darmayasa

30 Juni 2011

Gambelan Gong Kebyar

Filed under: Lainnya —— darmayasa @ 3:16 pm

1. Bentuk Fisik Gambelan Gong Kebyar

Gamelan Gong Kebyar sebagai perangkat/barungan yang

berlaraskan pelog lima nada, secara fisik dapat dibedakan menjadi dua

model. Pertama, bentuk fisik daun gamelan yang berbentuk bilah dan

berbentuk pencon terbuat dari kerawang. Kerawang adalah campuran

antara timah murni dengan tembaga (Rembang, 1984/1985 : 8).

Kadang-kadang gamelan Gong Kebyar juga dapat dibuat dari besi atau

pelat. Sedangkan kedua adalah tempat dari bilah dan pencon

digantung/ditempatkan disebut pelawah. Khusus untuk instrument

bilah, pada pelawah ditempatkan resonator yang terbuat dari bambo

ataupun paralon. Sedangkan pelawah untuk instrument reyong dan

trompong bentuknya memanjang dan di atasnya ditempatkan

instrument bermoncol/pencon yang dicincang dengan tali pada lubang

gegoroknya. Penempatan nada-nada kedua instrument ini berjejer dari

nada rendah ke nada tinggi (dari kiri ke kanan), sesuai dengan

ukurannya besar ke kecil (nirus). Kedua instrument ini tanpa

mempergunakan resonator. Sedangkan untuk instrument yang lainnya

seperti instrument gong, kempur dan klentong hanya digantung pada

trampa yang disebut dengan sangsangan. Selain itu juga instrument

kajar hanya ditempatkan pada atas trampe tanpa resonator, sedangkan

untuk instrument cengceng gecek, cakepannya diikat pada atas pelawah

yang berbentuk kura-kura/empas, angsa ataupun bentuk lainnya.

Pelawah gamelan Gong Kebyar memiliki bentuk yang berbedabeda

tergantung pemesannya. Perbedaan dimaksud terletak pada bagian

panilnya. Panil adalah model ukirang yang terletak pada pelawah bagian

depan dan belakang. Pelawah Gong kebyar ada yang memakai panil, ada

juga tanpa panil. Sedangkan panil yang dipergunakan juga berbedabeda,

ada yang mengambil ceritra pewayangan/parwa (epos Ramayana

dan Mahabrata) ataupun mengambil ceritra tetantrian atau cerita

tentang binatang. Jelas secara bentuk fisiknya telah terjadi perbedaan,

walaupun secara substansi barungan Gong Kebyar memiliki persamaan

dan telah mengakar di masyarakat. Kualitas bunyi sangat tergantung

pada resonator yang dipergunakan. Bahan baku bamboo dipilih secara

selektif untuk dapat menghasilkan suara gamelan yang bagus. Secara

fisik ukuran bilah dan pencon dalam gamelan gong kebyar disesuaikan

dengan fungsi masing-masing instrument dalam barungnya. Sehingga

bagaimanapun bentuk fisiknya jelas telah mempertimbangkan aspekaspek secara total dalam rancangan keberadaan Gong Kebyar saat ini.

2. Fungsi dan teknik masing-masing instrument

Gamelan Gong Kebyar memiliki instrumentasi yang cukup besar.

Masing-masing instrument dalam barungan memiliki fungsinya

tersendiri sesuai dengan ciri khas gamelan gong kebyar yaitu

“NGEBYAR”. Sesuai dengan namanya Gong Kebyar, penerapan teknik

juga enerjik. Repertoar gamelan gong kebyar memakai teknik-teknik

yang sangat komplek. Masing-masing instrument telah memiliki teknik

tersendiri dalam sebuah lagu. Begitu juga fungsi alat dalam

perangkat/barungan saat memainkan lagu disesuaikan dengan

kebutuhan lagu yang dibawakan. Untuk lebih jelasnya dapat dijabarkan

sebagai berikut:

