header image
 

Resensi Buku Pengantar Karawitan Bali

Nama buku      : Pengantar Karawitan Bali

Penulis             : I Wayan Dibia, S.S.T.

Penerbit           : Proyek Peningkatan/Pengembangan ASTI Denpasar

Tahun             : 1977/1978

 

I. PENDAHULUAN

Pulau Bali telah terkenal ke seluruh pelosok dunia. Hal ini tidak hanya disebabkan pleh faktor keindahan alamnya, tetapi lebih dari itu bali banyak menarik perhatian dunia karena seni budaya. Di dalam seni budaya ini, selain faktor seni tari, seni bangunan, seni ukir, seni lukis dan lain sebagainya, seni karawitan merupakan suatu aspek penting dari kesenian Bali, memiliki ciri corak, rasa dan daya tarik tersendiri.

II. NADA DAN LARAS KARAWITAN BALI

Karawitan Bali yang diberi corak dan diwarnai oleh nilai budaya yang hidup dan berkembang di Balimemiliki usunan nada dan laras yang tersendiri, khas Bali yang jelass berbeda dengan karawitan dari daerah lainnya. Banyak nada pokok yang terdapat dalam karawitan bali adalah 5 (lima) buah yang terdiri dari nada nding,ndong,ndeng,ndung,ndang. Nada yang memiliki gelombang/ ombak yang lambat(agak lambat) dinamakan Pengumbang, sedangkan nada yang gelombang /ombaknya cepat (agak cepat) dinamakan pengisep. Sistim suara ngumbang ngisep ini hanya terdapat pada karawitan Bali dan tidak ada pada karawitan lainnya. Laras adalah suatu tangga nada, susunan nada-nada di dalam suatu gembyangan. Karawitan Bali memiliki dua macam laras yaitu laras slendro dan laras pelog.

a. Laras Slendro

laras slendro adalah susunan nada-nada di dalam satu gembyangan atau oktaf bersruti lima sama rata atau paling tidak dapat dikatakan sama. Di dalam kenyataannya sungguh pun laras slendro ini mempunyai 5(lima) nada pokok, namun beberapa instrumen karawitan Bali lainnya yang hanya mempergunakan 4(empat) buah nada yaitu ndeng, ndung, ndang, nding. Slendro yang memakai empat buah nada dinamakan slendro cumbangkirang sedangkan yang memakai lima nada dinamakan slendro panca nada.

b. Laras Pelog

laras pelog adalah susunan nada-nada dalam 1(satu) gembyangan, angkep atau oktaf yang bersruti 5(lima) tidak sama, terdiri dari panjang dan pendek. Dalam pemakaiannya, selain yang memang memakai 5(lima) nada pokok yang dinamakan Pelog Panca Nada atau Pelog Lima, pada variasinya yang lain karawitan bali ada juga menampilkan laras pelog 7(tujuh) nada  yang dinamakan Pelog Saih Pitu.

III. SENI SUARA VOKAL (TEMBANG)

Tembang merupakan seni suaara yang diwujudkan melalui suara manusia, suatu perwujudan rasa keindahan yang ada dalam diri manusia melalui suara vokal. Pada hakekatnya ia merupakan jalinan antara melodi, cengkok, wilet dan gregel dalam bentuk seni suara vokal yang berlaras slendro maupun berlaras pelog. Jenis-jenis tembang Bali di bagi menjadi 4(empat) yaitu :

1. Sekar Rare

Jenis tembang ini pada umumnya memakai bahassa Bali lumrah, bersifat dinamis dan gembira, gdalam melakukan disertai permainan, tidak terikat oleh hukum/ ugel-ugel seperti guru lagu dan hukum padalingsa, kadang kala jenis tembang ini juga disebut lagu dolanan.

2. Sekar Alit

Kelompok sekar alit yang biasa disebut tembang macepa, geguritan atau pupuh ini, sangat diikat oleh adanya hukum padalingasa yang terdiri dari guru wilang dan guru dingdong.

