DESAIN MENUJU SEBUAH PERKEMBANGAN

Lainnya No Comments »

Desain Menuju sebuah Perkembangan

Tinjauan Filsafat Ilmu

nymn Artayasa. AA Gde Bgs Udayana. Jurusan Desain FSRD ISI Denpasar

[email protected]

Abstrak

Desain berasal dari bahasa inggris yang artinya perancangan, rancang, desain, bangun. Sedangkan merancang artinya mengatur segala sesuatu sebelum bertindak, mengerjakan atau melakukan sesuatu dan perancangan artinya proses, cara, berbuatan, perbuatan merancang. Desain suatu karya yang pada dasarnya lahir dari berbagai pertimbangan pikir, gagasan, rasa, dan jiwa penciptanya (internal), yang didukung oleh faktor eksternal, hasil penemuan dari berbagai bidang ilmu, teknologi, ergonomi, lingkungan, sosial, budaya, estetika, ekonomi, dan politik, serta segala perkembangannya di masa depan. Sejarah perkembangan desain yang secara tegas,  ini bisa dikatakan bermula dari revolusi industri di Eropa. Desain modern tetap tidak terlepas di sekitar lahirnya revolusi industri, disaat manusia mempunyai kekuatan untuk mencipta mesin. Dengan mesin, produk-produk yang tadinya dikerjakan oleh tangan menjadi jauh lebih presisi dan massal. Gerakan Bauhaus dianggap sebagai titik penting perkembangan desain modern selanjutnya, karena dianggap berhasil memadukan antara seni rupa dengan industri secara harmonis. Dari gerakan Bauhaus inilah mulai dikenal profesi ‘industrial design’ yang dianggap cukup berperan dalam era pertumbuhan industri dunia kemudian hari. Di Indonesia pengembangan desain diawali dengan membentuk ‘Design Center’ oleh Fakultas perencanaan dan sipil Institut  Teknologi Bandung tahun 1968 dan pada waktu itu diperkenalkan dalam expo 70 di Osaka Jepang. Pada kekinian yang ditelisik dari dunia  internet, maka akan dapat ditemui 107 institusi pengelola desain baik pada Universitas, Institut, Sekolah dan Akademi. Dilihat dari ontologinya bahwa istilah desain berasal dari Bahasa Prancis, dessiner yang berarti menggambar kadang juga diartikan dalam pengertian perancangan. Secara epistemologi, desain mempunyai metode yang rasional, sistematis dan terencana. Dari sisi aksiologi, hasil penelitian desain bermanfaat baik secara akademis untuk kemajuan pengembangan teori dan metode desain maupun secara praktis untuk membantu mengindentifikasi masalah-masalah yang ada di masyarakat dan mencoba menaggulangi dengan memberikan rekomendasi, serta menciptakan inovasi yang dapat memberikan kenyamanan maupun ketenangan bagi masyarakat. Pada akhirnya Desain patut dikembangkan menjadi sebuah institusi yang lebih besar seperti misalnya sebuah Fakultas, yang didasarkan atas kebutuhan masyarakat, memiliki obyek yang jelas, serta patuh terhadap norma serta etika yang ada

Kata kunci: Desain, ontologis, aksiologis dan epistemologis

COGNITIVE ERGONOMI

Lainnya No Comments »

COGNITIVE ERGONOMI DALAM KESEHARIAN

[email protected]