  • Satu tungguh trompong dalam barungan gong kebyar memiliki

sepuluh buah moncol/pencon yang merupakan nada ndang

rendah sampai nada ndung tinggi. Instrumen ini dimainkan oleh

seorang penabuh dengan dua tangan memakai panggul yang

disebut panggul trompong. Dalam sebuah barungan, instrument

ini berfungsi untuk pembawa lagu, juga membuka/pengawit

sebuah gending yang dalam barungan membawa melodi dengan

tekniknya tersendiri. Gagebug trompong sekar tanjung susun

namanya. Sistem ini adalah gambaran keindahan permainan

trompong yang dalam sub tekniknya seperti: Ngembat,

Ngempyung, Nyilih asih, nguluin, nerumpuk, ngantu, niltil, ngunda dan ngoret.

  • Satu tungguh instrument Reyong. Instrumen riyong adalah suatu

instrument yang berbentuk memanjang. Instrumen ini memiliki

jumlah moncol/pencon sebanyak 12 buah dengan susunan nada

dari nada : 5 7 1 3 4 5 7 1 3 4 5 7 dibaca ndeng, ndung, ndang,

nding, ndong, ndeng, ndung, ndang, nding, ndong, ndeng, dan

ndung. Reyong dimainkan oleh empat orang penabuh dengan

mempergunakan masing-masing dua buah panggul pada tangan

kanan dan kiri. Teknik permainan yang diterapkan adalah tehnik

ubit-ubitan yang dalam barungan gamelan sepadan dengan

cecandetan, kotekan, tetorekan yang mengacu pada teknik

permainan polos dan sangsih yang dalam lontar Prakempa disebut gagebug .(Bandem:1991:16). Lebih lanjut dalam lontar ini gagebug rereyongan disebut I gajah mina namanya. Pemain reyong pertama dan ketiga (dari kiri) memainkan pukulan polos, sedangkan pemain kedua dan keempat memainkan pukulan sangsih. Setiap pemain reyong memiliki wilayah nada untuk dapat memainkan teknik-teknik di atas.

  • Dua buah Instrumen Ugal. Instrumen ugal/giying adalah sebuah

instrument yang mempunyai jumlah bilah 10 (sepuluh) buah

dengan susunan nada-nadanya dari kiri ke kanan. 4 5 7 1 3 4 5 7 1

3 dibaca ndong, ndeng, ndung, ndang, nding, ndong, ndeng,

ndung, ndang, dan nding. Instrumen ini dimainkan oleh

seorang pemain dengan alat pemukul (panggul). Fungsi dalam

barungan adalah sebagai pembawa melodi dan memulai sebuah

gending yang dibawakan. Selain itu instrument ugal dapat

mengendalikan atau memimpin sebuah lagu untuk pemberian

keras lirih/nguncab-ngees sebuah gending. Beberapa tehnik

pukulannya adalah: Ngoret, Ngerot, netdet, ngecek, neliti, ngucek,

gegejer, oncang-oncangan dan ngantung.

  • Gansa pemade dan gangsa kantil. Barungan Gong Kebyar

memiliki empat instrument gangsa pemade dan empat instrument

gangsa kantil. Instrumen ini memiliki sepuluh nada dalam

tungguhnya, dan urutan nadanya sama dengan instrument ugal.

Hanya saja instrument kantil lebih tinggi oktafnya dari gangsa

pemade. Jadi secara estetika perbedaan oktaf tersebut untuk

seimbangan dan harmonisasi. Kedelapan

instrumen ini berfungsi membuat jalinan-jalinan/kotekan dalam

sebuah gending. Pemberian ilustrasi oleh instrument ini dapat

memperkuat lagu pokok. Beberapa teknik gagebug/pukulan yang

diterapkan dalam instrument gangsa seperti: teknik pukulan

nyogcag, bebaru, tetorekan, norot, ngoret, niltil, ngucek, oncangoncangan dan lain –lain sesuai dengan kebutuhan gendingnya.