3. Sekar Madya

Kelompok tembang yang tergolong sekar madya pada umumnya mempergunakan bahasa jawa Tengahan yaitu seperti bahasa yang ada dipergunakan di dalam lontar/ cerita Panji atau malat. Suatau hal juga nampak pada tembang golongan sekar madya ini adalah tidak terikat oleh guru lagu maupun padalingsa. Yang terdapat di dalamnya adalah pembagian-pembagian seperti: pengawit(pembuka), pemawak(bagian yang pendek), penawa(bagian yang panjang), dan pangawak(bagian utama dari tembang).

4. Sekar Ageng

Jenis tembang Bali yang termasuk sekar ageng adalah kekawin. Kekawin adalah puisi Bali klasik yang berdasarkan puisi dan bahasa awa kuna. Kekawin inni sangat diikat oleh hukum guru lagu.

IV SENI SUARA INSTRUMENTAL (GAMELAN)

Sampai saat ini di Bali ada berjenis-jenis gamelan yang dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu ;

1. Gamelan Golongan Tua

Dalam gamelan golongan tua tidak banyak dipergunakan kendang, bahkann ada sama sekali tidak mempergunakan kendang,yang termasuk kedalam gamelan golongan tua yaitu :

A. Slonding

Gamelan sakral yang terbuat dari besi yang hanya terdapat di daerah Karangasem yaitu di Desa Tenganan Pegringsingandan di Desa Bongaya. Kata slonding diduga berasal dari kata salon dan ning yang berarti tempat suci. Dilihat dari fungsinya bahwa slonding adalah sebuah gamelan yang dikramatkan atau disucikan.

B. Gender Wayang

Gender wayang merupakan musik yang di pakai untuk mengiringi pertunjukan wayang kulit Bali. Teknik permainan dari pada musik /gamelan ini adalah sangat elaborate, intricate, pholyponic, melodiedan bermacam-macam ketekan atau interlocking figuration yang dipergunakan. Masing-masing instrumen berlaras slendro dan memakai 10 keys.

C. Gong Bheri

Gong bheri terbuat dari kerawang dan di duga peninggalan kebudayaan Dongson. Gong bheri tidak memiliki pencon mempunyai persamaan dengan bentuk gong yang terdapat di negeri China yang disebut sha 10. Kata bheri sering di sebut-sebut di dalam kekawin Bharatayuda yang berarti sebuah alat perang. Gamelan gong beri sering difungsikan untuk mengiringi baris Cina yang ada di desa Renon.

D. Gamelan Gambang

Gambang merupakan gamelan sakral yang digunakan untuk upacara pengabenan maupun upacara odalan atau Dewa Yadnya. gambang terdiri dari empat buah instrumen gambang yang terbuat dari bambu yang berlaras pelog dan dua buah instrumen saron yang terbuat gdari kerawang  berbilah tujuh yang terdiri dari saron demung dan saron penerus.

E. Gamelan Caruk

Gamelan ini adalah sejenis gamelan gambang, terdiri dari dua buah caruk atau gambang yang ukurannya lebih kecil dan sebuah saron.

F. Gamelan Luwang

Gamelan luwang merupakan gamelan sakral yang digunakan untuk mengiringi upacara kematian. Bentuk gamelan ini serupa dengan gamelan gong kebyar, hanya terdiri dari delapan atau sembilan instrumen, gamelan luwang mempunyai laras pelog tujuh nada, lima nada pelog dan dua nadda pemero.

G. Gamelan Angklung

Gameln angklung Bali terdiri dari instrumen-instrumen seperti gender,reyong, kendang, kajar, suling, jegogan, angklung, calung, dan beberapa gong kecil lainnya mempunyai laras slendro. Gamelan angklung mempunyai empat bilah dan empat nada yang di Bali di kenal dengan slendro empat nada.

