Semar pagulingan merupakan suatu barungan gamelan yang dapat dikatakan sebagai salinan dari gamelan Pegambuhan. Gamelan yang dalam lontar Catur Muni-muni disebut dengan gamelan semara aturu ini adalah barungan madya, yang bersuara merdu sehingga banyak dipakai untuk menghibur raja-raja pada zaman dahulu. Karena kemerduan suaranya, gamelan Semar Pagulingan (semar=semara, pagulingan=peraduan) konon biasa dimainkan pada malam hari ketika raja-raja akan ke peraduan (tidur). Kini gamelan ini bisa dimainkan sebagai sajian tabuh instrumental maupun mengiringi tari-tarian/ teater.
Fungsi dari gameran Semar Pagulingan sendiri merupakan sebagai penyaji atau barungan yang dapat digunakan sebagai penyaji gending-gending instrumentalia. Selain dapat digunakan sebagai sarana gending instrumental, gamelan Semar Pagulingan juga dapat digunakan sebagai pengiring pada seni pertunjukan tari, baik tari kreasi maupun tari tradisional.
Pada konten ini, terdapat tabuh Lengker yang dibawakan oleh Sanggar Sangita Mredangga pada upacara piodalan di kediaman bupati Jembrana.
Tabuh lengker merupakan salah satu tabuh klasik yang terdapat pada semar pagulingan saih pitu, yang masih menggunakan unsur tri angga yaitu Pengawit (kawitan), Pengawak, dan Pengecet. Pada bagian kawitan, tabuh lengker ini diawali dengan terompong dan dilanjutkan dengan kebyar yang mengikuti peniti melodi. Pada bagian Pengawak gending ini tentunya menggunakan tempo pelan dengan memiliki beberapa motif pukulan pada satu pukulan gong. Sedangkan pada bagian Pengecet, kembali lagi menggunakan motif-motif bagian kawitan dengan struktur nada yang sama. (Kawitan dan pengecet sama). Jadi gending lengker ini dapat dikatakan sebagai gending yanh mudah dipelajari dan tetap mengacu pada gending-gending tradisional bali.