg
Gantung siwur

KESENIAN

Masyarakat Sunda begitu gemar akan kesenian, sehingga banyak terdapat berbagai jenis kesenian, diantaranya seperti :
1. Seni tari : tari topeng, tari merak, tari sisingaan dan tari jaipong.
2. Seni suara dan musik :
Ø Degung (semacam orkestra) : menggunakan gendang, gong, saron, kecapi, dll.
Ø Salah satu lagu daerah Sunda antara lain yaitu Bubuy bulan, Es lilin, Manuk dadali, Tokecang dan Warung pojok.
3. Wayang golek
4. Senjata tradisional yaitu kujang

Alat Musik Tradisional Sasando

Tak Berkategori | Posted by denipremana
Jun 28 2014

Sasandu (bahasa rote), atau bahasa kupang sering menyebut sasando adalah alat musik berdawai yang dimainkan dengan cara memetik dengan jari-jemari tangan. Sasando merupakan alat musik tradisional dari kebudayaan rote. Alat ini bentuknya sederhana bagian utamanya berbentuk tabung panjang dari bambu, bagian tengah melingkar dari atas ke bawah diberi penyangga (senda-bahasa rote) dimana dawai-dawai atau senar yang direntangkan ditabung bambu dari atas bertumpu ke bawah. Penyangga ini menghasilkan nada yang berbeda-beda pada setiap petikan dawai, sedangkan wadah yang berfungsi untuk resonansi sasando berupa anyaman lontar (haik). Bentuk sasando secara umum mirip dengan alat musik petik lainnya, seperti gitar, biola, kecapi dan valiha dari madagaskar. Secara harafiah nama sasandu dalam bahasa rote bermakna alat musik yang bergetar atau berbunyi. Konon sasando digunakan di kalangan masyarakat rote sejak abad ke-7. Ada beberapa versi ceritra rakyat tentang  awal mulanya sasandu/sasando.  Ceritra ini bermula  dari terdamparnya seorang pemuda bernama Sangguana  di pulau Ndana yang kemudian dibawa oleh penduduk sekitar ke hadapan raja takalaa, hal ini yang mempertemukan Sangguana dengan putri raja. Sangguanapun jatuh cinta pada sang putri, namun raja mempunyai syarat untuk menerima Sangguana.  Sangguana diminta raja untuk membuat alat musik yang lain dari yang lain. Dalam mimpinya Sangguana memainkan alat musik yang indah bentuknya serta merdu suara.  Hal ini yang mengilhami Sangguana untuk membuat alat musik seperti yang diinginkan sang raja. Alat musik itu diberi nama sasandu . Kemudian sasandu tersebut diberikan kepada putri raja dan putri raja memberi nama Hitu (tujuh) makna dari pemberian nama tersebut karna 7 (tujuh) dawai sasando bergetar bersamaan saat dipetik. Karena keinginan raja terpenuhi Sangguanapun berhasil mempersunting putri raja.

Jenis-jenis Sasando

Sasando Tradisional  

Ada beberapa jenis sasando yaitu sasando gong dan sasando biola. Sasando gong biasanya dimainkan dengan irama gong dan dinyanyikan dengan syair daerah rote untuk mengiri tari, menghibur keluarga yang berduka dan yang sedang mengadakan pesta. Bunyi sasando gong nadanya pentatonik. Sasando gong berdawai 7 (tujuh) atau 7 (tujuh) nada, kemudian berkembang menjadi 11 (sebelas) dawai. Sasando gong lebih dikenal di pulau rote.

sasando-biola(1)

Diperkirakan akhir abad ke 18 sasando mengalami perkembangan dari sasando gong ke sasando biola. Sasando biola lebih berkembang di Kupang. Sasando biola nadanya diatonis dan bentuknya mirip sasando gong tetapi bentuk bambu diameternya lebih besar dari sasando gong dan jumlah dawai pada sasando biola lebih banyak, berjumlah 30 nada berkembang menjadi 32 dan 36 dawai. Sasando biola ada  2 bentuk yaitu sasando dengan bentuk ruang resonansinya terbuat dari daun lontar/haik dan sasando biola dengan bentuk ruang resonansinya terbuat dari bahan kayu maupun multiplex (kotak/box/peti). Mengapa dikatakan sasando biola? Karena nada-nada yang ada pada sasando meniru  nada yang ada pada biola, pada mulanya alat penyetem dawai terbuat dari kayu, yang harus diputar kemudian diketok untuk mengatur nada yang pas. Sasando biola biola yang terbuat dari kotak kurang mengalami perkembangan dan akhirnya orang lebih mengenal sasando biola dengan ruang resonansinya dari haik (daun lontar yang dibentuk menyerupai wadah), seperti yang sering kita lihat pada uang kertas lima ribuan emisi tahun 1992.