 

2. GAMELAN GOLONGAN MADYA

Ciri-ciri gamelan golongan madya ialah masuknya instrumen kendang ke dalamnya, yang     termasuk kedalam gamelan golongan madya yaitu :

A. Gamelan Gambuh

Gamelan gambuh  merupakan gamelan yang berfungsi mengiringi dramatari Gambuh. Laras yang dipakai dalam gamelan gambuh disebut laras pelog. Dalam gamelan gambuh laras pelog itu bisa diturunkan ke dalam lima patetan/tetekep atau modes seperti selisir, Baro, Tembung, Sunaren, dan Lebeng

B. Gamelan Semar Pagulingan

Merupakan sebuah gamelan yang dekat hubungannya dengan gamelan gambuh, dimana ia juga merupakan perpaduan antara gamelan Gambuh dan Legong. Gamelan ini memakai laras pelog tujuh nada.

C.Gamelan Legong

Gamelan legong dikembangkan dari gamelan gambuh dan semar pagulingan. Barungan ini di pergunakan untuk mengiringi tari Legong Keraton.

D. Gong Gede

Gong Gede juga disebut Gangsa jongkok karena memakai gangsa jongkok, barungan ini kurang lebih memakai 40 instrumen yang pada umumnya terdiri dari instrumen percussive. Gong gede terbuat dari kerawang, dimana gamelan ini sering digunakan untuk mengiringi upacara Dewa Yadnya dan mengiringi tari-tari upacara.

E. Gamelan oged Pingitan

Gamelan ini pada umumnya terdiri dari alat percussive, berupa rindik(xyllophone bambu) dipergunakan untuk mengiringi tari joged pingitan. Gamelan ini menggunakan laras pelog lima nada.

 

3. GAMELAN GOLONGAN BARU

Ciri – ciri gamelan golongan baru adalah terletak pada penggunaan instrumen  kendang dimana pukulan kendang lebih elaborate dan sering dalam komposisi, terdapat demontrasi kendang tunggal.

A. Gong Kebyar

Gamelan gong kebyar tak lain dari pada gong gede yang dihilangkan instrumennya seperti instrumen trompong, gangsa jongkok yang di ubah menjadi gangsa gantung yang terdiri dari 10 sampai 12 bilah, kendang yang biasanya dimainkan memakai panggul diubah menjadi memakai tangan. Barungan ini menggunakan laras pelog lima nada.

B. Gamelan Arja

Gamelan arja disebut juga gamelan geguntangan. Adapun laras yang dipakai didalam gamelan geguntangan ialah laras slendro dan pelog sesuai tembang yang dipergunakan.

C. Gamelan Joged Bumbung

Merupakan sebuah barungan gamelan yang dipergunakan mengiringi tarian joged bumbung. Gamelan ini disebut juga gamelan Gerantang karena pokok-pokokn instrumennya adalah gerantang yaitu gender yang terbuat dari bambu berbentuk

bumbung dan memakai laras slendro lima nada dimana larasnya serupa dengan laras gamelan gender wayang.

E. Gamelan Janger

Gamelan ini berfungsi mengiringi tari janger dimana instrumen – instrumennya seperti gender, kendang krumpungan, tawa-tawa, kajar, rebana, suling, kelenang, ceng-ceng, gamelan ini menggunakan laras slendro.

Kekawin Mahabarata ” Wirataparwa “

Wirataparwa adalah bagian keempat dari epos Mahabarata. Menceritakan kisah ketika para Pandawa harus bersembunyi selama setahun lagi dengan menyamar tanpa ketahuan, setelah mereka dibuang selama dua belas tahun di hutan gara-gara kalah berjudi dengan Korawa. Kisah pembuangan di hutan ini diceritakan dalam bagian Wanaparwa.

Maka para Pandawa bersembunyi di kerajaan Wirata. Jika mereka ketahuan, maka harus dibuang selama 12 tahun lagi. Di Wirata Yudistira menyamar sebagai seorang brahmana bernama Kangka. Bima menyamar sebagai seorang juru masak dan pegulat bernama Balawa. Lalu Arjuna menyamar sebagai seorang wandu yang mengajar tari dan nyanyi bernama Wrahanala. Nakula menjadi seorang penggembala kuda bernama Grantika dan Sadewa menjadi penggembala sapi bernama Tantipala. Dropadi menjadi seorang perias bernama Sarindri, melayani ratu Sudesna.