  • Dua instrumen Penyacah: Instrumen ini mempunyai jumlah bilah

sebanyak tujuh buah dengan susunan nada: 1 3 4 5 7 1 3 dibaca

ndang, nding, ndong, ndeng, ndung, ndang. berfungsi sebagai

pemangku lagu/mempertegas jalannya melodi (pukulannya lebih

rapat dari jublag).Secara fisik ukurannya lebih kecil dari

instrument Jublag. Teknik permainannya sangat melodis pada

setiap matra lagu.

  • Dua instrument Jublag. Instrumen jublag adalah suatu

instrument yang memiliki jumlah bilah lima buah, dengan

susunan nada 3 4 5 7 1 dibaca nding, ndong, ndeng, ndung,

ndang. Besar kecilnya nada diambil dari instrument

ugal/giying. Funfsinya dalam sebuah barungan adalah sebagai

pemangku lagu, memperkuat/mempertegas melodi pada ruasruas

gending. Teknik pukulan yang diterapkan adalah: neliti,

magending, nyele/nyelah.

  • Dua instrument Jegogan. Instrumen Jegogan merupakan

instrument bilah yang paling besar ukurannya dalam barungan

Gong Kebyar. Instrument ini memiliki bilah sebanyak lima buah

dengan susunan nada 3 4 5 7 1 dibaca nding, ndong, ndeng,

ndung ndang. Instrumen ini berfungsi sebagai pemangku lagu

dan memberikan aksentuasi kuat pada ruas-ruas gending

(pukulannya lebih jarang dari jublag)

  • Satu Kempur: Merupakan instrument berpencon yang besarnya

memiliki diameter 50-60 cm. Dengan digantung pada sebuah

sangsangan, instrument ini berfungsi sebagai pemangku irama

(ritme) dan sebagai pematok ruas-ruas gending serta sebagai

pemberi aksen-aksen sebelum jatuhnya gong. Pola pukulannya dapat memberikan identitas ukuran tabuh yang dibawakannya. Sepert:

tabuh pisan satu kempur dalam satu gong, tabuh dua, ada dua

kempur dalam satu gongannya, dan seterusnya.

  • Satu instrument Kemong: Instrumen kemong adalah merupakan

instrument berpencon yang dalam settingya digantung pada

sangsangan kecil yang disebut trampa. Fungsinya dalam

barungan adalah untuk pengisi ruas-ruas lagu. Biasanya

penerapan pukulan kemong pertanda gending yang dibawakan

telah mencapai setengah dari gending secara utuh (kecuali

pengawak palegongan). Pola pukulannya adalah: Tunjang sari,

  • Dua buah Gong lanang dan wadon: Instrumen gong adalah

instrument berpencon yang ukurannya paling besar dalam Gong

Kebyar. Terbuat dari kerawang dan memiliki ukuran diameter 65 – 90 cm. Dilihat dari fungsinya, instrument ini berfungsi sebagai

finalis lagu (menghakhiri lagu). Sebagai finalis lagu instrument ini memiliki jenis pukulan yang disebut Purwa Tangi.

  • Kendang Lanang Wadon: di atas telah dipaparkan tentang

instrument kendang. Akan tetapi dalam sebuah barungan

kendang berfungsi sebagai pemurba irama. Disamping itu

kendang dapat mengatur tempo, keras liris gending dan lain-lain.

Beberapa pukulan kendang antara lain: Motif bebaton, gegulet,

jejagulan, bebaturan, gupekan, milpil, dan lain-lain.

  • Beberapa suling dengan berbeda ukuran: Suling merupakan

instrument melodis yang dalam komposisi lagu sebagai pemanis

lagu. Teknik permainan bisa simetris dengan lagu ataukah

memberikan ilustrasi gending baik mendahului maupun

membelakangi melodi gending.