Sasando Listrik/Elektrik

Elektrik_Sasando

Sasando listrik atau sasando elektrik diciptakan oleh Arnoldus Edon, sasando elektrik ini termasuk dalam salah satu jenis Sasando Biola yang mengalami perkembangan teknologi. Sasando tradisional mempunyai beberapa kekurangan dan kelemahan antara lain, daun lontar mudah pecah dan pada saat musim hujan sering timbul jamur diatas permukaan daun, dan suara sasando ketika dipetik suaranya sangat kecil. Sasando elektrik yang diciptakan ini tidak menggunakan wadah dari daun lontar peti kayu/kotak/box dari papan, karena tidak membutuhkan ruang resonansi yang berfungsi sebagai wadah penampung suara.Bunyi langsung dapat di perbesar lewat alat pengeras suara (sound system / speaker aktif). Berawal dari peristiwa kerusakan sasando biola yang terbuat dari peti kayu/kotak milik ibu mertua dari Arnoldus Edon pada tahun 1958, sasando yang rusak itu di perbaikinya dan menjadi baik.

Dari situlah awal mulanya Arnoldus Edon mulai mendapatkan ide dan mulai bereksperimen membuat sasando elektrik. Ia berpikir kalau memetik sasando yang posisi sasandonya tertutup dengan daun lontar yang lebar dan bunyinya hanya bisa di dengar oleh segelintir orang saja yang ada disekitarnya dan petikan serta kelentikan jari-jemari tidak dapat dinikmati atau dilihat oleh orang lain karena tertutup daun lontar. Alangkah indahnya apabila sasando itu dipetik dan di dengar dengan suara yang besar, dinikmati oleh banyak orang dari kejauhan dan petikan jari-jemari yang lemah gemulai dapat dilihat keindahannya, karena sasando dipetik dengan menggunakan 7 sampai 8 jari. Tahun 1958 diciptakanlah Sasando listrik/elektrik, eksperimen demi eksperimen dilakukannya untuk mendapatkan bunyi yang sempurna yang sama dengan bunyi asli dari Sasando. Tahun 1959 Arnoldus Edon hijrah ke Nusa Tenggara Barat (Mataram) sebagai seorang Kepala Sekolah di Mataram. Berbekal ilmu pengetahuan sebagai seorang guru IPA/Fisika, maka pada tahun 1960 Sasando Elektrik ini berhasil dirampungkan dan mendapatkan bunyi yang sempurna sama dengan suara aslinya. Bentuk sasando elektrik ini dibuat sebanyak 30 dawai. Inilah awalnya Arnoldus Edon membuat sasando listrik yang hasilnya pertamanya langsung di bawah ke Jakarta oleh Thobi Messakh (tokoh adat dari Rote). Jadi Sasando elektrik di buat pertama kali pada waktu Arnoldus Edon masih berada di Mataram. Pembuatan Sasando Elektrik dibuat lebih modern dari Sasando tradisional ada perbedaan dalam cara pembuatannya. Komponen sasando elektrik memang lebih ruwet, sebab banyak unsur yang menentukan kualitas suara yang dihasilkan pada alat musik tersebut. Selain badan sasando dan dawai. Alat yang paling penting pada sasando elektrik adalah spul (pickup)  yang merupakan sebuah transducer yang akan mengubah getar dawai menjadi energi listrik, lalu diteruskan melalui kabel dan masuk kedalam amplifier.