Alkisah patih Wirata, Kicaka jatuh cinta kepada Sarindri dan ingin menikahinya. Tetapi ia ditolak dan memaksa. Lalu Balawa membunuhnya. Hal ini hampir saja membuat samaran mereka ketahuan.

Kematian Kicaka didengar oleh raja Susarma dari Trigarta yang kemudian datang membujuk para Korawa menyerbu Wirata yang dalam keadaan sangat lemah. Lalu negeri Wirata diserang para Korawa dari Astina. Para Pandawa ikut berperang membela Wirata. Serangan Korawa gagal, mereka kalah oleh orang-orang yang tidak dikenal dan membuat mereka curiga. Setelah perang usai, kedok Pandawa terbuka. Tetapi mereka sudah bersembunyi genap selama setahun, jadi tidak apa-apa. Wirataparwa diakhiri dengan kisah perkawinan Abimanyu, anak Arjuna, dengan Utari, puteri raja Wirata.

Dalam kitab Wirataparwa disebutkan bahwa

“… prasamanggwal bheri mrdangga, ajimur arok silih-wor ikang prang …”

artinya

“…sama-sama memikul bheri mrdangga, bercampur saling berbaur mereka yang   berperang…”

Mungkin yang di maksud bunyi gong bheri berfungsi sebagai pertanda mulainya peperangan. Suasana dalam kekawin ini merupakan suasana perang kedua belah pihak ada yang memakai gong bheri dan memakai merdangga yang berfungi sebagai mamulai peperangan. Jadi dapat saya simpulkan bahwa fungsi gong bheri yang bentuk secara fisiknya bulat namun tidak bermoncol seperti gong yang biasanya yang termasuk golongan chordophone yang berfungsi sebagai penyemangat atau membuat suasana gemuruh pada saat perang sedangkan merdangga merupakan golongan membranophone yang fungsinya sama seperti gong bheri.

Sumber:

http://www.history-ofculture.com/2011/11/cultural-artifacts-in-gamelan-musical.html

Resensi Buku Gamelan Pegambuhan “Tambang Emas” Karawitan Bali

Nama buku      : Gamelan Pegambuhan “ Tambang Emas “ Karawitan Bali

Penulis             : I Gede Arya Sugiartha,S.Skar,M.Hum

Penerbit           : Institut Seni Indonesia Denpasar

BAB I Pendahuluan

  • Latar Belakang

Kebudayaan bali adalah sebuah sistem pengetahuan atau gagasan yang digunakan sebagai pengatur tingkah laku. Diantara unsur-unsur kebudayaan Bali, Kesenian menduduki peringkat yang paling menonjol karena, dalam sistem kesenian terkait seluruh unsur yang lain seperti sistem relegi, sistem pengetahuan, bahasa, sistem kemasyarakatan, sistem mata pencaharian, dan teknologi.

  • Tinjauan Sumber dan Landasan Teori

Sebagian besar data yang dipergunakan dalam buku ini deperoleh melalui pembacaan sumber-sumber tertulis , baik berupa sumber-sumber lokal tradisional seperti  babad , purana, usana, dan kidung, maupun buku-buku tercetak yang disusun oleh para peneliti dahulu. Untuk  melengkapi  data-data yang diperlukan terutama yang berhubungan

dengan keberadaan gamelan Pegambuhan dewasa ini, juga dilakukan dengan penelitian lapangan.

  • Hipotesis dan Pendekatan

Berdasarkan tinjauan pustaka dan landasan teori , ada beberapa hipotesis yang memandu peulis dalam mengamati permasalahan ini  yaitu berdasarkan faktor eksternal dan faktor innternal.

