Seni dan Budaya
Mengenal Tari Margapati
by Riangga Budi Pramana on Mar.06, 2018, under Seni dan Budaya
MENGENAL SEJARAH TARI MARGAPATI
Tari Margapati merupakan salah satu tari lepas yang kategorinya merupakan tari kekebyaran. Tari Margapati diciptakan oleh Alm Nyoman Kaler pada tahun 1942. Kata margapati berasal dari kata (mrga = binatang, pati = raja) adalah sebuah tarian yang melukiskan gerak-gerak seekor raja hutan (singa) yang sedang berkelana di tengah hutan untuk memburu mangsanya. Tari ini termasuk tari putra keras. Di Bali, kata marga adalah sebutan dari kata “jalan” atau “margi” seperti “Marga Tiga” yaitu jalan simpang tiga dan “pati” merupakan kematian atau meninggal dunia sehingga tari ini mungkin berarti jalan menuju kematian atau tarian yang menggambarkan kesalahan jalan seorang wanita, karena tari ini biasanya ditarikan oleh seorang penari wanita dengan gerakan – gerakan yang menyerupai seorang laki – laki. Tari Margapati disusun dengan koreografi perpaduan dari gaya Bali Utara dan Bali Selatan.
SUSUNAN GERAK TARI MARGAPATI
Pada dasarnya, tari Bali itu memiliki dasar-dasar yang disebut Agem, Tandang dan Tangkep. Agem adalah sikap pokok yang mengandung suatu maksud tertentu, yaitu suatu gerak pokok yang tidak berubah-ubah dari satu sikap pokok ke sikap pokok lainnya. Misalnya Mungkah lawang, Ngerajasinga, Butangawasari dan lainnya. Tandang adalah cara memindahkan suatu gerakan pokok ke gerakan pokok lainnya, sehingga menjadi satu rangkaian gerak yang saling bersambungan. Terdiri dari abah yaitu perpindahan gerakan kaki menurut komposisi tari dan tangkis yaitu perkembangan tangan seperti Luk nagasatru, Nerudut dan Ngelimat. Tangkep adalah mimik yang memancarkan penjiwaan tari atau suatu ekspresi yang ditimbulkan melalui cahaya muka. Ada Encahcerengu yaitu perubahan dari suatu mimik ke mimik lainnya dan Maniscerengu yaitu senyum sambil mendelikkan mata. Tanpa Tangkep, sebuah tari memiliki kesan tidak hidup.
Begitupun dengan Tari Margapati, berikut merupakan pedum karangnya :
- Mungkah lawang, kedua tangan ditarik ke samping perlahan-lahan sampai serong mata dan serong susu
- Ngeluk nagasatru, kedua tangan berputar ke jurusan dalam dan tangan kanan menepuk kampuh di dada
- Leher ngilek ke samping dan nyeledet ke samping kanan dua kali. Gerakan ini diulang tiga kali angsel gong baru berubah
- Tetanganan ngeluk nagasatru dan tangan kanan nyelek sipah
- Ngurat daun, pandangan mata menoleh ke pojok kiri tengah dan pojok kanan. Gandangarep, berjalan ke muka disertai dengan pandangan ngurat daun dan Gandanguri, berjalan ke belakang tangan nyelek sipah. Ngeluk nagasatru dan tangan kanan nepuh kampuh di dada.
- Gandangarep dengan kedua tangan berlenggang sambil ngurat daun menoleh serong kiri tengah dan serong kanan terus gandanguri
- Tamnpaksiring nyilat tangan luk ngelimat serta melangkah ditempat tiga kali dan disertai nerajang kiri kanan
- Gerakan kaki ngayung metanjek bawak berulang-ulang tiga kali
- Agem kiri ngengget ke kanan dan ke kiri dan miring ke kanan
- Metanjek bawak tiga kali dengan agem kanan
- Jelatik nuwut pahpah miring ke kiri dan miring ke kanan
- Ngengget ke kiri dan ke kanan sambil melangkah ke depan dua kali
- Ngelung kiri kanan dengan kaki nyeregseg bergetar cepat
- Tetanganan ngumad ke kiri dan metanjek bawak dua kali pada kaki kanan
- Ngumbang ombak segera berjalan putar ke belakang dan ke muka seperti ombak laut
- Ngagem kanan sambil segut ngocak dua kali dan dioper ke agem kiri. Jadi gerakan ini berturut-turut tiga kali angsel gong
- Ngumbang lagi sekali berjalan maju dan mundur serta metanjek nandang
- Metanjek panjang dan nyakupbawa yang menandakan tarian sudah selesai
Mengenai komposisi tabuhnya secara garis besarnya dimulai dari pengalihan, pemeson, pengentrag, pengipuk dan pekaad.
TATA BUSANA
1. Desain Atas
– Menggunakan udeng pepandekan
– Memakai badong.
2. Desain Badan
Pakaian Dalam dari Tari Margapati
– Tapih
– Sabuk stagen (panjangnya kurang lebih 8 m)
Pakaian Luar dari Tari Margapati
– Kamen Prade
– Sabuk Prade
– Gelangkana
– Ampok-ampok
IRINGAN MUSIK
Tari Margapati pada dasarnya menggunakan iringan gamelan gong kebyar. Namun, seiring berjalannya waktu, sudah ada inovasi untuk mengiring tari ini. Bisa dengan gamelan semar pegulingan, semara dana, maupun angklung klentangan tergantung situasinya. Contohnya bila Tari Margapati ini dipentaskan untuk mebarung angklung kebyar, maka ditampilkan dengan iringan angklung klentangan.
SUMBER PUSTAKA :
Djayus, Nyoman. 1980. “Teori Tari Bali”. CV Sumber Mas Bali