Sumber : http://edonsasando.wordpress.com/

Komunitas India di Indonesia

Tak Berkategori | Posted by denipremana
Mar 30 2014

Tanggal 26 Januari, setiap tahunnya di Australia diperingati sebagai hari Australia, sebuah momen yang mengingatkan masyarakat Australia mengenai berbagai kebudayaan dan etnis baik mayoritas maupun minoritas. Pada hari yang sama, India juga merayakan Hari Republik. Maka Radio Australia hendak menyoroti keberadaan komunitas India, yang, meski minoritas, banyak mewarnai budaya di Indonesia.
India dikenal melalui lagu dan film yang banyak beredar di masyarakat. Namun sesungguhnya persentuhan budaya India dengan masyarakat di Indonesia sudah sangat lama. Imigran India sudah berhubungan dengan penduduk nusantara sejak era awal Masehi, dan bahkan dalam periode prasejarah. Melalui orang-orang India inilah agama Hindu dan Islam berkembang di Indonesia.
Tidak ada data pasti yang menyebutkan jumlah penduduk keturunan India yang tinggal di Indonesia saat ini, namun mereka adalah penduduk non Indonesia atau warga keturunan pendatang yang terkecil jumlahnya, kalau dibandingkan keturunan pendatang lainnya seperti Cina atau Arab di Indonesia.
Hingga tahun 1980-an, etnis India di Indonesia terutama terkonsentrasi di Sumatera Utara dan Jakarta.
Namun kini mereka sudah banyak menyebar di berbagai propinsi di Indonesia. Di Jakarta, salah satu kawasan yang banyak dihuni penduduk keturunan India adalah di kawasan Sunter, Jakarta Utara.
Saking banyaknya penduduk India yang bermukim disana, kawasan ini sekarang dikenal dengan sebutan little India; merujuk pada kawasan wisata dan pemukiman etnis India di Singapura.
Di kawasan Little India Sunter yang saya datangi beberapa waktu lalu, nuansa India terasa antara lain terlihat dari banyaknya kuil atau rumah ibadah umat hindu. Sedikitnya ada 3 kuil di sana yang ramai didatangi warga India untuk bersembahyang pada Jumat malam. Selain kuil juga ada sejumlah sekolah India dan restoran, toko atau warung yang menjual produk India dan Pakistan.
Di kawasan ini, tepatnya di kuil Jai Kalimaa Mandir, saya berjumpa dengan Denny Den Jompa. Warga India yang tinggal di kawasan Sunter ini mengaku leluhurnya berasal dari Kashmir.
Siang itu kami berbincang usai Denny melakukan sembahyang. Ia bercerita tentang kakeknya yang memutuskan desersi atau lari dari tugasnya sebagai tentara Inggris dan menetap di Indonesia. Dia bercerita bagaimana kakeknya, yang memang tidak bisa pulang ke India, mengatakan mencintai Indonesia.
“Kalau dibilang enaknya tinggal di Indonesia atau India, dia engga pernah bilang, tapi dia bilang dia udah cinta Indonesia.”
Selain itu, Denny juga mengatakan bagaimana dia diajari untuk tidak menilai orang berdasarkan suku bangsa, dan bagaimana keluarganya beradaptasi dengan kebudayaan Indonesia.
“Kita berusaha ikutin budaya Indonesia, dan kita juga seneng budaya Indonesia,” katanya.
Kedatangan tanpa pertentangan
Sikap mempelajari budaya tersebut sesuai dengan pandangan pakar sejarah Jakarta dan Betawi, Alwi Shahab. Menurutnya, tidak seperti etnis pendatang lain di Indonesia yang sempat memicu pertentangan, kedatangan imigran India ke Indonesia berjalan mulus. Tidak pernah tercatat ada pertentangan di masyarakat mengenai kehadiran atau budaya India.
Imigran dari India sendiri, menurut Alwi Shahab, datang ke Indonesia dalam 5 fase: fase pertama dari masa kerajaan Tarumanegara (abad lima sampai sebelas), di mana banyak anggota kelas Brahmana yang datang ke nusantara. Fase kedua adalah fase Islam, dengan pendatang dari Gujarat. Setelah itu, dua konflik membentuk dua fase berikutnya: Perang Dunia Pertama yang menyebabkan banyak kuli dikirim ke daerah nusantara, dan konflik antara India dan Pakistan yang menyebabkan jutaan kematian. Pada saat itu, banyak orang keturunan India yang melarikan diri ke daerah Jakarta.
“Karena mereka melihat Jakarta itu cocok bagi mereka,” kata Alwi Shahab mengenai fase keempat tersebut.
Setelah itu, fase terakhir terjadi pada saat Perang Dunia Kedua, di mana banyak pedagang yang memasuki daerah kepulauan nusantara.
Kedatangan orang India banyak memberi pengaruh di Indonesia.
Bukan hanya berperan membawa agama Hindu dan Islam ke tanah air, India juga banyak mewarnai budaya di Indonesia. Salah satunya adalah lagu-lagu India yang dikenal sebagai akar dari musik dangdut di Indonesia. Bahkan menurut Alwi Shahab, ondel-ondel yang merupakan patung boneka khas jakarta juga terinspirasi dari India.
“Budaya-budaya India kena pengaruh Hidnu, dan banyak kegiatan-kegiatan keagamaan juga dari Hindu, seperti nujuh bulanin..,dan juga kalau orang meninggal, [peringatan] tujuh hari, lima hari, itu pengaruh Hindu.”
“Perlu lebih berbaur”
Sementara itu tokoh Indonesia yang juga warga keturunan India, H.S Dillon, mengatakan warga India di Indonesia saat ini jumlahnya terus berkembang, bukan hanya warga keturunan India tapi juga warga asli India yang bekerja dan bermukim di Indonesia. sehingga saat ini peran mereka di masyarakat juga sudah lebih beragam, tidak hanya berkutat pada perdagangan tekstil dan alat-alat olahraga; dua bidang perdagangan yang sejak lama menjadi andalan warga keturunan India.
Meski demikian, H.S Dillon menilai, untuk lebih banyak berperan, masyarakat India selain butuh dukungan juga perlu membuka diri mereka sendiri. Menurutnya, masih ada kesan eksklusif yang terlihat dari warga keturunan India di Indonesia.
“Banyak sekali ya saya liat, saya berulang kali menyatakan kepada [komunitas India di Jakarta], mereka juga sebenarnya kurang berbaur.”
Pernyataan tersebut berisi harapan H.S Dillon, yang menyatakan keinginannya agar pada masa depan, warga India di Indonesia bisa lebih berperan luas di masyarakat seperti halnya warga India di sejumlah negara lainnya.
“Kalau kita bandingkan, di Kanada, sudah ada orang-orang India yang menjadi walikota. Di Amerika sekarang, dua keturaunan India jadi Gubernur. Jangan bicara di Inggris. Orang Singapura menarik: di DPR mereka sengaja tempatkan orang-orang India. Sayang kan kalau kita bandingakan dengan tujuan republik. Tujuan pertama kan untuk merajut kebhinekaan.”