BAB II  TINJAUAN HISTORIS

            Kata “Gambuh” di Bali pada umumnya di hubungkan dengan beberapa genre kesenian terutama seni pertunjukan yang bernama dramatari Gambuh. Di Bali selain dikenal dengan  istilah gamelan pegambuhan  juga dikenal lakon pegambuhan, penari pegambuhan, kendang pegambuhan ,  suling pegambuhan,  dan gending pegambuhan.

  • Jalur Perkembangan Kebudayaan Bali

Pada masa pemerintahan raja-raja Bali Kuno abad ke 10 hingga abad ke 14 masehi, hubungan Jawa dan Bali depererat lagi dengan perkawinan raja Bali dengan seorang putri Kahuripan Jawa Timur. Ketika runtuhnya kerajaan Majapahit sekitar tahun 1478, banyak bangsawan dan rakyat majapahit yang tidak mau memeluk agama Islam lari ke Bali dengan membawa serta kebudayaan mereka. Para pelatrian ini selain bangsawan banyak pula para ahli seperti tukang dan seniman. Masuknya unsur-unsur kebudayaan Jawa dan sistem liturgi Hindu Jawa membawa dampak yang besar terhadap kebudayaan Bali termasuk dalam bidang seni musik.

  • Jalur Perkembangan Gamelan Pegambuhan

Berdasarkan data-data historis, musikalitas dan fungsi,  terbentuknya orkestra Pegambuhan sangat erat kaitannya dengan terbentuk dan berkembangnya dramatari Gambuh di Bali.

BAB III TINJAUAN MUSIKOLOGIS

  • Fisik/ Ansambelisasi

Gamelan Pegambuhan adalah orkestra tradisional Bali yang memiliki perangai lembut .  kontruksi harmonis yanga melahirkan kesatuan perangkat (barungan) disominasi oleh alat-alat pukul , instrumen yang paling esensial bahkan dianggap sebagai ciri seperti suling. Suling yang dipakai merupakan jenis suling yang terbesar dan terpanjang yang memiliki panjang sekitar 100 cm. Selain suling juga terdapat, kempur, kajar, klenang, kenyir, gumanak, ricik, kangsi, gentorang serta kendang kekrumpungan (kendang pegambuhan ). Selain alat-alat instrumental pegambuhan juga didukung dengan vokal yang di sebut juru tandak.

  • Sistem Pelarasan

Gamelan pegambuhan pada umumnya disebut dengan gamelan yang berlaras pelog saih pitu dengan nada, ndong, ndeng, ndung, ndang, ndaing, dan ndeung.

  • Gending / Komposisi

Berdasarkan struktur bentuk, gending pegambuhan terdiri dari tiga pokok bagian yaitu Kawitan,Pengawak dan Pengecet. Struktu  ini biasanya disebut dengan Jajar Pageh.

BAB IV KESAMAAN GAMELAN PEGAMBUHAN DENGAN GAMELAN LAINNYA

  • Gemelan Semar Pagulingan

Kesamaan ini dilihat dari repertoar lagu-lagunya serta sama-sama menganut sistem pelarasan pelog tujuh nada

  • Gamelan Pelegongan

Persamaan yang terdapat dilihat dari instrumen yang ada dalam pegambuhan, dilihat dari musikalitasnya, serta dilihat dalam struktur lagunya.

  • Gamelan Bebarongan

Gamelan bebarongan sering dipakai mengiringi dramatari calonarang yang dimana lagu-lagu yang dipakai untuk mengiringi banyak diadopsi dari lagu-lagu pegambuhan.

  • Gamelan Joged Pingitan

Persamaan yang terdapat dilihat dari instrumen yang dipakai namun hanya ada satu instrumen yang sama yaitu cengceng. Namun bukan berarti gamelan ini lepas dari pengaruh Pegambuhan, unsur-unsur musikalitas dan fungsi ternyata juga banyak memiliki kesamaan dengan pegambuhan.