Desain Interior. FSRD ISI Denpasar

Pendahuluan

Cognitive ergonomi adalah semua hal yang berhubungan dengan penerimaan informasi dan pembuatan keputusan dari informasi yang telah diterima. (MacLeod, Dan. C.P.E, 2006). Cognitive Ergonomi atau disiplin ilmu yang membantu perusahaan/perorangan untuk memaksimalkan aset kemampuan intelektual, atau kepintaran pekerja dengan mensiasati lingkungan kerja yang membantu manuasia berpikir. (Isdesingnet, 1997). Cognitive ergonomi adalah menerima dan merasakan informasi/pesan dan kemudian membuat keputusan. (MacLeod,  2006). Dalam dunia industri, cognitive ergonomi dapat membantu mendesain dari kontrol, displays, dan tanda-tanda untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamtan. Reuschel and Alexander (dalam Fishman, 1997) mengatakan COGNITIVE ERGONOMICS adalah hubungan antara lingkungan sekitar dengan cara berpikir dan lingkungan pisik dengan kemapuan untuk menjadi kreatif dan menjalin relasi. Misalnya desain interior untuk memaksimalkan komunikasi, interaksi, kreativitas, ruang untuk mengakomodasi kesibukan kerja secara umum dengan privasi dalam mengerjakan pekerjaan. Cognitive ergonomi memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan penyesuaian antara kemampuan dan keterbatasan cognitive manusia dengan alat, cara kerja dan lingkungan. (Budnick dan Michael, 2001). Hal senada juga diutarakan oleh Manuaba (2006), cognitive ergonomi adalah suatu ilmu teknologi dan seni yang menserasikan keterbatasan, kelebihan serta kemampuannya cognitive manusia dengan alat, cara kerja dan lingkungan sehingga diperoleh kondisi kerja dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan efisien sehingga tercapai produktivitas yang setinggi-tingginya. Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa conitive ergonomi adalah penyesuaian antara keterbatasan, kelebihan serta kemampuan pikiran menerima informasi dalam  mengambil keputusan dengan alat, cara kerja dan lingkungan sehingga diperoleh kondisi kerja dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan efisien sehingga tercapai produktivitas yang setinggi-tingginya. Berikut akan disampaikan beberapa dari implentasi dari kognitive ergonomi dalam keseharian:

1. Standardize: Ketentuan yang telah standar secara formalyang biasanya berguna untuk mengurangi ketidakkonsistena misalnya: pewarnaan tertentu yang sudah terimaji dengan hal tertentu kabel warna merah untuk aliran listrik positif dan demikian pula untuk pipa- gas, minyak, air, putaran kran air dan lain-lainnya

2. Use Stereotype: adalah suatu kebiasaan di mana pengalaman menyebabkan terjadinya suatu gerak reflek terkondisi yang berjalan secara ot omatis tanpa disadari. Hampir mirip dengan standar, tetapi tidak secara formal. Standar yang baik akan menjadi stereotype (merah untuk stop, putaran kekanan untuk menampah kcepatan). Reaksi stereotype adalah suatu kebiasaan di mana pengalaman menyebabkan terjadinya suatu gerak refleks terkondisi yang berjalan secara otomatis tanpa disadari. Reaksi stereotype sangat dipengaruhi oleh tradisi budaya, oleh karenanya perlu adanya konvensi Nasional untuk mengatur. Pada umumnya putaran searah jarum jam menunjukan pembesaran. Konsekwensi tidak mempergunakan stereotype; waktu menjawab lebih lama, kesalahan lebih besar dan lebih sering, waktu latihan lebih lama, irama kelelahan lebih tinggi. (Grandjean, 1988) Contoh: Putaran mur ke kanan untuk mengencangkan, putaran kran air ke kanan untuk membuka; Menghidupkan radio, memutar telepon.

3. Link actions with perceptions: apa yang dilaksanakan/dilakukan sesuai dengan apa yang diharapkan. Rotasi searah jarum jam secara insting menunjuk adanya peningkatan, penunjuk juga harus menunjukkan peningkatan.

1. Jarum penunjuk tekanan ban, semakin banyak tekanan ban jarum akan bergerak kekanan dan sebaliknya,

2. Jarum penunjuk gas yang dipergunakan untuk masak,

3. Pedal gas kendaraan bermotor, untuk perseneling gigi mobil atomatis: R = reserve,   P untuk parkir. ”control-P” untuk mencetak kertas.

4. Simplify presentation of information: menggunakan konsep yang paling sederhana dengan pengertian tunggal dan pasti dan sesuai dengan kebutuhan: penggunaan foto, icon, tanda, lebih bagus dari penggunaan kata-kata. Tanda-tanda dalam lalu lintas: penunjuk kecepatan kendaraan bermotor; penunjuk rem tangan – lampu menyala merah; lampu rem belakang kendaraan.

5. Present information at the appropriate level of detail: banyak opsi atau pilihan yang ditampilkan dapat meningkatkan atau malah menurunkan performen, oleh karenanya perlu diadakan pilihan yang beanar-benar tepat untuk maksud-maksud yang tepat: Penunjuk tempratur mesin pada kendaraan-pada level bahaya berwarna merah dan aman berwarna biru; penunjuk bensin; penunjuk perseneling kendaraan bermotor.