  • Satu Cengceng Kecek: Secara fisik cengceng gecek memiliki dua

bagian yaitu: dua alat pemukul (penekep) disebut bungan

cengceng, dan cengceng tatakan. Dalam tatakan terdapat kurang

lebih lima buah cengceng yang diikat pada pangkonnya. Untuk

memunculkan suara, cengceng penekep dipegang oleh dua tangan

dan dimainkan dengan dibenturkan sesuai tekniknya. Adapun

beberapa jenis pukulannya adalah: pukulan malpal, ngecek,

ngelumbar dan lain-lain. Sedangkan fungsinya dalam barungan

adalah untuk memperkaya ritme/angsel-angsel tanpa memakai

tehnik jalinan.

  • Satu buah kajar: Instrumen ini merupakan salah satu

inmstrumen bermoncol/pencon yang berfungsi sebagai pembawa

irama. Adapun jenis pukulannya adalah pukulan Penatas lampah

yang artinya pola pukulan kajar yang mengikuti pola ritme yang

ajeg dari satu pukulan ke pukulan berikutnya dalam jangka

waktu serta jarak yang sama.

  • Satu buah rebab: Instrumen rebab merupakan instrument gesek

yang dalam barungan gamelan sebagai penyeimbang/ harmonisasi

lagu. Instrumen ini membutuhkan pengeras suara karena secara

kualitas suara sangat nyaring, namun tidak mampu menimbulkan

suara keras. Sehingga instrument rebab sangat tepat

diharmoniskan dengan suling, dan pada saat pementasan dibantu

oleh pengeras suara.

3. Karakteristik Gong Kebyar

Gong Kebyar sebagai barungan gamelan yang tercetus di bali

utara sekitar tahun 1915 memiliki karakter yang multi karakter. Keras,

enerjik, bisa juga lembut, agung, hikmad, dan berbagai karakter bisa di

dapatkan dalam barungan ini. Sehingga barungan gong kebyar

dikatakan sangat pleksibel. Beberapa karakter dan fungsi gong kebyar

dapat di sampaikan sebagai berikut:

  • Bersifat praktis
  • Bisa untuk sajian gending pategak instrumental (lelambatan maupun kakebyaran).
  • Untuk iringan tari/dramatari: patopengan, bebarongan, palegongan, pearjan dll.
  • Kususnya untuk iringan tari kakebyaran
  • Sanggup mentranspormir repertoar ensamble-ensamble lain
  • Mengundang aksi penampilan secara tidak terbatas.
  • Sebagai sarana diplomasi kebudayaan melalui misi kesenian, yang hampir setiap lawatan ke manca Negara memakai gong kebyar, bahkan telah banyak Negara lainnya di dunia memiliki perangkat ini.

Gong Kebyar memiliki sifat pleksibelity yang tinggi.

seperti ia: mempesona, menarik, menyentuh, bersahabat dan inovatif.

sumber : www.google.com

TARI BARIS KETEKOK JAGO

Filed under: Lainnya —— darmayasa @ 3:11 pm

v Iwayan Agus Darmayasa

Menurut informasi para sesepuh dan penglingsir yang ada di wilayah Br.tanggun titi,tonja, menyebutkan sekitar tahun 1938 masyarakat/krama Br.tanggun tii,akan mengadakan upacara memungkah,pemlaspas dan pedudusan agung di Pura Kebon Boni,

Maka pada saat itulah,awal terbentuk nya sekaa Baris ketekok jago,dan untuk lebih cpatnya para pnari memahami tarian baris ketekok jago,maka diadakan upacara ritual keagamaan yaitu mengadakan penuuran (nuur) atau memuja kebesaran Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang dilakukan dipura peti tenget krobokan badung.

Dengan mengadakan upacara ritual sperti itu maka apa yang diinginkan oleh masyarakat tanggun titi untuk memahami tari ketekok jago benar-benar menjadi kenyatan . maka terbukti sampai saat ini tari baris ketekok jago yang ada di Br.tanggun titi,tonja tetap bisa lestari .

Beberapa tokoh dan para pemuka masyarakat juga menyebutkan keberadaan Sekaa Baris Ketekok Jago sampai saat ini sudah memasuki 5 generasi dan tentu juga sama dengan kesenian yang lain dimana dalam perkembangannya mengalami suatu pasang surut, begutu juga yang terjadi di Sekaa Baris Ketekok Jago.