  • Gamelan Gonng Gede

Kesamaan terdapat pada struktur lagu yang menggunakan jajar pageh

  • Gomelan Kebyar

Kesamaan terdapat pada instrumen yang sama-sama memakai  instrumen rebab, kajar kendang, klenong dan kempul. Serta dilihat dari lagu-lagu pegambuhan yang sering dipakai insvirasi dalam mengiringi sendratari.

BAB V

  • Pengaruh Pegambuhan Terhadap Semar Pegulingan

Dalam pegambuhan yang memegang melodi adalah suling namun dalam semar pegulingan adalah terompong, dan juga menjadi sumber acuan dalam sisstem pelarasan

  • Pengaruh Pegambuhan Terhadap Pelegongan

Terlihat adanya penciptaan lagu-lagu terutama dalam hal melodi, kendatipun unsur-unsur pegambuhan masih kelihatan mendominasi.

  • Pengaruh Pegambuhan Terhadap Bebarongan

Lagu-lagu pegambuhan berpangaruh dengan lagu- lagu yang dipakai dalam mengiringi drama tari calonarang.

  • Pengaruh Pegambuhan Terhadap Gamelan Joged Pingitan

Pengaruh gamelan pegambuhan masih tetap ada, tetapi dibandingkan dengann tiga gamelan sebelumnya gamelan joged pingitan sudah lebih banyak perbedaannya.

  • Pengaruh Pegambuhan Terhadap Gong Gede

Gong Gede dengan pegambuhan memiliki perbedaan dalam porsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan empat gamelan sebelumnya.

  • Pengaruh Pegambuhan Terhadap Kebyar

Lagu-lagu goong kebyang yang selin mengadopsi lagu-lagu pegambuhan secara langsung, juga telah banyak diolah disesuai-kan dengan karakter kebyar itu sendiri.

BAB VI SEBAGAI “TAMBANG EMAS” KARAWITAN BALI

Telah menjadi keyakinan umum bahwa dalam perubahan dan hubungan antar kebudayaan, kebudayaan yang lemah akan selalu dikuasai dan yanng kuat akan selalu menguasai.fenomena seperti ini terjadi pada seluruh unsur kebudayaan mulai dari yang bersekala besar dan luas, sampai pada unsur-unsur yang kecil dalam komunitas lokal seperti fenomena budaya gamelan pegambuhan. Bermula dari lahirnya gamelan pegambuhan yang kemudian selalu dijadikan model dalam penciptaan gamelan-gamelan berikutnya menunjukkan bahwa  akan adanya sebuah konsep perkembangan yang teratur dalam gamelan Bali. Hal inilah membuat puluhan barungan gamelan masih eksis sementara penciptaan yang baru masih gencar dilakukan hingga jaman modern ini.

  • Benang Merah Majapahit

Pada kajian historis telah disebutkan bahwa terbentuknya gamelan pegambuhan di Bali sangat erat kaitannya dengan sejarah kebudayaan Bali. Bahkan gamelan Pegambuhan juga merupakan salah satu muatan akulturasi kebudayaan Bali dan Jawa. Tidak mengherankan jika musikalitas gamelan pegambuhan banyak berbeda dengan musikalitas gamelan-gamelan golongan tua, baik dari segi struktur lagu, kompleksitas instrumentasi, dan alur lagu. Kebanyakan unsur-unsur gamelan pegambuhan lebih mirip dengan karawitan instrumental jawa. Peristiwa yang paling berdampak terhadap terbentuknya gamelan pegambuhan adalah penaklukan Bali oleh Majapahit pada tahun 1343 Masehi dan runtuhnya kerajaan  Majapahit pada tahun 1478 Masehi. Dimana dalam masa pemerintahan dalem waturenggong yang merasa jengah atas runtuhnya  kerajaan majapahit dimana beliau ingin berusaha menghidupkan kembali unur-unsur budaya Majapahit yang telah runtuh. Sebagai sebuah bentuk seni gaya baru, nilai estetis gamelan Pegambuhan dapat digunakan untuk menambah semarak dan wibawa istana terutama dalam menjamu para tamu kerajaan. Sedangkan sebagai jembatan penghubung dengan kerajaan masa lampau, gambalan Pegambuhan adalah seni kebanggaan masyarakat, karena ia merupakan model seni Majapahit yang mampu dilestarikan oleh masyarakat Bali hingga kini.