6. Present clear images: tiga hal yang harus diperhatikan: 1) Pesannya mudah dilihat: ukuran, tempat harus sesuai dengan jarak darimana pesan akan dilihat. Kontras dengan latar belakang; 2)Pesan harus dapat dibedakan dengan keadaan sekeliling.(lampu pemadam kebakaran kelipnya harus berbeda dengan kelip lampu lainnya yang ada); 3) Pesan mudah di interpretasikan, karakter yang satu dengan yang lain harus beda. (1I, B8 dan QO; 062. (361) 228-872). Dapat dimengerti dengan mudah dan cepat, gampang dilihat: Tanda-tanda dalam lalu lintas; tanda bahaya-sirena; kentungan (kul-kul); lampu sirena polisi, Pemadam kebakaran; Warna baju tim Penyelamat.

7. Use redudancies: karena manusia mempunyai batasan, sangat penting untuk memperikan infomasi dengan lebih dari satu cara: Tanda bahaya-dengan lampu menyala merah dan berkelip-kelip, tanda larangan berenang dengan bendera yang berkibar dan berwarna, tanda pembatas tengah-tengah jalan pada jalan raya-berwana putih dan dapat dirasakan oleh pengendara, Polisi menggunakan lampu berkilip, sirine dan perintah, Tanda Stop di perempatan jalan: Warna merah, silang dan tulisan ”STOP”, Kode pos dan alamat rumah.

8. Use paterns: mata manusia menangkap pola dengan baik. Informasi yang menggunakan pola/pattern lebih mudah dimengerti, lebih cepat dan lebih akurat dari yang lainnya. Gambar lebih mudah diinterpretasikan dari pada anggka-angk: Bar chart untuk membandingkan jumlah, Line chart untuk memperlihatkan trend, Penggunaan pola-pola yang sama pada panel kontrol untuk hal yang berhubungan dengan penyelamatan pada mesin, Tanda lalu lintas larangan-warna merah, perintah-warna biru; penggunaan warna merah yang berarti: error, gagal, stop, membahayakan, dengan adanya flashing berarti bahaya semakin tinggi.

9. Provide variable stimuli: manusia sudah terbiasa dengan hal-hal umum terjadi oleh karenanya perlu ada stimulus baru atau lain dari yang umum  untuk menarik perhatian. Lampu yang berkelip lebih mudah ditangkap dari yang tidak berkelip: Mobil pemadam kebakaran: lampu berkelip dengan warna merah, sirena meraung dengan pola yang berbeda-beda, suara orang memerintah; tanda kebakaran dalam gedung: ada sirena berbunyi, lampu merah berkelip, ada suara peringatan-peringatan.

10. Provide instantaneous feed back:

1. Indikator minyak diposisi mendekati ”e” berarti harus segera dibelikan; Indikator panas mesin di posisi ”hot” harus periksa sistem pendingin mesin;

2. Keyboar komputer yang berbunyi klik yang berarti huruf sudah ditekan dengan benar dan sudah tampil dilayar monitor, dan aktivitas bisa dilanjutkan.

3. Kata ”Roger” pada pilot yang berarti informasi yang disampaikan sudah diterima dengan baik.

    DAFTAR PUSTAKA

    Budnick, P dan Michael, R. 2001. What Is Cognitive Ergonomics. http://www.ergoweb.com/news/detail.cfm?id=352

    Fishman. C. 1997 (Brain of Stig) Cognitive Ergonomics. http://hackvan.com/brain/msg00075.html. Access. 02/14/06

    Grandjean, E. 1988. Fitting The Task to The Man: A Textbook of Occupational Ergonomics. 4th. Edition. London: Taylor & Francis Ltd.

    Isdesingnet.1997. Cognitive Ergonomics, Your Office and Your Brain http://www.isdesgnet.com/magazine/may’97/TakeNote_1html. Access, 02/09/06

    MacLeod, Dan. C.P.E, 2006. Cognitive ergonomics. http://sws.iienet.org/ . Access, 02-06-06

    Manuaba, A. 2006. Materi Kuliah Cognitive ergonomics. Program Doktor. Program Pascasarjana Ilmu Kedokteran. Universitas Udayana.


    WordPress Theme & Icons by N.Design Studio. WPMU Theme pack by WPMU-DEV.
    Entries RSS Comments RSS Log in