Perkembangan Genggong Sebagai Seni Pertunjukan
PERKEMBANGAN GENGGONG SEBAGAI SENI PERTUNJUKAN
Genggong merupakan sebuah instrumen musik yang sudah kita warisi sejak zaman yang lampau. Sebagai instrumen musik tua, Genggong memiliki bentuk yang sangat kecil dan nampaknya sangat sederhana. Meskipun demikian, alat musik yang mudah di bawa ini sebenarnya memiliki akustik dan teknik yang cukup rumit. Tambahan pula bahwa genggong atau alat musik yang mempunyai prinsip yang hampir sama dengan genggong, tidak saja dapat kita jumpai di Bali melainkan hampir di seluruh dunia, misalnya di India dikenal dengan nama Morsing, di Eropa atau Amerika populer dengan sebutan Jew’s harp, dan sebagainya. Genggong merupakan sebuah instrumen musik yang sangat menarik. Alat musik ini terbuat dari pelepah enau(Bhs. Bali Pugpug), berbentuk segi empat panjang , dengaan ukuran panjang kurang lebih 16 cm dan lebar 2 cm. Ditangah- tengahnya sebuah pelayah sepanjang kurang lebih 12 cm; pada ujung kanan di buat lubang kecil tempat benang itu diikatkan pada sebuah potongan bambu kecil sepanjang 17 cm , sedangkan pada ujung kirinya diikatkan kain sebagai tempat pegangan ketika bermain. Pada mulanya genggong nampaknya merupakan sebuah instrumen yang dimainkan secara tunggal. Seorang pemain genggong akan menunjukan kebolehannya lewat inprovisasi gending- gending yang disukainya. Genggong sering dimainkan oleh para petani sambil melepas lelah di sawah, kadang- kadang di mainkan di rumah, bahkan tidak jarang bahwa seseorang memainkan genggong dengan maksud menarik perhatian wanita (kekasihnya), sebagaimana halnya dilakukan dengan instrumen suling. Kebiasaan seperti ini tidak hanya terjadi di Bali saja, melainkan juga terjadi pada beberapa daerah yang lain seperti ; Eropa , Laos (pada suku Hmong ), dan lain – lainnya. Hanya saja dengan adanya parkembangan dunia yang sangat pesat dewasa ini, kebiasaan untuk menarik perhatian wanita dengan menggunakan genggong semakin jarang kita jumpai.
• Perkembangan Genggong Sebagai Seni Pertunjukan
Genggong yang semula merupakan instrumen tunggal dalam perjalanan sejarahnya kemudian berkembang menjadi sebuah barungan (ensembel ). Adapun perubahan seperti ini merupakan suatu bukti bahwa seniman kita tetap menginginkan adanya kemajuan dan selanjutnya akan memberikan dampak tertentu baik kepada instrumentasi, komposisi gending, teknik dan sebagainya. Khususnya pada Genggong, perubahan ini disebabkan adanya motivasi dari dalam maupun dari luar. Faktor dorongan dari dalam terjadi karena adanya keinginan dari anggota sekaa atau masyarakat setempat, sedangkan faktor dorongan dari luar terjadi berkat adanya motivasi dari luar sekaa atau masyarakat itu sendiri.
• Barungan Gamelan Genggong
Berdasarkan informasi dari beberapa seniman Genggong, serta catatan yang telah dibuat oleh beberapa sarjana atau ahli (McPhee, Beryl de Zoete dan Walter Spies dan lain-lain), bahwa sekitar tahun tiga puluhan barungan gambelan Genggong terdiri dari beberapa intrumen seperti ; Beberapa buah Genggong,Suling , Guntang, Ceng-ceng kecil , botol yang dipukul dengan kayu kecil, enggung dan kendang.
Dewaa ini seprangkat gambelan genggong biasanya terdiri dari beberapa instrumen diantaranya;
1. Sebuah atau dua buah suling kecil, yang berfungsi untuk memulai gending, memegang melodi atau gineman.
2. Sebuah kendang krumpungan kecil bertugass sebagai pemurba irama, memberi komando pada aksen-aksen tertentu, dan lain-lain.
3. Beberapa buah gengggong ( 8 buah atau lebih ), untuk membuat hiasan dengan sistem kotekan, karena itu ebagian akan bermain sangsihdan sebagian lagi bermain polos. Adakalanya juga seorang bermain solo pada gending tertentu.
4. Satu pangkon cengceng kecil,sebagai memperkaya ritme, bersama-sama kendang membuat angsel.
5. Sebuah klenang,bermain imbal dengan guntang kecil.
6. Dua buah guntang (besar dan kecil).Guntang besar berfungsi sebagai gong sedangkan guntang yang kecil (klentit) berfungsi untuk memegang mat. Ada juga sekaa Genggong yang menggunakan gong pulu sebagai pengganti guntang besar.
7. Beberapa buah Enggung, berfungsi untuk membuat jalinan ( kotekan ) terutama untuk iringan tari Godogan (kodok).
• Jenis-Jenis Gending
Gending – gending Genggong berasal dari beberapa sumber antara lain dari gending-gending; angklung, dolanan, pegongan, dan lain-lain.karena adanya beberapa sumber tersebut maka gending-gending Genggong biasanya berukuran pendek-pendek.
Dalam sebuah pertunjukan Genggong, gending-gending tersebut dapat dikelompokan menjadi; gending petegak dan pengiring Tari/Dramatari. Gending jenis ini sering juga disebut gending Pareren misalnya: Gegineman Angklung, Sekar Sandat, Jenggot Uban, Elag-Elog, Tabuh Telu, Pengecet Angklung, dan sebagainya.
Sedangkan gending pengiring tari/dramatari adalah jenis gending yang dipergunakan untuk mengiringi tari/dramatari misalnya;
Tari Godogan(ngelembar) diiringi dengan tabuh Enggung (Batur Sari, Batuan) di Ubud ( Genggong Catur Wangsa Budaya ) gending pengiring tari Godogan ini disebut Katak Ngongkek.
Tabuh pengipuk untuk adegan aras-araan.
Legod Bawa untuk adegan sedih.
Gending Kecipir mengiringi Godogan setelah menjadi manusia ( Batur Sari Batuan) dan sebagainya.
• Fungsi
Genggong lebih banyak berfungsi sebagai seni balih-balihan. Bila ia dipentaskan dalam rangkaian suatu upacara, di pura misalnya, genggong hanyalah sebagai hiburan masyarakat saja. Pada masa yang lalu gamelan genggong sering dipergunakan dalam rangkaian upacara perkawinan yaitu pada saat penganten pria menjemput penganten wanita atau pada waktu mepejati. Selain untuk mengiringi pengantin, genggong pernah pula dimainkan dalam rangkaian upacara potong gigi ( mesangih ) dan ngaben, untuk membayar kaul. Belakangan ini nampaknya jarang sekali genggong dipergunakan untuk mengiringi pengantin. Yang paling sering adalah untuk konsumsi para wisatawan.
SUMBER : BEBERAPA CATATAN TENTANG SENI PERTUNJUKAN BALI
PENERBIT : PELAWASARI 1998