Dengan perasaan senang dan bangga para penari baris tetap melakoni kewajibannya mengadakan suatu persembahan yang suci yang di aktualisasikan dalam suatu pergelaran (sesolahan) yang dilaksanakan setiap enam bulan (6bulan) sekali tepatnya pada hari Buda Manis Wuku Medangsia yang jugs bertepatan dengan pujawali di Pura Dalem Kebon Buni Br.Tanggun TIti,Tonja.

Tarian ini wajib di persembahkan kehadapan Sang Hyang Siwa dan Dewi Durga yang beristana di Pura Dalem Kebon Boni Tonja, karena menurut kepercayaan masyarakat yang ada di wilayah Br.Tanggun Titi Tonja, di Pura Dalem Kebon Boni Tonja juga beristirahat “Dewa/Dewi Seni”. Hal ini bisa dibuktikan lewat peningalan-peningalan suci berupa beberapa buah tapel (topeng) yang sangat disucikan oleh masyarakat Br. Tanggun Titi dan memang benar apa yang disampaikan. Jadi suatu kenyataan Tari Baris Ketekok Jago bisa lestari samapi sekarang.

Pada suatu ketika Tari Baris Ketekok Jago ini pernah tidak dipentaskan,(mesucian) entah apa sebab musababnya sehingga bhatara/bhatari yang bersthana di Pura Dalem Kebon Buni murka dan hal ini dapat dibuktikan untuk mengutus “ancangan bliau” yang berupa ular. “Ular Poleng” mendatangi rumah salah seorang penari Baris Ketekok Jago itu. Berdasarkan fakta seperti itu maka, bagaimanapun situasi dan kondisi yang ada pada para penari , harus menyaipkan diri dan waktu untuk ngaturang sesolahan Tari Baris Ketekok Jago “ di Pura Dalem Kebon Buni dan ini wajib dilakukan oleh para penari Baris Ketekok Jago tersebut.

Di samping sebagai sarana pokok dalam pujawali di Pura Dalem Kebon Buni, Disisi lain Baris Ketekok Jago juga mempunyai fungsi dan tujuan adalah sebagai sarana yang utama yang di dalam pelaksanaan upacara Pitra Yadnya (Ngaben), di mna Baris Ketekok Jago posisinya pada saat prosesi upacara tersebut , pasti menempati posisi di depan Bade (Wadah). Kenapa demikian sesuai dengan informasi yang ditrima dari masyarakat pendukung , Tari Baris Ketekok Jago ini berpungsi untuk  “membuka (ngeruak)” jalan supaya orang yang meninggal , yang diupacarai  itu perjalannya lebih cepat untuk menuju sorga.

 

Pada umumnya Tari Baris Ketekok Jago ini diiringi dengan gambelan gong kebyar yang mempunyai struktur tabuh secara khusus , yang sampai saat ini tari dan tabuh Ketekok Jago ini belum diperjualbelikan (dikomersilkan). Kenapa demikian? Karena Tari Baris Ketekok Jago merupakan salah satu yang tergolong Tari Wali/Sakral.

Adapun struktur tabuh iringan tari Baris Ketekok Jago adalah sebagai berikut :

1.Pengawit : dengan tabuh bebarisan.

2.Pengadeng : dimainkan sebnyak 2 kali.

3.Tabuh penyelah menuju ke pengawak sebanyak 5 kali.

4.Pengawak : biasanya dipakai gending , Dengan gending-gending pengipuk tabuh ini disesuaikan dengan penari sampai selesai adegan tersebut.

5.Tabuh Kale : Tabuh Kale dimana struktur Kendangnya , memakai pukulan  batu-batu sebanyak 2 kali dan dilanjutkan dengan Tabuh Kale sebagai tabuh penutup.