  • Keadaan Mantap

Perkembangan gamelan Bali dibalik pengaruh gamelan pegambuhan adalah tipe perubahan yang dapat disebut sebagai suatau” Keadaan Mantap”. Ini adalah konsep seniman karawitan Bali dalam berkarya yang kendatipun secara sepintas kelihatan lamban, namun dibalik itu masih ada keuntungan yang didapat yaitu pelestarian yang berjalan serempak dengan pengembangan.

  • Nilai Estetis gamelan Pegambuhan

Nilai -nilai estetis gamelan  pegambuhan yang bemaksud untuk membuktikan bahwa selain disebabkan oleh faktor eksternal yaitu sejarah dan sikap masyarakat Bali, teradopsinya gamelan pegambuhan juga disebabkan oleh faktor internal.menurut penulis berasumsi kalau gamelan pegambuhan tidak tinggi nilai estetinya mustahil mampu menjadikan dirinyasebagai “Tambang Emas” yang selalu dijadikan pedoman dalam perkembangan gamelan Bali.

Berdasarkan metodologi ini ada dua aspek keindahan yaitu ilmiawi yang obyektif dan filsafati yang subyektif akan menjadi tolak ukur dalam membicarakan kaindahan gamelan Pegambuhan.

  • Aspek Ilmiawi

Sebagai sebuah hasil karya gamelan pegambuhan terbentuk malalui npengorganisasian secara teratur dari berbagai unsurnya. Wujud visual perangkatnya sendiri merupakan perpaduan dari beberapa jenis alat musik yang masing-masing berbehda bentuk, bahan bahkan fungsi.secara auditif, musik yang dihasilkan juga terbentuk dari beberapa perpaduan jenis suara, kualitas suara, warna suara yang menjadi sebuah kesatuan yaitu suarea musik Pegambuhan.

  •  Aspek Falsafi

Gamelan pegambuhan sebagai salah satu bentuk karawitan Bali ternyata menyimpan nilai-nilai estetis yang cukup tinggi, sehingga dapat didudukan sebagai hasil kreativitas seni yang yang “berdimensi universal”. Padanya terkandung nilai-nilai estetis yang tidak hanya teramati melalui pendekatan falsafi, dengan konsep-konsep subjektif masyarakat pendukungnya, akan tetapi juga mengandung nilai-nilai estetis secara ilmiawi yang sifatnya objektif. Apabila masyarakat Bali tradisional menyebutkan mutu estetik gamelan pegambuhan berdasarkan konsep-konsep yang mungkin hanya berlaku bagi orang Bali, peneliti-peneliti asing tenti mengamati dari sisi science melalui standar-standar estetik yang telah ada.

Menurut saya hal yang paling menarik dalam buku ini adalah  tentang pengaruh Gamelan Pegambuhan, dimana telah dinyatakan bahwa gamelan Pegambuhan merupan gamelan yang dijadikan pedoman atau inspirasi dalam pembuatan gamelan-gamelan baru serta lagu-lagu gambelan Pegambuhan banyak dipakai dalam gamelan-gamelan lainnya seperti mengiringi dramatari calonarang, dan lain-lain

