SEJARAH GONG KEBYAR DI BR. TANGGUNTITI TONJA DENPASAR UTARA
Asal mula adanya gong kebyar di
Br. Tangguntiti tonja
Menurut nara sumber dari Banjar Tangguntiti yaitu I Wayan Renda , gamelan yang berada di Banjar Tangguntiti, dibuat pada tahun 40 an , dibuat di pura dalem Kebon Boni oleh penglingsir-penglingsir dari Banjar Tangguntiti, Karena dulu pada piodalan pura dalem kebon boni yang jatuh pada buda manis sesudah galungan di saat piodalan tidak pernah memyajikan (menghaturkan) sesolahan dan iringan iringan gending pada piodalan hanya menggunakan kidung saja, karna itu penglinsir br. Tangguntiti pun membuat suatu barungan gambelan keklenyongan seperti gong gede memper gunakan gangsa jongkok, sekian tahun berjalan dan masuknya kreasi gambelan gong kbyar penglinsir br. Tanguntiti mengubahnya menjadi gong kebyar yang dibuat di pura dalem kebon boni dan bekerja sama dengan kerama br. tangguntiti desa tonja karna itu penglingsir dari br. Tngguntiti ingin agar anak cucunya ingat kepada ida sang hyang widhi dan melestarikan budaya di masa mendatang karna itu penglingsing mengembangkan gangsa atau barungan gmbelan gangsa jongkok menjadi barungan gambelan gong kebyar.
Keunikkan gong kebyar di br. Tangguntiti desa tonja
Menurut nara sumber bpk I Wayan Renda gong kebyar ini memiliki bilah gangsa dan kantil yang berjumlah 11 bilah. Pada umumnya nada gangsa dan kantil pada gong kebyar diawali dengan nada ‘ndong’ dan jumlah bilah yang terdapat pada gangsa, kantilnya 10 bilah, namun pada gamelan gong kebyar di Banjar Tangguntiti desa tonja terdapat keunikan yaitu pada gangsa dan kantil gong kbyar diawali dengan nada ‘nding’ dan karna itu gambelan gong kbyar di br. Tangguntiti memiliki bilah yang aneh yaitu 11 bilah.
Menurut I Wayan Renda gamelan gong kebyar yang berada di Banjar TanggunTiti yang ganggsa dan kantilnya di mulai dari nada nding, karena penglingsir kami ingin semua keturunannya memiliki keheningan pada saat memainkan instrument tersebut dan gamelan tersebut dikatakan berunsur Tri Sakti oleh I Wayan Renda karena dibuat ditempat suci Pura Dalam Kebon Boni maka gamelan gong kebyar yang berada di Banjar Tangguntiti menggunakan nada nding pada nada pertama pada instrument gangsa dan kantil.
Banjar Tangguntiti juga memiliki satu buah gong yang disakralkan (Gong Due) karena pada tahun 40an, gong tersebut di beli di Klungkung tetapi suaranya tidak bisa cocok untuk pelegongan dan tabuh-tabuh lelambatan, karena tidak cocok kemudian dijual ke Sading, dan pada saat gong dibawa sesampainya di sana pada malam harinya rumah sang pembeli di getarkan oleh gong tersebut. Keesokan harinya gong itu dikembalikan ke Banjar Tangguntiti Tonja .
Setelah gong tersebut dikembalikan keanehan demi keanehan terus menerus terjadi di Pura Dalem Kebon Boni. Disaat para penglingsir kami mengiringi piodalan di Pura Dalem dan mengiringi tari setiap dibunyikan gong tersebut selalu memecahkan gong pasangannya dan terus menerus seperti itu. Setelah ditanyakan kepada orang pintar ( balian ) , ternyata terdapat ( melinggih) penunggu di gong tersebut dengan sebutan Ratu Ngurah Agung dan dibuatlah tempat atau pelinggih untuk pelinggian gong tersebut di Banjar Tangguntiti Tonja dan gong itu tidak pernah di pakai sampai sekarang. Maka menurut penglingsir-penglingsir dikatakan gong tersebut sebagai gong sacral (gong due).