 

 

Karbit

BANJAR TANGGUNTITI

Filed under: Lainnya —— darmayasa @ 3:07 pm

A.visi dan misi Banjar Tangguntiti tonja denpasar

Banjar Tangguntiti adalah organisasi adat yang didasari oleh konsep tri hita karana agar bisa mendapatkan atau menemukan tujuan-tujuan adat antara lain : mensejahterakan warga Banjar Tangguntiti tonja (karma banjar),menjaga keseimbangan sekala dan niskala dan menemukan kesejatraan lahir maupun batin maka dari itu dibuatlah awig-awig (aturan) untuk mengikat semua pemikiran itu agar menjadi suatu tujuan.

B. awig awig Banjar Tangguntiti

Awig-awig adalah sebuah aturan yang harus dipatuhi oleh warga banjar,prajuru (struktur Organisasi banjar) dan anggota-anggota banjar tersebut. Awig-awig ini dihasilkan dengan cara mengadakan peparuman (musyawarah) antara anggota banjar dengan struktur organisasi Banjar Tangguntiti . Banjar Tangguntiti sudah mewujudkan awig-awig (aturan) yang sepatutnya dihargai oleh warga Banjar Tangguntiti maupun struktur Banjar Tangguntiti , karena awig-awig ini sudah didasari dengan musyawarah mufakat antar karma banjar dan struktur organisasinya dengan harapan agar dengan awig-awig ini karma banjar menemukan kesejateraan prahyangan,pawongan,palemahan.

Adapun bagian-bagian dari awig-awig Banjar Tangguntiti tonja :

1.TATUJON ARAN MIWAH PALEMAHAN

A : Dasar Tatujon /utsaha

B : Wastan Miwah Wawengkon

2. SUKERTA TATA PAKRAMAN

A : Prajuru

B : Krama Banjar Adat /Pantus

C : Peparuman

D : Ngayah Kalih Ayahan miwah Paturunan

E : Laluputan ayahan miwah paturunan

F : Wusan mekrama

G : Kulkul

H : Wawangunnan

I : Arta brana

Y : Warga karma banjar

3 . SUKERTA TATA DAHA TARUNA

4 . SUKERTA TATA AGAMA

A : Wawangunan

B : Pamangku

C : Laba pura

D : Unen-unen pura

E : Stra / Sema

F : Mayadnya

5.SUKERTA TATA PAWONGAN

A : sentana

B : tamiu

C : Pamindanda

6.PENAMPIH

A : Pauwahan

B : Pararem / Pasuara / Pamutus

 

DEMIKIANLAH STRUKTUR AWIG-AWIG DARI BANJAR SAYA,

BANJAR TANGGUNTITI DESA TONJA DENPASAR

 

 

 

By.agus darmayasa

 

 

(KARBIT)

 

Inilah saya gus karbit dari tonja denpasar………

Filed under: Lainnya —— darmayasa @ 11:40 am

GUS KARBIT

Nama saya I Wayan Agus Darmaaysa, nama pnggilan KARBIT. saya lahir pada tanggal0 agustus tahun 1992, dilahirkan di denpasar, sebuah desa kecil nan indah yang terletak di Jln nangka utara. Saya anak pertama dari dua bersaudara, anak dari pasangan I Wayan Sudana dengan Ni Muka Armini.Saya memiliki cita-cita ingin menjadi seniman.

Latar belakang pendidikan, bersekolah dasar di SD N 4 tonja Denpasar , SMP di SMP PGRI 2 lanjut di SMK N 5 Denpasar, sekarang saya melanjutkan di Institut Seni Indonesia Denpasar, Fakultas seni Pertunjukan, jurusan seni Karawitan.

Semangat yang tinggi untuk mewujudkan sebuah cita-cita mendorong saya untuk mengenyam  pendidikan di ISI Denpasar, saya yakin saya pasti bisa. Nantinya juga saya ingin mengabdikan diri pada masyarakat untuk melestarikan seni Karawitan Bali.

Powered by WordPress WPMU Theme pack by WPMU-DEV.