Video Choir ISI Denpasar

Paduan suara atau kor (dari bahasa Belanda, koor) merupakan istilah yang merujuk kepada ensembel musik yang terdiri atas penyanyi-penyanyi maupun musik yang dibawakan oleh ensembel tersebut. Umumnya suatu kelompok paduan suara membawakan musik paduan suara yang terdiri atas beberapa bagian suara (bahasa Inggris: part, bahasa Jerman: Stimme). Paduan suara biasanya dipimpin oleh seorang dirigen atau choirmaster yang umumnya sekaligus adalah pelatih paduan suara tersebut. Umumnya paduan suara terdiri atas empat bagian suara (misalnya sopran, alto, tenor, dan bas), walaupun dapat dikatakan bahwa tidak ada batasan jumlah suara yang terdapat dalam paduan suara. Selain empat suara, jumlah jenis suara yang paling lazim dalam paduan suara adalah tiga, lima, enam, dan delapan. Bila menyanyi dengan satu suara, paduan suara tersebut diistilahkan menyanyi secara unisono. Paduan suara dapat bernyanyi dengan atau tanpa iringan alat musik. Bernyanyi tanpa iringan alat musik biasanya disebut sebagai bernyanyi a cappella. Bila bernyanyi dengan iringan, alat musik pengiring paduan suara dapat terdiri atas alat musik apa saja, satu, beberapa, atau bahkan suatu orkestra penuh.Untuk latihan paduan suara, alat pengiring yang digunakan biasanya adalah piano, termasuk bahkan jika pada penampilannya digunakan alat musik lain atau ditampilkan secara a cappella. Dalam paduan suara ISI Denpasar anggota-anggotanya terdiri dari beberapa mahasiswa yang telah lulus di seleksi. Dalam hal ini paduan suara ISI Denpasar mendapat kesempatan untuk menunjukkan kebolehannya diajang Pesta Kesenian Bali yang ke XXXIII yang bertempat di Gedung Kesirarnawa yang di dampingi dengan orkes kroncong Pesona Dewata Denpasar. Dalam pementasan ini koor ISI Denpasar membawakan 5 buah lagu diantaranya; Pesta Kesenian Bali, Pulau Bali, Enggung, Janger dan Bungan Sandat.

Ada beberapa hal yang perlu saya komentari dari video Choir ISI Denpasar yaitu dari aspek teknik pengambilan gambar, lighting (tata lampu), dan sound sytem.

Pertama, dalam hal teknik pengambilan gambar, memang sudah cukup baik sehingga semua yang terlibat dalam Choir tersebut kelihatan dengan jelas.

Berikutnya, dalam hal lighting atau tata lampu sudah sangat baik. Namun pencahayaan pada bagian pojok kiri dan kanan masih kurang sehingga tampak redup. Seharusnya pencahayaan di pojok kiri dan kanan di buat merata agar pementasan Choir tersebut dapat dilihat dengan jelas oleh penonton.

Terakhir, dalam hal sound system juga sudah sangat baik. Antara suara bass,tenor, sopran, dan  alto sudah terdengar cukup jelas (balance).  

Video Ujian Tugas Akhir ISI Denpasar 2010

” Melodi Simbal “

    Simbal adalah suatu alat musik yang fungsinya untuk memberikan  aksen-aksen atau tekanan perubahan dalam musik serta menandai bagian – bagian  yang berbeda dari sebuah lagu. Simbal merupakan instrumen yang dikatagorikan sebagai alat musik yang ritmis dan keras. Terinspirasi dari instrumen reong, penata mencoba untuk membuat suatu garapan musik kontemporer dengan cara mentransfer pola – pola pukulan atau cara memainkan instrumen reong ke dalam instrumen ceng – ceng atau simbal yang diberi judul  “ Melodi Simbal “

Adapun aspek – aspek yang mendukung pementasan garapan Melodi Simbal ini yaitu apek Lighting dan aspek Sound System.

1. Lighting

Melihat dari lighting dalam dalam pementasan garapan ini  Pencahayaan samping kiri,  kanan dan bagian belakang sangat redup. Sehingga kuramg begitu jelas di lihat dan efek- efek cahayanya kurang.

2. Sound Sytem                                                

Melihat dari sound system dalam pementasan garapan ini suara gong kurang terdengar jelas, suara ceng- ceng pada saat menggunakan teknik pemukulan di lantai kurang begitu jelas terdengar Dan suara kendang kekrumpungan kurang begitu jelas terdengar